Mohon tunggu...
Antonius Bram
Antonius Bram Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Music

Perjalanan Jurnalisme Musik, Wadah bagi Para Fans Musik yang Tercerahkan

8 Oktober 2018   16:50 Diperbarui: 8 Oktober 2018   17:54 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada perkembangan selanjutnya tiras Aktuil mencapai 100 ribu eksemplar dan begitu digemari anak muda pada masa itu. Opininya didengar anak muda, dan mampu menampilkan informasi yang berbeda karena kemampuannya dalam menyajikan wawancara atau reportase langsung dengan sejumlah musisi di luar negeri.

Tulisan di majalah Aktuil yang menarik adalah liputan pementasan-pementasan musik rock di berbagai kota di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Malang, Solo, dan Yogyakarta. Aktuil melaporkan persiapan pementasan, profil kelompok musik, tingkah laku musisi, liputan pementasan, dan tingkah laku penonton. 

Aktuil juga secara detil melaporkan bagaimana jalannya pertunjukan misalnya Ucok AKA dan Godbless yang membawa peti mati ke panggung, Micky Jaguar menyembelih kelinci dan meminum darahnya, serta Rawe Rontek yang menancapkan paku dan peniti terbakar ke tubuh vokalis dan musisinya. 

Selain Aktuil, beberapa majalah yang sering menulis musik di Indonesia pada periode 1950-1980 adalah Selecta, Monalisa, Diskorina, Variasi, Top, Junior, Violetta, dan Soneta.

 Tahun 1970-an dan 1980-an muncul majalah hiburan yang menuliskan musik secara rutin misalnya majalah HAI, Gadis, Mode, Vista, FMTV, kemudian tabloid Monitor, Citra, dan Bintang (Mulyadi, 2009). Karakteristik majalah-majalah yang menyajikan musik sebagai sajian utamanya menampilkan informasi berupa profil artis/musikus, kegiatan-kegiatan pementasan, resensi album, tangga lagu, hingga memuat poster album dan tayangan acara radio dan televisi.

Jika berbicara jurnalisme musik, nama Rolling Stone jelas tak bisa dilepaskan. Majalah musik yang pertama terbit pada 1967 ini bisa dibilang meletakkan standar baru dalam dunia jurnalisme musik. Seperti yang pernah dibilang oleh penulis musik Gene Sculatti: dalam semalam, Rolling Stone membuat jurnalisme musik jadi lebih profesional.

Liputan Rolling Stone banyak dipuji. Ia memperlakukan musik tidak sekadar sebagai hiburan atau bisnis semata. Tapi juga ada kisah hidup, dongeng, omong kosong para bintang rock. 

Dengan kata lain: mereka meletakkan musisi sebagai manusia yang punya banyak kisah menarik untuk diulik. Begitu pula wawancaranya yang padat berisi. Rolling Stone datang ke Indonesia pada 2005.

 PT a&e Media memboyongnya. Indonesia menjadi negara pertama di Asia yang menghadirkan Rolling Stone. Selain di Indonesia, Rolling Stone di Asia hanya terbit di Jepang (2007), India (2008), dan Cina (2006) ---yang berhenti terbit dalam waktu setahun. Edisi pertama 

www.grid.id
www.grid.id
RSI terbit pada Mei 2005, dengan gambar sampul . Ia juga membahas tentang Linkin Park, Metallica, Britney Spears, hingga Slank.

Majalah-majalah musik itu menjadi media komunikasi yang efektif antara pelaku musik dengan masyarakat. Periode 1980-an, dapat dilihat iklan-iklan album musik di majalah-majalah yang membahas musik. Selain majalah-majalah yang khusus menuliskan musik sebagai bagian dari beritanya, memang masih terdapat surat kabar yang masih menulis konten-konten mengenai musik. Akan tetapi, musik tidak pernah menjadi sajian rutin surat kabar. Biasanya, hanya untuk mengisi rubrik hiburan atau seni budaya. Selepas Aktuil dan Rolling Stone Indonesia, tak ada rasanya majalah yang menampilkan music sepenuhnya dalam kajian jurnalisme musik di Indonesia, walaupun pada akhirnya Rolling Stone Indonesia juga harus menyerah dengan keadaan pada tahun 2018.

Referensi:

  1. https://tirto.id/ujung-perjalanan-rolling-stone-indonesia-cCHX
  2. Duncombe, Stephen. 1997. Notes From Underground: Zines and Politics of Altenative Culture. Verso: London
  3. Gudmondsson, G, Lindberg, U., Michelsen, M., and Weisthaunet, H. 2002. Brit crit: turning points in British rock critism, 1960-1990, in Pop Music and the Press, ed. S. Jones Temple University Press: Philadelphia
  4. Mulyadi, Muhammad. 2009. Industri Musik Indonesia Suatu Sejarah. Koperasi Ilmu Pengetahuan Sosial
  5. Solihun, Soleh. 2004. Perjalanan Majalah Musik di Indonesia. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Skripsi.
  6. Hamdan, Daulay. 2016. Jurnalistik Dan Kebebasan Pers. Remaja Rosdakarya Offset: Bandung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun