Salah satu indikator kemajuan sebuah bangsa adalah tingkat disiplin dalam kehidupan publik. Lihat saja negara-negara maju seperti Jerman, Inggris, Amerika, Jepang, Korea yang warganya memiliki kesadaran disiplin publik yang sangat tinggi. Disiplin diri sudah menjadi nilai persona dan kolektif yang terskpresi dalam prilaku sosial di masyarakat.
Disiplin dalam berlalu lintas atau penggunaan jalan raya sebagai prilaku yang mudah dilihat dan terbaca. Negara-negara maju warganya sangat disiplin dalam berlalu lintas. Tidak terlihat upaya untuk mendahului pengguna jalan yang lain. Tak terdengar bunyi klakson. Tidak ada yang menyerobot lampu merah.Â
Pejalan kaki tak perlu capa angkat tangan meminta belas kasihan pengguna kendaraan untuk berhenti agar bisa lewat. Yang pasti bahwa lalu lintas begitu aman dan nyaman bagi semua pengguna jalan.Â
Dan bagaimana dengan kedisiplinan warga masyarakat Indonesia dalam berlalu lintas?Â
Tak dapat kita pungkiri bahwa lalu lintas di Indonesia masuk kategori beresiko tinggi. Peluang mendapatkan kecelakaan lalu lintas lebih besar dari pada keamanan dan kenyamanan. Karena begitu semrawutnya prilaku berlalulintas, nyawa manusia seakan begitu murah di jalan raya.Â
Perilaku rendahnya disiplin diri dalam berlalu lintas muncul dari sifat ego pribadi. Setiap pribadi seolah-olah dialah yang harus diberi prioritas dalam penggunaan jalan. Ada yang nekad menyerobot lampu merah karena tak sabar menunggu. Ada yang mendahului pengendara yang lain dengan melampau batas kecepatan normal.Â
Ada yang membunyikan klason tanpa henti karena minta didahulukan. Bahkan ada yang berani melawan arus. Akibatnya kesemrawutan dan kemacetan terjadi di mana-mana. Bahkan kecelakaan maut sering tak terhindari.
Dengan disiplin diri yang rendah ditambah dengan jumlah kendaraan yang banyak maka selalu terjadi kemacetan yang memakan waktu berjam-jam.Â
Dampak dari kemacetan adalah aktivitas sosial, perekonomian dapat terganggu. Jarak tempuh yang semestinya hanya 30 menit dapat menjadi 2 - 3 jam karena kemacetan parah. Hal ini tentu saja merugikan semua pengguna jalan dan semua pihak.Â
Tanpa kita sadari bahwa ketika kita melanggar aturan lalu lintas maka kita berpotensi menyumbang kemacetan bahkan menimbulkan kecelakaan bagi orang lain. Dan kesadaran ini harus dibangun sejak setiap saat dan sejak dini agar menjadi budaya disiplin. Ini memerlukan sebuah gerakan masif dari semua elemen bangsa untuk menciptakan kesaadaran berlalu lintas yang tertib.Â
Selama ini terjadi sikap permisif yang mengakibatkan tidak terbangunnya budaya disiplin. Semua peraturan dan perundang-undangan sudah dibuat dengan susah paya tetapi implementasi di lapangan selalu kedodoran.Â