Mohon tunggu...
Anton DH Nugrahanto
Anton DH Nugrahanto Mohon Tunggu... Administrasi - "Untung Ada Saya"

Sukarnois

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nasi Goreng Megawati dan "Nasi Kebuli" Surya Paloh

25 Juli 2019   15:00 Diperbarui: 25 Juli 2019   17:47 7267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan Megawati dan Prabowo Dimana Nasi Goreng Menjadi Ingatan Kolektif Publik (Sumber Gambar : Wartakota)

Nasi Goreng Megawati
Pertemuan politik antara Megawati dan Prabowo memang tidak semata mata karena adanya gerakan Surya Paloh, tapi sebagai sebuah upaya konsolidasi menyatukan kekuatan kekuatan Nasionalis dan membantu pemerintahan dibawah Presiden Jokowi dan Wapres Ma'rif Amin.

Ada tulisan di Facebook yang menarik bagaimana Megawati 'menata rasa' soal Nasi Goreng di zaman Bung Karno itu yang disampaikan salah seorang wartawan senior, Nezar Patria, di akun FB-nya: 

"Tentang bagaimana Megawati mampu menata rasa dengan nasi goreng, diceritakan dalam fb Nezar Patria tersebut soal demonstran yang datang ke Bung Karno dan kerjanya memaki maki ayahnya kemudian malah Presiden Sukarno meminta Megawati membuatkan nasi goreng untuk para pemaki ayahnya tersebut". (sumber link : Nasi Goreng Megawati fb Nezar Patria )

Analisa Nezar Patria ini seakan mengantar kesederhanaan cara berpolitik Megawati, tapi juga menunjukkan betapa kokohnya Megawati dalam berpolitik.

Mega bukan saja simbol kekuatan besar Partai Nasionalis-Sukarnois, namun juga sebagai pribadi Mega sudah tergilas di dalam alam keras politik sejak kejatuhan Bung Karno di tahun 1966, melawan Suharto sendirian di masa Orde Baru dan menjaga soliditas nasional pasca-kejatuhan Soeharto seraya mengamankan jalannya Pemerintahan Presiden Jokowi.

Kekuatan politik Megawati inilah yang coba disaingi Surya Paloh dengan beberapa aksi manuvernya. Politik Nasi Goreng Prabowo, bahkan secara pendek ditafsirkan Surya Paloh sebagai bagian pembentukan koalisi baru, sehingga Surya Paloh terpancing membangun konfigurasi politik baru di mana Anies Baswedan ditarik masuk ke gerbong politiknya dan menjadikan PKB, PPP serta Golkar sebagai bagian dari manuver politik Nasdem.

Namun bagi Megawati justru persekutuan politiknya dengan Prabowo adalah upaya jangka panjang dalam membangun kekuatan berwatak Nasionalis yang bisa menjadi pegangan dalam garis politik ke depan.

Anies Baswedan dan Kekecewaan Kekecewaan Itu
Naiknya Anies Baswedan dinilai merupakan bagian dari skenario "politik identitas" yang brutal. Ahok cagub potensial dan dinilai memiliki reputasi tinggi dalam mengeksekusi pekerjaan-pekerjaan besar di DKI Jakarta, bukan saja kalah dalam skenario brutal itu, bahkan dirinya secara tidak fair dipenjarakan.

Anies sebagai intelektual besar, bukannya tergerak dalam politik membela Ahok malah menikmati persekusi atas Ahok dan mengambil jabatan dengan Ahok dipenjarakan.

Setelah Ahok dimasukkan penjara, dan Anies naik jadi Gubernur DKI terbukti sama sekali Anies malah buat berantakan DKI Jakarta. Program-program Ahok banyak dihilangkan juga kebijakan tata kota yang sengaja melabur ketertiban yang dibangun Jokowi--Ahok diblur menjadi berantakan kembali, seperti kasus Tanah Abang.

Di sisi lain, Anies banyak diserang karena logikanya kerap membuat bingung masyarakat. Tidak ada kemajuan dalam kebersihan kota dan peran serta masyarakat, juga tidak ada sama sekali inovasi-inovasi yang pernah dilakukan Ahok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun