Mohon tunggu...
Anton DH Nugrahanto
Anton DH Nugrahanto Mohon Tunggu... Administrasi - "Untung Ada Saya"

Sukarnois

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Rudy Badil dan Kenangan Kita pada Warkop

12 Juli 2019   11:24 Diperbarui: 12 Juli 2019   13:30 6487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indro Warkop ketika meluncurkan 'Buku Main Main Jadi Bukan Main' bersama mendiang Rudy Badil medio 2013.|Sumber: Instagram @indrowarkop_asli

"Pop Menteng" begitu menggelora. Di Jalan Tanjung muncul kelompok anak-anak "Merinding Disco" di sudut yang lain, ada anak-anak "Gank Pegangsaan" yang suka banget nyanyi lagu bergaya opera dan bikin musik dengan latar belakang film. 

Nah di satu wilayah Menteng Pinggiran sekitar Jalan Prambanan, Jalan Borobudur dan Jalan Mendut sekitarnya ada anak-anak muda membuat geng namanya Prambors (Prambanan, Mendut, Borobudur dan sekitarnya) bikin radio anak muda yang kemudian sangat berpengaruh dalam mengembangkan kebudayaan "Jakartanisasi" di segala hal, dan ini menjadi antitesis dari kekuasaan. 

Bila di masa Orde Baru "Jawanisasi" berlangsung di segala lini, maka anak-anak muda melawannya dengan arus "Jakartanisasi" sebagai kebudayaan populer yang seakan menandingi kekuasaan.

Ditengah zaman seperti inilah, Warkop tumbuh. Ide nama Warkop yang disingkat sebagai "Warung Kopi" muncul karena menyikapi zaman dimana kekuasaan benar-benar menjadi "kebenaran tunggal". Di masa lalu, Warung Kopi menjadi celah bagaimana "kekuasaan tak menyentuh" dirinya. 

Ketika siaran radio Prambors menyiarkan lagu-lagu tenar di masanya, di sela-sela siaran musik muncullah komedi Warung Kopi yang menggambarkan kelucuan-kelucuan yang berasal dari kegelisahan rakyat. 

Disinilah uniknya, radio Prambors dikenal sebagai agen budaya musik-musik asing, namun lawakannya justru mengangkat situasi-situasi lokal.

Warkop lahir dari pemikiran Temmy Lesanpura, seorang penyusun program di acara Radio Prambors. Temmy berpikir jauh untuk membuat acara lucu-lucuan. 

Suatu saat Temmy melihat bahwa gerakan anak-anak muda bukan hanya arus besar pergerakan politik, tapi anak muda sebagai "pusat gerakan budaya". Saat itu lagi rame-ramenya anak-anak Universitas Indonesia (UI) mengkritik para Aspri di lingkaran Suharto. 

Gerakan anti Aspri itu juga melibatkan beberapa lawan politik Mayjen Ali Moertopo seperti Jenderal Soemitro dan juga kerap keluar masuk Ali Sadikin, gubernur DKI yang disebut-sebut oleh mahasiswa sebagai "Pengganti Pak Harto", bahkan anak-anak muda UI pernah membuat sablonan gambar Ali Sadikin sebagai "Harapan Generasi Masa Depan". 

Politik di tengah mahasiswa jadi hits, gerakan mahasiswa diperhatikan gelombang besar sepanjang sejarah. Inilah kemudian menarik perhatian Temmy agar menyalurkan energi kreatif anak-anak muda utamanya di UI untuk masuk ke radio.

Temmy meminta pada Hariman Siregar, dedengkot gerakan UI untuk acara sebuah radio, disusunlah kemudian program acara "Obrolan Santai Warung Kopi" tahun 1973. Hariman menunjuk Kasino dan Rudy Badil sebagai 'tugas gerakan kampus', dan kemudian Kasino ngajak temannya yang lain Nanu Mulyono. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun