Mohon tunggu...
Anton 99
Anton 99 Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer at the University of Garut

Express yourself, practice writing at will and be creative for the benefit of anyone

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hindari Debat Kusir Saat Berbicara

26 Juli 2021   15:36 Diperbarui: 27 Juli 2021   22:01 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesuatu yang bisa diterima jika sebuah dialog ternyata berubah menjadi pembicaraan yang seru dan menarik, akan tetapi akan sangat sulit untuk di maklumi keadaannya jika sebuah obrolan itu justru berubah drastis menjadi perdebatan yang sengit.

Alasannya sangat sederhana sekali dari pernyataan itu adalah perdebatan hanya akan membuang buang waktu secara sia-sia, tenaga terkuras dan pikiran terbuang percuma. 

Selain itu, perdebatan yang mengarah kepada bentuk pertengkaran lebih banyak kebatilannya dibandingkan kebenarannya. Kata-kata yang keluar dari sebuah debat "kusir" juga lebih banyak kegilaannya dari pada kejeniusannya, maka sebaiknya hindari debat kusir saat berbicara.

Debat kusir merupakan bentuk perdebatan yang dapat menghilangkan akal sehat, menghilangkan pikiran yang jernih dan tidak adanya saling menghormati sesama manusia karena pembicaraan seperti itu telah di selimuti rasa emosi yang disebabkan oleh adanya ketersinggungan dari partner bicara.

Lantas, apa yang akan di lakukan jika ternyata di depan muka kita ada pendebat? 

Bisa dikatakan sesuatu yang luput dari pikiran kita jika pembicaraan itu malah berubah menjadi sebuah perdebatan yang sengit dan frontal. 

Baca juga: https://www.kompasiana.com/anton995634/60a5d87d8ede4867276568a2/menangkan-setiap-pembicaraan-tanpa-kehilangan-teman

Maka sebaiknya menarik diri saja dengan tenang ketika sebuah dialog itu telah berubah dan mengarah menjadi berbantah-bantahan tak karuan.

Memang, ada kebenaran yang tidak terpungkiri, bahwa "Benar tetaplah benar sedangkan yang salah itu tetap salah" atau "Matahari itu hanya satu, meskipun sinarnya terang ke mana-mana", namun tentunya ada begitu banyak pendapat yang bisa di perdebatkan oleh setiap manusia.

Sebagai contoh, kebanyakan manusia meyakini bahwa "banteng" akan mengamuk ketika melihat warna merah. Keyakinan tentang ini begitu mantaps, namun ternyata di lain sisi ada juga yang mengatakan bahwa seekor "banteng" itu buta warna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun