Mohon tunggu...
Anton 99
Anton 99 Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer at the University of Garut

Express yourself, practice writing at will and be creative for the benefit of anyone

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bertahan di Masa Sulit

19 Maret 2021   18:13 Diperbarui: 16 April 2021   11:13 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar: unsplash.com

Rasa takut mengalami kegagalan saat memimpin merupakan sumber utama timbulnya "stress" yang melanda para eksekutif, memang seorang pemimpin besar harus selalu siap dengan kegagalan, karena kegagalan itu seringkali tidak dapat dihindarkan. 

Perlu kita pahami bersama bahwa tidak selamanya kegagalan itu buruk, tidak jarang kegagalan justru kemudian memicu suatu organisasi untuk mencari pendekatan-pendekatan yang baru, menetapkan tujuan-tujuan baru yang lebih ambisius, menghindari pola-pola lama yang salah dan status quo. 

Kegagalan itu harus dibicarakan secara terbuka agar tidak terulang kembali diwaktu-waktu yang selanjutnya. Bersikaplah positif dan carilah hikmah serta pelajaran berharga yang terkandung dalam suatu kegagalan itu. 

Kegagalan memang harus dicegah, akan tetapi jika sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak gagal dan ternyata malah terjadi juga maka tidak perlu menyalahkan siapa-siapa, kegagalan itu justru telah menunjukan adanya hal-hal yang belum terlihat, terkoreksi atau belum terkuasai dan ini merupakan dorongan positif bagi organisasi untuk terus meningkatkan kinerja, kerja keras dan perbuatan yang lebih baik lagi dimasa mendatang.

Bangkitkan semangat bawahan dan ingatkanlah mereka bahwa suatu kegagalan tidak boleh membuat mereka takut dalam bertindak, karena sehebat apapun manusia pasti pernah mengalami kegagalan. 

Secara filosofis kesalahan dan kegagalan memang telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, hanya Allah SWT sajalah yang tidak pernah gagal dan tidak pernah salah.

Seorang pemimpin harus memiliki jiwa yang besar untuk menerima seluruh tanggungjawab, kecaman, makian, atau bahkan hukuman atas terjadinya suatu kesalahan atau kegagalan. 

Salah satu tugas seorang pemimpin adalah menerima kritikan dengan lapang dada, pemimpin yang kulitnya terlalu tipis dalam menerima kecaman atau justru defensif, paranoid, mudah bertindak tanpa berfikir panjang, dan ceroboh justru suatu saat akan merugikan organisasi yang di pimpinnya itu.

Dengan mengakui sejak awal kesalahan yang dilakukan biasanya justru tidak akan disalahkan, setelah itu bisa secepatnya memusatkan perhatian dan energi untuk mengatasinya sehingga meningkatkan moral dan kinerja organisasi. 

Jika anda sebagai pemimpin tertinggi, maka bisa mengawasi pimpinan bagian dan bawahannya untuk memastikan bahwa mereka selalu terbuka terhadap adanya kritikan dan mau untuk mengambil resiko kegagalan yang dialami organisasi, maka jikalau anda akan memilih calon pemimpin, abaikanlah mereka yang berkulit tipis, defensif, cuci tangan dan cenderung mengalihkan tanggung jawabnya kepundak orang lain, orang seperti ini hanya akan menjadi "duri" dan "benalu" dalam suatu organisasi.

Semua pemimpin juga harus menyadari akan dampak psikologis yang timbul saat mereka harus meninggalkan jabatannya, aneka kesibukan, dering telepon, antrian orang yang menunggu, pengaduan aneka permasalahan yang memusingkan, rentetan krisis, dan setumpuk kewajiban sebenarnya sangat menyenangkan jika dinikmati dengan baik dan penuh rasa syukur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun