Mohon tunggu...
Anto Medan
Anto Medan Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Ayuk.......

Selanjutnya

Tutup

Money

It is Enough, Mr. President!

29 September 2015   11:35 Diperbarui: 23 Januari 2016   15:45 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Hari ini dolar sdh 14.800 rupiah per dolarnya. Semua paket-paket ekonomi sama sekali tidak membantu penguatan ekonomi Indonesia.

Pabrik-pabrik banyak yang sudah mengurangi produksinya menjadi 30% dari kapasitas normal. Atau pun bahkan sudah mulai tutup....

Kegundahan melihat Indonesia menuju masalah besar, dengan tenang tapi pasti, kita sedang menuju jurang kehancuran. Sangat tidak masuk akal, pemerintah pasti sedang panik, tetapi kok tidak ada reaksi yang tepat sasaran.

Kenapa pasar, masyarakat tidak panik seperti jaman 1998? Sebenarnya, ada dua jawabannya. Pertama, karena tahun 1998 adalah pengalaman pertama dan sudah terlewati, sehingga kejadian kedua kalinya tidak begitu 'mengerikan' lagi. Kedua, karena kenaikan kurs kita yang pelan tapi pasti, membuat kita seperti kodok yang dimasukkan ke dalam panci berisi air dingin yang dipanaskan perlahan-lahan. Dan percayalah, akan ada sendi-sendi ekonomi kita yang akan hancur dan lenyap, karena kurs tinggi yang terus menanjak dalam waktu yang berkepanjangan. Akan ada 'kekuatan' ekonomi mikro yang dulunya kebanggaan kita, akan hilang. Akan ada siklus-siklus ekonomi yang sudah berjalan baik, akan rusak. Percayalah.

Kalaulah kita merasa bahwa biarkan sajalah, apa yang terjadi terjadilah, memang sudah takdirnya begitu. Itu memang satu opsi juga, opsi orang yang tidak punya pengetahuan, pesimis dan bebal.

Kemaren saya mendapatkan kabar bahwa konsultan pajak kami, sekarang teramat sangat sibuk. Karena semua WP mereka disurati dan diminta konfirmasi. Mungkin ada ribuan atau lebih?

Kalau bicara masalah pajak, pasti teringat Gayus Tambunan yang meski sudah divonis 30tahun (dan selalu mendapat remisi), bisa jalan2 keluar penjara dan bahkan jadi penulis favorit di Kompasiana. Hmm, secara logika saja, siapa yang bakalan ikhlas bayar pajak kalau 'pemain pajak' bisa dengan gampangnya mempermainkan pajak? Dan siapa pula yang berani berusaha dan investasi, kalau sedang mendapatkan surat panggilan dari kantor pajak?

Di satu sisi, pemerintah berusaha agar keadaan tenang dan jernih. Tetapi di sisi lain, pemerintah pula yang menambah keruh suasana. Bahkan teman saya yang bertugas di Bea dan Cukai mengatakan, lebih aneh lagi, pemerintah memberikan target penerimaan bea masuk naik, tetapi di sisi lain, meminta supaya impor dikurangi? Aneh bin ajaib. Kalau target tidak tercapai, maka pejabat kunci akan dipindah. Demikian juga di kantor pajak. Saya gak dapat logika cara berpikirnya. Bagaimana dalam keadaan ekonomi lesu dan kurs tinggi, kok ditambah lagi beban-beban yang tidak perlu. Ditambah dengan kebijakan yang antagonis. Atau memang tidak pakai logika, kali ya?

Saya masih berpendapat bahwa rupiah akan menguat dengan sendirinya, apabila roda perekonomian nasional kembali berputar normal. Hanya ada satu cara, uang-uang milik rakyat di luar negeri harus kembali. Maka ciptakanlah atmosfir dan suasana yang ramah dan membuat orang tenang berusaha. Buatlah kebijakan makro dan mikro yang kuat dan ramah! Jangan andalkan investasi asing. Kalau kita sehat dan kuat, investasi asing akan antri, tidak perlu diundang lagi. Atau pun, sambil mengundang asing, janganlah sampai pengusaha lokal hanya menjadi penonton. Apabila industri-industri strategis menjadi milik asing, nanti kita akan menyesal 7 turunan. Gigit jari sampai jarinya habis semua!

Kalau Pak Presiden merasa sibuk sekali, dan berharap para pejabat yang banyak lulusan s2, s3 dapat menciptakan kalimat2 ekonomi yang super duper luar biasa dengan meminjam teori-teori ekonomi dari ahli-ahli dan para guru besar, untuk menciptakan kebijakan ekonomi yang menjadi obat untuk permasalah kita, ouch, maka sia-sia saja.

Teorinya sederhana saja. Kalau saya punya pabrik, maka saya berharap bahan baku gampang dibeli, pekerja siap bekerja, hasil produksi pabrik gampang dijual. Kalau saya punya restoran, saya berharap restoran saya selalu ramai. Kalau saya punya gudang, saya berharap setiap hari ada barang yang keluar masuk gudang. Sekarang, semua orang dalam posisi diam dan menunggu. Masih ada memang orang-orang yang menghasilkan uang, coba lihat apa yang mereka jual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun