Mohon tunggu...
Anto Medan
Anto Medan Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Ayuk.......

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gus Mus, Tokoh Nasional Pembawa Rasa Teduh

4 Agustus 2015   10:29 Diperbarui: 4 Agustus 2015   15:43 1328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 

Setelah gunjang-ganjing (tepatnya, kegaduhan) di Muktamar Jombang, dan bahkan pembahasan tata tertib yang molor sampai dua hari, tiba-tiba ada berita yang menyejukkan. Gus Mus telah menyejukkan muktamar, dengan air matanya.

Ketika tokoh Nu ini berbicara, maka para muktamirin merasakan ada keheningan, timbul rasa malu, ikhlas dan kelapangan hati untuk kembali menerima saudara-saudaranya apa adanya. Khusyuk.

Muktamar NU adalah sidang besar para Kiai. Tiga ribu lima ratus lebih kiai bersidang. Ketika timbul kegaduhan, maka banyak tokoh senior NU dan juga termasuk putri keempat Gus Dur, Yenny Wahid terkejut dan merasa gundah serta sedih.

Yenny juga mengingatkan agar para muktamirin untuk kembali ke dalam semangat Qanun Asasi, pedoman yang ditulis oleh KH Hasyim Asyari.‎ Berisi kumpulan kutipan ayat serta hadist yang mengedepankan persatuan dan mencegah saling benci, saling dengki, saling menjerumuskan, dan saling bermusuhan.

"Mbah Hasyim mengingatkan bahwa persatuan, ikatan batin satu dengan yang lain, saling bantu menangani satu perkara dan seiya sekata adalah merupakan penyebab kebahagiaan yang terpenting dan faktor paling kuat untuk  menciptakan persaudaraan dan kasih sayang," kata Yenny.

Ada satu hal yang unik dalam NU. Pendiri NU, Kyai Haji Hasyim Ashari selalu disebut dengan sebutan Mbah Hasyim (Ashari). Sebutan Mbah ini, di satu sisi menimbulkan rasa persaudaraan yang mendalam bagi kalangan NU. Bagaimana tidak, ketika Gus Dur juga menyebut Mbah dan kiai muda yang baru tamat pesantren juga menyebut Mbah, maka 'gap' antara senior dan junior menjadi hilang, perbedaan pandangan juga terasa menghilang ketika kita 'ternyata' memiliki satu Mbah, iya, kan? Yenny Wahid yang memang cicit kandung dan Mbah Hasyim Ashari, ternyata harus berbagi dengan orang-orang Nu, meski mereka bukan keturunan langsung (darah daging), tetapi adalah keturunan 'spiritual'.

Kembali ke Muktamar Jombang, ada beberapa kutipan pernyataan Gus Mus, yang rasanya luar biasa.

Pertama, Gus Mus sambil terisak, berkata, "Saya sejak semalam belum tidur. Bukan apa-apa, saya memikirkan Anda sekalian."

Kalimat ini pasti menarik perhatian semua peserta muktamar. Tokoh senior berdiri di depan panggung, terisak, dan mengatakan bahwa beliau sedang memikirkan muktamirin. Dalam hati pasti semua orang 'merasa' salah, setidaknya karena ikut ambil bagian dalam kegaduhan yang berlarut-larut. Atau terkejut melihat Kyai yang dihormati sedih dan menangis?

Kedua, Gus Mus melanjutkan, "Saya menangis karena kita organisasi yang selama ini mengkritik keras praktek-praktek buruk politik di negeri ini ternyata kita sendiri digambarkan media-media seperti itu." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun