Mohon tunggu...
Anto Medan
Anto Medan Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Ayuk.......

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terima Kasih Polda Sumut

2 Februari 2016   10:27 Diperbarui: 2 Februari 2016   11:25 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang telah kita baca dan tonton di media, pada tanggal 30 Januari kemaren, telah terjadi bentrokan yang sangat mencekam antara dua ormas terbesar di Medan. Konvoi dan aksi serang terjadi, sampai dengan malam harinya. Usaha untuk menyerang lawan, juga terjadi keesokan harinya. Dua orang tewas dan ada beberapa orang yang kritis.

Seperti yang kita ketahui, PP adalah bentukan Orde Baru. Di Medan, Anwar Kongo adalah salah satu tokohnya pada era 65-an dan pernah menjadi kontroversi secara internasional. PP atau Pemuda Pancasila dianggap berjasa, karena telah ikut membasmi PKI ataupun organisasi masanya. Lalu, kemudian baik PP maupun IPK menjadi organisasi massa pendukung Soeharto dan Golkar.

Kalau kita menilik keberadaan dari Organisasi Massa, atau kalau mereka mengatakan dirinya Organisasi Kepemudaan, meski faktanya, anggotanya banyak sudah kakek-kakek, orang yang sudah bercucu, maka kita patut mempertanyakan apa posisi mereka di dalam masyarakat. Bukan rahasia umum, kalau ada pembangunan atau renovasi rumah di perkotaaan, maka dengan enaknya mereka akan datang, apakah mengatasnamakan Organisasinya ataupun Serikat Buruh, untuk meminta 'bagian' atas bongkar muat barang, padahal yang dibongkar hanya satu pick up pasir, 2 kantong semen dan 200 batu bata. Ataupun, terlibat dalam pengamanan daerah industri dan pergudangan. Pada masa lalu, bahkan menjadikan bisnis judi ilegal sebagai sumber pendapatan mereka.

Di sini peranan pemerintah menjadi penting untuk membina mereka, untuk merubah mind set, agar menjadi bagian masyarakat yang lebih berguna positif, daripada hanya 'meminta-minta uang keamanan' ataupun pekerjaan ilegal lainnya.

Kejadian 30 Januari berlangsung amat cepat. Sejak meninggalnya Alm. Olo Panggabean, tokoh karismatik IPK, organisasi ini seperti tidak begitu 'kuat' lagi. Pemuda Pancasila seperti semakin menancapkan kuku mereka di mana-mana. Tetapi, semenjak meninggalnya Alm. Anuarsyah (Aweng), IPK dengan kepemimpinan baru yang bukan dari 'ahli waris' Alm. Olo Panggabean, merasa mendapatkan angin untuk kembali mengokohkan kedudukan mereka di kota Medan. Salah satu tokoh PP Sumut, mengatakan mereka selalu 'diganggu'.

Kejadian ini, bukanlah direncanakan, tetapi sudah terprediksi dapat terjadi, karena dendam di kalangan bawah dan rasa ego atas organisasi masing-masing.  Bentrokan terjadi, hanya gara-gara konvoi IPK yang melewati kantor wilayah PP. Terjadi saling ejek. Tetapi, respon dari Polisi sangatlah cepat. Hanya belasan menit, pasukan sabhara telah tiba begitu juga dengan brimob. Polisi umum dari Polsek dan Polresta juga segera merapat. Sebenarnya, lokasi bentrok pertama adalah lokasi di pusat kota, yang kalau tidak diantisipasi dengan cepat, dapat menimbulkan chaos dan bisa merembet seperti penjarahan ataupun kekacauan lainnya. Bahkan Wakapolda an Kapolresta juga turut hadir di lapangan untuk memberikan arahan dan semangat kepada pasukan di lapangan. 

Salah satu faktor yang membuat kericuhan segera teratasi adalah tidak berpihaknya Polda Sumut kepada salah satu OKP. Perintah tembak di tempat, apabila membahayakan masyarakat dan polisi diberlakukan Kapolda Sumut. Kapolres Belawan dan Kapolresta Medan juga berada di lapangan, mengawasi perkembangan situasi. Dan yang lebih hebatnya, pada tanggal 31 Januari, Pemuda Pancasila juga melakukan pelantikan di lapangan Benteng, tepat di pusat kota Medan. Dan dalam perhelatan ini, Polisi memberikan jaminan keselamatan, tetapi juga merazia orang-orang yang hadir dalam acara pelantikan tersebut. Yang kedapatan membawa senjata, segera diciduk. Acara berlangsung dengan baik, bubar dengan baik tanpa terjadi apa-apa.

Bahkan, diberitakan di koran, kalau Polisi melakukan tindakan preventif, dengan mengepung salah satu kantor PAC Pemuda Pancasila di Amplas. Dari sana, 40 orang diciduk dan senjata tajam berbagai jenis juga disita. Bentrokan susulan dapat terhindari. Maka, jargon Polisi Medan (Sumut) itu tidak profesional, sudah saatnya diubah. Hormat dan salut kepada Polda Sumut, yang dengan sangat cepat dan tepat, telah berhasil meredam kericuhan yang mengancam kehidupan masyarakat. Tindakan tegas dan tidak pandang bulu, telah menyelesaikan masalah dengan cepat.

Melalui artikel ini, penulis mewakili masyarakat, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Kapolda, Bapak Wakapolda, Kasat Brimob Poldasu, Kapolresta Medan, Kapolres Belawan, semua perwira serta semua jajaran dan anggota, yang telah bekerja keras demi kebaikan masyarakat Medan. Kami bangga dengan pelayanan Bapak-Bapak, terus maju dan berjaya.

Hormat Kami,

Anto Medan

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun