Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menilik Dusun Leluhur Gus Dur di Hokkian

12 April 2014   05:22 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:46 6303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Quanzhou terletak di Teluk Zaitun yang merupakan pangkal Jalur Sutra Maritim sejak abad 8AD. Setelah Islam dikajikan oleh Sahabi Imam Abi Waqqas bin Al-Harith dan Sahabi Imam Waqqas bin Hudhafah dari

Madinah atas utusan Kalifat Uthman seabad sebelumnya, ratusan ribu keturuan saudagar yang berasal dari Timur Tengah, Sentral Asia maupun Gujarat India telah menjadi mualaf Islam sebagai Muslim Tionghoa disana. Kecamatan Tie-tiam / Chi-dian didekat “ibu kota sepatu Tiongkok” Kabupaten Jinjiang, Kota Quanzhou dimana letaknya kampung leluhur Gus Dur, adalah salah satu pusat pemukiman Muslim Tionghoa pada jaman itu.

Laksamana Muslim Tionghoa Mahmud Shamsudin Cheng Ho dalam pelayaran ke-5 ditahun 1417 singgah di Teluk Zaitun Quanzhou, selain untuk menunggu angin pasat diachir tahun juga untuk mencari ahli bahasa Urdu yang merupakan lingua franca disepanjang Jalur Maritim yang diperlukan untuk misinya ke Teluk Persia. Selain itu dalam kebiasaannya juga merekrut anak kapal dan saudagar-saudagar yang mau mengikutinya berlayar ke Samudra Barat (baratnya Aceh), dan kebanyakan pengikutnya seperti pasukan yang mengawalnya adalah Muslim Tionghoa. Dalam catatan memoir pelayaran dengan Cheng Ho yang ditulis pada tahun 1433 oleh juru tulis Ma Huan, mengatakan memang juga singgah di Lambri Aceh setelah mengunjungi Malaka dan sebelum meneruskan pelayarannya ke Kepulauan Maladeva. Pada tahun 1413 Cheng Ho pernah ke Lambri, pada saat itu sudah berpenduduk ribuan Muslim termasuk rajanya.

Kampung Chi-zai (池仔), dusun Shi-chun (仕春), kecamatan Chi-dian (池店), kabupaten Jinjiang (晋江), kota Quanzhou (泉州), Propensi Fujian / Hokkian merupakan tanah leluhur Syekh Abdul Qodir al-Shini alias Tan Kiem Han. Disana terdapat beberapa buku silsilah tulisan tangan dirumah abu Marga Tan keturunan Mei-xi (梅溪) terbitan tahun 1576 dan dari keturunan putra sulung garis Chi-zai terbitan tahun 1907. Dikabarkan moyang mereka datang dari tempat yang sangat jauh dibalik langit, dan ada 4 bersaudara yang menetap di Mei-xi, dari keturunan putra sulung mendirikan perkampungan Chi-zai tersebut. Pada zaman permulaan Dinasti Ming tahun 1383 Tan Kiem Han () nama kecil Tan Lan Cai (兰斋) terlahir disana, sibungsu dari 2 anak Tan Tek ()cabang Chi-zai. Tan Kiem Han semula adalah seorang guru di Leizhou Guangdong yang menganut ajaran Islam, menikah dengan marga Kam () tetapi tidak dikaruniai keturunan anak, kemudian bercerai dengan damai, dan ikut Cheng Ho berlayar ke Samudra Barat niatnya untuk meninjau Lambri (南勃里), setelahnya tidak ada kabarnya lagi, maka tidak ada lanjutan dalam catatan silsilah-silsilah tersebut.

Mengejudkan seluruh warga seketurunan Tan di Chi-zai sewaktu pemerintah pusat datang menyelidiki silsilah mereka dan achirnya mengetahui bahwa, keturunan leluhur Tan Kiem Han masih ada dan malah menjadi pimpinan negara yang sangat membanggakan marganya. Suatu ketika mereka dipersiapkan untuk menyambut kedatangan Gus Dur dikampungnya, tetapi ditunggu-tungu tidak jadi muncul disana, sampai sekarang masih merupakan penyesalan semua warga Chi-zai. Tidak diketahui apa sebabnya, tetapi bisa diperkirakan karena keadaan daerah itu yang masih tak terpelihara beberapa tahun lalu, yang tidak memungkinkan pemerintah Quanzhou dan Hokkian untuk menampilkan kepada tamu agung pimpinan negara seperti Gus Dur. Sekarang sudah ada kemajuan dan perbaikan, jalan raya dari bandara langsung melintasi didepan dusun, bangunan rumah abu telah diperbaru, penghidupan warga Chi-zai telah menjadi makmur, mereka bersukur atas jasa pengaruh, langsung ataupun tidak langsung, peninggalan dari Mantan Presiden Gus Dur kepada tanah leluhur, sebagai putra keturunan Chi-zai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun