Mohon tunggu...
Anthony Dio Martin
Anthony Dio Martin Mohon Tunggu... Human Resources - WISE (Writer, Inspirator, Speaker, Entepreneur), CEO HR Excellency - MWS Indonesia, Penulis 18 Buku, Ahli Psikologi, Profesional Coach

Anthony Dio Martin, WISE (writer, inspirator, speaker dan entepreneur) dan juga ICF certified executive coach, yang dijuluki "The Best EQ Trainer Indonesia". Beliau penulis 18 buku dan lebih dari 25 CDAudio. Salah satu bukunya menerima penghargaan MURI. Beliau pernah memandu beberapa program motivasi di TV kabel, saat ini punya siaran rutin program radio “Smart Emotion” di SmartFM. Youtube: anthony dio martin official IG: anthonydiomartin Kontak & info: 021-3518505 atau 3862521 atau email: info@hrexcellency.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Gaji Tak Naik-naik, Resign Ah!

23 Mei 2018   07:34 Diperbarui: 12 Desember 2018   14:46 3847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: nyislaw.com

Seringkali karyawan secara subjektif berpikir ia telah berkontribusi dan kerja banyak. Tetapi, manajemen merasa apa yang dikontribusikan adalah sesuai dengan posisinya. Jadi, kalau dia mau naik gaji, perlu effort (usaha) yang lebih besar. Di sinilah tidak ketemunya.

Ketiga, apakah tidak ada manfaat lain selain gaji. Terkadang, banyak perusahaan yang tidak menaikkan gaji karena alasan sederhana. Gaji adalah angka yang fixed (tetap), sehingga nantinya akan jadi beban tahunan. Sehingga, bayaran diberikan dalam bentuk sesuatu yang variabel sifatnya. Bentuknya entah insentif, ataupun tunjangan yang lainnya. Ataupun, dalam bentuk kesempatan belajar, dll. 

Nah, terkadang kalau pertimbangannya hanya gaji melulu, orang bisa salah. Saya teringat dengan seorang karyawan yang rela bekerja di tempat yang jauh, dengan gaji lebih tinggi. Tapi, dia tidak mempertimbangkan ongkos perjalanan plus waktunya yang hilang di jalan.

Tips yang perlu jadi pertimbangan pula
Mulai sekarang, kalau mau resign pastikan Anda sudah tahu mau pergi ke mana. Faktanya, jauh lebih susah mendapatkan pekerjaan saat Anda dalam posisi resign daripada Anda masih punya pekerjaan saat ini.

Entah mengapa, saya merasa aura orang yang bekerja dengan yang tidak bekerja, kondisinya berbeda. Yang bekerja, biasanya lebih pede. Lebih yakin. 

Sehingga ketika menjawab, juga lebih meyakinkan, makanya biasanya lebih mudah ditawarin kerja saat Anda sedang punya kerjaan. Lagipula, jangan pernah resign hanya karena alasan yang emosional. Misalkan, hanya karena merasa kesal karena gaji tak pernah naik-naik. Resign karena alasan emosional, kadang berakhir dengan penyesalan.

Mungkin ada baiknya pula, sebelum Anda buru-buru resign karena merasa gaji tak pernah baik, cobalah bicarakan. Siapa tahu ada pertimbangan lain. Kadang, mungkin di tahun berikutnya ada pertimbangan dari atasan untuk menaikkan gaji Andfa. Cobalah ditanyakan.

Tapi, bisakah kita resign karena memang gaji tak pernah dinaikkan? Boleh saja. Tapi, itu kalau Anda yakin Anda telah bekerja dengan sangat maksimal. Sementara itu, Anda juga bandingkan kalau di tempat lain, orang yang setara dengan Anda gajinya jauh lebih tinggi.

Tapi, saya sangat yakin, kalau Anda kontribusinya banyak dan Anda merasa gajinya kekecilan. Tatkala, Anda membicarakan ini dengan atasan Anda, dia pasti akan mempertimbangkan. Namun, kalau tidak maka, artinya menurut dia kinerja Anda masih kurang.

Akhirnya, ingatlah gaji Anda tidak melulu dinilai dari gaji pokok yang Anda terima setiap harinya. Insentif juga merupakan gaji Anda. Tunjangan juga. Selain itu, ada banyak hal yang perlu jadi pertimbangan sebelum resign

Mungkin saja kondisi tempat kerja. Termasuk jarak tempuh. Atau, stres kerja Anda juga bisa jadi pertimbangan. Faktanya menunjukkan, high salary, high demand (gaji tinggi, tuntutan juga pasti tinggi). Ya jelas dong! Jadi, kalau Anda merasa gaji Anda kekecilan, jangan buru-buru resign dulu sebelum pertimbangan yang matang. Ok?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun