Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (First)
Wira D. Purwalodra (First) Mohon Tunggu... Penulis - Let us reset our life to move towards great shifting, beyond all dusruption.

Saatnya menyibak RAHASIA kehidupan semesta yang Maha Sempurna ini, dengan terus menebar kebajikan untuk sesama dan terus membuat drama kehidupan dan bercerita tentang pikiran kita yang selalu lapar, dahaga dan miskin pengetahuan ini. Sekarang aku paham bahwa kita tidak perlu mencapai kesempurnaan untuk berbicara tentang kesempurnaan, tidak perlu mencapai keunggulan untuk berbicara tentang keunggulan, dan tidak perlu mencapai tingkat evolusi tertinggi untuk berbicara tentang tingkat evolusi tertinggi. Karena PENGETAHUAN mendahului PENGALAMAN.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Kita, Merasa Bisa Mengelola Ketidakpastian

19 Oktober 2016   09:36 Diperbarui: 1 Januari 2017   02:14 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto koleksi pribadi (Okt-2016)

Oleh. Purwalodra

Hampir setiap hari kita dituntut untuk menyelesaikan banyak hal dan memastikan diri, bahwa apa yang kita lakukan itu bermanfaat dan berguna bagi orang lain dan diri kita sendiri. Namun, apa yang terjadi ? justru tuntutan pekerjaan semakin banyak, sementara kepastian akan hasilpun semakin kecil. Artinya, kita semakin hari, semakin tidak mengerti seberapa pentingnya kegiatan yang kita lakukan itu. Atawa, pikiran kita semakin menyempit untuk mampu melihat, apa yang terpenting dalam hidup ini ?!

Begitu banyak orang mengalami kesalahpahaman yang sama. Mereka mengira, hal terpenting di dunia adalah uang. Sehingga orang banyak terjebak kepada perilaku irrasional melalui penggandaan uang. Orang ingin cepat kaya tanpa usaha apalagi berpikir. Ketika uang banyak, mereka justru bingung, dan akhirnya melakukan hal-hal yang justru menghancurkan diri mereka sendiri ?!

Mereka mengatakan bahwa mereka butuh uang untuk hidup, tetapi dengan ringannya tanpa upaya kritis apapun, mau dan mampu, menyerahkan uang milyaran rupiah miliknya itu kepada seorang yang di sebut-sebut sebagai ‘kanjeng’. Pada akhirnya, perilaku ini menciptakan semacam lingkaran setan yang tidak pernah masuk akal, meskipun ada upaya-upaya untuk melogikakannya sebagai kemampuan ‘transdimensi.’ Maka tidak heran, jika ada seorang ulama mengatakan bahwa masyarakat kita sedang sakit parah, dan jalan hidup semacam ini, mengakibatkan banyak orang menderita dalam hidupnya?!

Banyak orang juga bilang, bahwa mereka mencari uang untuk nafkah hidup keluarga. Ini tentu masuk akal dan benar. Akan tetapi, apakah bisa dibenarkan, jika kita mencari uang untuk keluarga kita, dan menipu keluarga-keluarga lainnya? Lagi pula, seberapa banyak sih uang yang kita butuhkan untuk menghidupi keluarga kita? Milyaran Euro ? Atawa trilliunan rupiah ?!

Kebingungan dan ketidakyakinan pada proses hidup, yang sedang dan akan kita jalani ini, justru menghasilkan kesalahpahaman semacam tersebut diatas. Kesalahpahaman ini akhirnya membuahkan penderitaan yang lebih banyak lagi. Kita menjadi tidak paham, apa yang terpenting dalam hidup ini, dan akhirnya melakukan hal-hal bodoh. Orang lain pun kena getahnya, akibat dari kebodohan-kebodohan kita itu ?!

Lantas, apa yang terpenting dalam hidup ini? Jawabannya jelas bukan uang, apalagi uang untuk digandakan ?!  Saya bahkan berani berpendapat, bahwa yang terpenting dalam hidup ini pun bukan hidup itu sendiri. Keluarga, bahkan memahami “tuhan”, pun juga bukan merupakan hal terpenting dalam hidup ini. Hidup, uang, keluarga dan tuhan tentu penting, tetapi bukanlah yang terpenting.

Tentu, yang terpenting dalam hidup ini adalah memahami, siapa kita sebenarnya. Kita punya tugas utama dalam hidup ini, yakni menyadari siapa diri sejati kita sebagai manusia. Jika kita bisa menyadari ini, maka kita akan menemukan kebebasan serta kebahagiaan yang sejati, bahkan kita bisa menemukan Tuhan dalam diri kita itu. Kita pun lalu bisa membantu mengembangkan kehidupan orang lain dan masyarakat kita ?!

Untuk apa kekayaan berlimpah, tetapi kita tidak mengenal, siapa diri kita? Untuk apa nama besar dan jabatan tinggi, tetapi kita hidup dalam kemelekatan dan penderitaan? Untuk apa memiliki kecerdasan tinggi, tetapi terjebak terus dalam kecemasan dan kesepian? Kita sudah semestinya, mulai tergerak untuk melakukan tugas utama kita di dalam hidup ini, yakni menyadari kembali jati diri sejati kita sebagai manusia.

Menjalani hidup yang serba tidak pasti sekarang ini, membutuhkan kemampuan berpikir kritis. Bahkan menurut Baldoni, ketidakpastian adalah sesuatu yang mesti dikelola. Dan di dalam proses itu, sikap kritis adalah sesuatu yang amat penting. Sikap kritis membuat kita selalu siap menanggapi setiap perubahan yang terjadi. Sikap kritis amat membantu kita menyikapi ketidakpastian secara bijak dan tepat ?!

Pengalaman sehari-hari kita mengajarkan, bahwa hidup kita itu penuh dengan kejutan-kejutan. Mungkin pada hari ini, kita dipuji-puji orang banyak, tapi besok atau lusa kita bisa saja di banting ke bawah, dan dibuang seolah seperti sampah yang tak berguna. Kita tak perlu secara detil mengapa hal ini bisa terjadi. Cukuplah diketahui saja, bahwa jalan hidup kita sampai saat ini, sarat dengan kejutan-kejutan yang tidak selalu menyenangkan. Namun, di sinilah kita menemukan kedewasaan, kearifan dan kebijaksanaan, jika dalam kondisi tersebut kita mampu bersyukur dan ikhlas ?!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun