"TOK..TOK..TOK.. Buka pintunya !!!"
"Verli buka pintunya...!!"
"Vince buka pintunya.. !!"
Sepuluh menit lebih berlalu dan tidak ada sedikitpun terdengar suara dari dalam ruangan itu. Akhirnya mereka memutuskan untuk mendobrak pintu kamar kos tersebut.
"Pak Yitno, tolong pak didobrak saja pintunya. Saya takut kenapa-kenapa dengan Virli." Kata Erlina cemas.
"Baik bu." Kata Pak Yitno sambil menendang pintu yang tertutup itu.
Dan benar dibalik pintu yang sekarang sudah terbuka itu ada sesosok tubuh yang berlumuran darah dengan luka di perutnya.
"Virli ...!!!!" Jerit Erlina sambil memeluk tubuh adiknya yang sudah tiada tersebut. Hampir tak sadarkan diri Erlina memandangi tubuh itu. Hanya lemas yang dirasakannya sampai sebuah tangan yang kuat menahan tubuhnya yang lunglai.
"Bimo.. Itu Virli .. " Tak kuasa menahan perasaan hatinya, Erlina lalu memeluk Bimo dan menangis di bahunya yang masih mengenakan seragam kesatuannya.
"Iya Erlina.. tenanglah. Kami sudah mendengar dari mama kamu perihal Virli yang hilang semalam oleh sebab itu saya disini untuk memastikan semua kejadian yang telah terjadi. Beberapa polisi juga sudah siap untuk mengolah tempat ini." Kata Bimo tenang dengan mengajak Erlina untuk duduk di kursi yang ada di depan kamar kos tersebut.
"Drrrttt... " Bunyi suara HP Bimo yang bergetar.