Mohon tunggu...
Anselmus Puasa
Anselmus Puasa Mohon Tunggu... Dosen - nama panggilan Amos

Amos si penggemar film Kung Fu China

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Budaya Pop dan Pendidikan

28 Oktober 2021   12:39 Diperbarui: 29 Oktober 2021   13:00 1430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pendidikan, siswa masa kini. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Anak didik adalah objek investasi dan sumber deposito; anak didik ibarat 'bejana kosong' yang diisi dengan tabungan untuk masa depan. Inilah pendidikan di era kapitalis, yakni pendidikan harus menjawab kebutuhan pasar. Sehingga yang terjadi adalah komersialisasi pendidikan.

Menurut Arpinus Salam, pendidikan yang proaktif dan progresif, tidak semata-mata soal out put yang siap pakai di pasar kerja, tetapi pendidikan semstinya menghasilkan manusia yang inspiratif, mandiri, berpikir alternative dan berkepribadian. 

Pendidikan yang gagal menciptakan manusia yang berkepribadian, hanya akan menciptakan pribadi yang mudah disetir,diatur, dihasut, dan diombang-ambingkan dengan keadaan.

Menjawab Persoalan

Membendung lajunya arus budaya pop (negative) maka manusia terdidik,harus mampu menciptakan budaya tandingan/budaya lokal. Terutama, membangkitkan rasa percaya diri dan kecintaan pada jati diri sebagai manusia Indonesia/manusia Halmahera.

Pendidikan harus membentuk karakter manusia yang menghargai proses, tidak hanya mengejar hasil (out put). Kuliah Instant, ijazah instant, makalah instant hasil COPAS; hanya akan menciptakan manusia parasit atau menghasilkan orang-orang yang berpendirian: "biar omong kosong, dari pada kosong."

Menurut John Medina (buku:Brain Rules),multitasking is a myth. Otak manusia bekerja secara sekuensial (berurutan) dan tidak pernah bisa dipaksa bekerja secara parallel (bersamaan dalam satu waktu). Studinya, menunjukan bahwa melakukan multitasking hanya akan menurunkan produktivitas kita.

Apapun model pendidikan yang kita selenggarakan, namun tujuan pendidikan, tidak lain adalah untuk membudayakan dan mengadabkan manusia, agar tidak menjadi manusia yang berbuaya dan biadab.

Menurut Alber Bandura (Psikolog dari Kanada, 1986) dalam Teori Belajar Sosial, orang belajar dari orang lain melalui observasi, peniruan, dan pemodelan. Sebab manusia adalah mahluk peniru nomor satu, karena itu, tirulah yang baik bukan yang buruk.

Penutup

Salah satu budaya yang berkembang di era globalisasi adala "Budaya Pop." Kehadiran "Budaya Pop" ibarat pedang bermata dua. Ada sisi-sisi positif, tetapi juga ada sisi negative yang harus dicermati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun