Mohon tunggu...
Anselmus Puasa
Anselmus Puasa Mohon Tunggu... Dosen - nama panggilan Amos

Amos si penggemar film Kung Fu China

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berani Hidup Bukan Berani Mati

7 April 2021   08:27 Diperbarui: 7 April 2021   08:46 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada tradisi atau budaya tertentu, mati dengan bunuh diri adalah sebuah kehormatan. Misalnya dalam tradisi Samurai Jepang, yang dikenal dengan sebutan harakiri. Harakiri adalah tindakan mengakhiri hidup dengan cara menusukkan belati atau samurai ke perut atau jantung yang dilakukan oleh orang yang merasa telah kehilangan kehormatan akibat melakukan kejahatan, aib, dan/atau mengalami kegagalan dalam menjalankan kewajiban. Bagi mereka, tidak ada gunanya lagi melanjutkan hidup bila sudah kehilangan kehormatan. Dan agar kehormatan tetap terjaga, maka harakiri adalah jalan yang terbaik. Bila tidak melakukan harakiri maka mereka akan menjalani hidup sebagai seorang pecundang.

Bagaimana dengan aksi bom bunuh diri yang kerap terjadi di negara kita atau di negara lain ? Apakah tindakan bunuh diri mereka dapat dikategorikan sebagai suatu tindakan harakiri ala Jepang tersebut ?  Pastinya tidak. Sebab pada prinsipnya harakiri tidak dilakukan dengan ikut mengorbankan orang lain. Artinya harakiri bukanlah suatu tindakan yang bertujuan untuk meneror masyarakat yang tidak bersalah. Sedangkan berbicara tentang bom bunuh diri yang dilakukan oleh para teroris, membawa akibat kematian bagi si pembawa bom itu sendiri dan bagi orang banyak yang menjadi target dari aksi yang mereka lakukan tersebut.

Bom Bunuh Diri

Pada hari Minggu 28 Maret 2021, sekitar jam 10.30 WITA, telah terjadi aksi bom bunuh diri di pintu masuk depan gereja Katedral Makasar. Tragedy tersebut menewaskan dua orang pelaku bom bunuh diri tersebut dan beberapa orang yang menderita luka-luka. Bagi yang memiliki  memori yang masih baik, pasti ingat dengan peristiwa yang terjadi pada akhir Januari 2019 lalu. Dimana terjadi serangan terhadap gereja Katolik di pulau Jolo (Filipina) yang menyebabkan 22 orang meninggal dan seratusan lainnya luka-luka. Tragedi yang sama menimpa 3 gereja di Surabaya pada 13 Mei 2018.

Pertanyaan sederhana, apa sih yang menjadi tujuan dari serangkaian bom bunuh diri yang dilakukan oleh para teroris tersebut ? Menurut  para analis, hal itu dilakukan karena mereka (actor intelektual ?) hendak menyampaikan pesan kepada kita semua bahwa gerakan mereka (teroris) tidak pernah mati; dan oleh karena itu, siapa pun musuh-musuh mereka jangan pernah tidur, karena kami (teroris) akan datang menghajar dan memusnahkan kalian. Dengan kata lain, aksi terror ini adalah sebuah tontonan kekerasan bagi public dan kemungkinan besar sebagai suatu aksi politik (baca: politik balas dendam).

Apa pun tujuan mereka (teroris), tindakan brutal yang mereka lakukan tidak boleh ditolerir. Sebab tindakan bom bunuh diri dengan tujuan menghancurkan dan membinasakan orang lain adalah suatu bentuk kejahatan kemanusiaan yang paling biadab. Menurut Mahfud MD (Menko Polhukam), serangan di Makasar "bukan merupakan bagian dari perjuangan agama dan tidak mewakili agama apa pun." Ini adalah betul-betul terror. Ini adalah musuh kemanusiaan. Sebab  semua agama itu pro kemanusiaan  dan anti terorisme. (BBC News, 28 Maret 2021)

Pecundang

Menarik bahwa di dunia ini ada dua kekuatan besar yang untuk itu, orang rela mati demi kedua hal tersebut. Dua kekuatan itu adalah agama dan negara. Ya, Agama dan Negara adalah dua entitas yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan yang paling kuat dalam mempengaruhi kehidupan manusia. kekuatan yang dahsyat itu, terwujud dalam kehidupan umat/warga yang secara sadar dan dengan iklahs bahkan dengan rasa bangga berkorban atau mati demi agama dan negara. Mati untuk agama disebut martir atau syuhada; dan untuk negara disebut patriot. (Edy Kristiyanto,2001:121).

Tak dapat dipungkiri, semua orang kristen pasti tahu bahwa Yesus Kristus ditangkap dan diadili bak seorang penajahat; lalu akhirnya dijatuhi hukuman mati, dengan disiksa dan mati di atas kayu salib. Hal itu bukan dilakukan oleh orang-orang kafir atau  para teroris atau para penjahat kelas kakap yang mungkin dalam tubuh mereka mengalir darah iblis yang punya naluri untuk membunuh. Akan tetapi dilakukan oleh orang-orang yangberstatus sebagai para pemuka agama dan para penguasa yang terhormat. Mereka melakukan itu, karena kepada mereka seolah-olah diangkat oleh Tuhan sebagai polisi sorgawi yangbertugas sebagai penjaga kesucian dan kekudusan Tuhan.  Jika ada orang yang melanggarnya, maka mereka akan turun tangan mengatasi dan membasminya.

Begitulah pentas sejarah yang penuh dengan tragedi serta ironi yang sejenis. Di mana orang beragama dan beradab melakukan tindakan kejahatan yang biadab terhadap orang-orang beragama yang beradab.  Hal ini menunjukan bahwa banyak orang yang percaya akan kebesaran dan kuasa Tuhan, tetapi kurang sadar akan kebaikan Tuhan. Bagi orang yang kurang sadar akan kebaikan Tuhan, bisa jadi mereka adalah orang yang taat beragama, tetapi belum menjamin bahwa mereka juga adalah orang baik. Karena itu tidak heran jika ada orang yang beragama yang melakukan tindak kejahatan atas nama agama dan atau atas nama Tuhan. Orang-orang seperti itu (para teroris) yang memakai agama sebagai topeng, sesungguhnya mereka adalah sekumpulan para pecundang, bukan pahlawan yang harus dilawan.

Orang Baik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun