Mohon tunggu...
Anri Rachman
Anri Rachman Mohon Tunggu... Guru - Pengajar di Sekolah Madania, Kabupaten Bogor

Bukan manusia baik, bukan pula manusia jahat, hanya manusia dengan dosa yang berusaha memberikan yang terbaik.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Strategi Bidang Energi Menjelang Debat Calon Presiden Jilid 2

14 Februari 2019   14:17 Diperbarui: 14 Februari 2019   15:35 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pekan ini, tepatnya 17 Februari 2019 para calon Presiden Republik Indonesia akan melakukan debat kedua dengan tema "Energi, Pangan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, dan Infrastruktur." Dalam benak saya, ada suatu harapan kedua calon dapat menyampaikan visi dan misi yang berhubungan dengan bidang-bidang tersebut. Sehingga tersaji perdebatan yang lebih matang dan berbobot jika dibandingkan dengan debat pertama.

Bidang-bidang yang akan dibahas pada debat kedua ini merupakan bagian penting bagi hajat hidup bangsa dan negara ini. Bertahun-tahun, permasalahan yang sama seolah-olah selalu berulang dihadapi oleh bangsa ini mengenai energi, pangan, sumber daya alam, lingkungan hhidup, dan infrastruktur. Bidang infrastruktur mungkin menjadi satu diantara lainnya yang terlihat masif dilakukan oleh pemerintah saat ini. Tapi bagaimana dengan bidang yang lainnya?

Berbicara bidang energi, khususnya energi baru dan terbarukan saat ini memerlukan perhatian khusus, terutama ketika cadangan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui kian menipis cadangannya. Bahkan berdasarkan data Dewan Energi Dunia, Indonesia kian berada di ambang krisis energi. Ketahanan energi Indonesia pada tahun 2014 berada pada peringkat ke-69 dari 129 negara. Hal ini menjadi lampu merah bahwa dalam beberapa tahun ke depan ketersediaan sumber energi kian terbatas.

Ketika krisis energi kian menerjang, pengembangan sumber energi baru, terbarukan, dan alternatif 'jalan di tempat', sedangkan kebutuhan konsumsi energi semakin hari semakin meningkat dan masyarakat belum memiliki kesadaran akan hemat energi. Tidak hanya itu, infrastruktur yang belum memadai pun menjadi 'halang rintang' bagi pemasokan sumber energi.  Daerah-daerah penghasil dan pemasok sumber energi sulit untuk menyuplai hasil sumber energi secara merata dan cepat ke seluruh daerah di Indonesia. "Sudah jatuh tertimpa tangga pula" ungkapan ini tepat untuk menggambarkan kondisi ketahanan energi Indonesia saat ini.

Berdasarkan Perpres No. 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional, pada tahun 2017 potensi sumber daya alam baru dan terbarukan berupa sumber energi panas bumi di Indonesia sebesar 29.544,00 MW dan yang terpasang hanya 1.438,5 MW. Sedangkan potensi energi air hanya sebesar 75.091 MW dan yang terpasang hanya sebesar 4.826,7 MW.  Inipun hanya dihasilkan oleh beberapa daerah di Indonesia, artinya daerah-daerah lain belum memaksimalkan potensi energi air di wilayahnya. Kemudian sumber bioenergi pada tahun 2015, jumlah produksinya sebesar 32.654 MW dan yang terpasang sebesar 1.671,0 MW.

Dengan kondisi seperti itu, maka diperlukan beberapa tindakan dan langkah untuk menangani krisis energi. Sehingga ketersediaan energi tidak hanya untuk beberapa belas tahun ke depan, tapi untuk ratusan tahun ke depan bahkan selamanya. Memang pekerjaan rumah yang tidak mudah untuk menangani krisis tersebut, tapi bukan tidak mungkin untuk dilakukan.  Opsinya, apakah kita akan terus diam dan menjadi negara konsumtif sehingga dalam beberapa tahun ke depan menjadi negara 'Zombie' yang hidup segan mati pun tak mau? Atau melakukan pembaruan, penyadaran, dan menyusun strategi untuk menangani krisis energi, sehingga menjadi negara yang memiliki ketahanan energi tangguh?

Meningkatkan kesadaran

Krisis energi menjadi isu global yang melanda dunia, termasuk Indonesia. Daya konsumsi yang semakin meningkat dan tidak terkendali, maka diperlukan langkah awal untuk menanganinya. Langkah awal dan utama untuk menangani krisis adalah meningkatan kesadaran akan pentingnya hemat energi.

Berdasarkan data dari BP Statistical Review of World Energy 2014 tingkat konsumsi energi global mencapai + 80% dan meningkat sekitar + 1,3% setiap dekadenya. Tingkat konsumsi tersebut mempengaruhi kebutuhan energi dan sektor lainnya. Melihat kondisi seperti itu, kesadaran pengendalian konsumsi energi menjadi langkah yang tepat.

Kesadaran hemat energi harus segera ditanamkan pada semua lapisan dengan pemerintah sebagai penggerak utamanya. Mulai dengan menggunakan energi tepat guna, mengurangi konsumsi energi fosil, dan memanfaatkan energi sesuai kebutuhan.

Edukasi seperti itu harus sudah tertanam sejak dini. Selama ini pemerintah kurang memperhatikan edukasi pengendalian konsumsi energi pada semua lapisan dan hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun