Mohon tunggu...
Ano suparno
Ano suparno Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Jalanan

FREELANCER Pernah di Trans TV sebagai Reporter, Kameraman lalu Kepala Biro TRANS. Sebelumnya, sebagai Stringer Tetap BBC London siaran Indonesia, reporter hingga Station Manager Smart FM Makassar. Setelah di Trans, saya mendirikan dan mengelolah TV Lokal sebagai Dirut. Sekarang Konsultan Media dan Personal Branding

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Voodoo hingga Evolusi

3 Februari 2021   23:10 Diperbarui: 3 Februari 2021   23:39 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kompas.com 

Ensiklopedia Holocaust menyebut orang yang bersikap rasis adalah orang yang meyakini karakteristik turunan yang dibawa sejak lahir secara biologis menentukan perilaku manusia.  Dan Doktrin rasis menegaskan bahwa darah adalah penanda bangsa -- etnis.

Pertengahan Januari 2021, isu rasis menyeruak di tanah air. Jagad tagar twitter sempat menyematkan rasis pada peringkat pertama setelah ada tokoh yang  diduga menyerang secara rasis  Natalius Pigai melalui jagad twitter.  

Pigai adalah mantan komisioner Komnas HAM berasal dari Papua yang gemar melakukan kritik melalui akun twitter. Ia tak segan  mengkritik sejumlah tokoh termasuk Presiden Jokowi. 

Terakhir, Pigai memantik Vaksin Sinovac yang telah disuntika ke tubuh Jokowi. Pantikan Pigai itu, dibalas oleh Permadi Arya dan Ambroncius Nababan. Nama terakhir telah masuk dalam bui, setelah polisi menetapkan bahwa cuitan  Ambroncius tersangka  rasis terhadap Pigai.

Jauh di belahan Eropa, tempatnya negeri Pizza Italia, isu rasis juga sedang menyepak striker gaek AC Milan, Zlatan Ibrahimovic.  Bermula kala bigh match AC Milan vs Inter Milan dalam Copa Italia. Dua striker club dari kota mode Milan itu, Lukaku dan Ibrahimovic  terlibat adu mulut yang menyebabkan keduanya diganjar kartu kuning oleh wasit. 

Usai perhelatan yang dimenangkan oleh Inter Milan, isu rasis pun menyeruak. Ibra yang telah mengemas 12 gol untuk AC Milan musim 2021, dituding mengucapkan rasis ke Lukaku "lakukan saja voodoomu". Voodoo adalah ritual yang sering dilakukan oleh orang Afrika.  Ungkapan itulah, sehingga Ibrahimovic dituding telah berperilaku rasisme.

Bagi lapangan hijau, isu rasis telah mencuat sejak seratus tahun silam. Brazil lah, sebagai negara yang mengawali korban isu rasis. Sebagai negara yang merajai dunia sepak bola pada masa itu, sehingga motif rasis melanda bukan hanya kepada pemain tetapi wasit yang berasal dari Brasil.  

Seorang wasit Brasil, Marcio Chagas da Silva,  pernah mengatakan dirinya menjadi target 200 lebih serangan bermotif ras sepanjang kariernya. Ia mencontohkan pada saat memimpin  laga antara klub Brasil Esportivo dan Veranopolis, fans berteriak ke arahnya: "Lebih baik tetap di sirkus. 

Kembali ke hutan, monyet!"   Saking rasisnya,  tahun 1920-an  presiden Brasil memanggil pelatih timnas untuk memastikan mereka tidak membawa pemain berkulit hitam saat tur mancanegara.  Semua itu sebab sepak bola masih dianggap sebagai aktivitas bagi kaum elit berkulit putih.

Riwayat buruk   kasus rasis di lapangan hijau kini  menempatkan FIFA di garis terdepan dalam perjuangan melawan rasis yang mengerikan pada hak asasi manusia.  "FIFA tidak akan mengecewakan para korban pelecehan rasisme." Begitu bunyi, janji FIFA pada korban rasis.  
Pula aturan baru FIFA tentang pelaku rasis, akan memberlakukan  hukuman yang berlipat ganda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun