Mohon tunggu...
Ano suparno
Ano suparno Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Jalanan

FREELANCER Pernah di Trans TV sebagai Reporter, Kameraman lalu Kepala Biro TRANS. Sebelumnya, sebagai Stringer Tetap BBC London siaran Indonesia, reporter hingga Station Manager Smart FM Makassar. Setelah di Trans, saya mendirikan dan mengelolah TV Lokal sebagai Dirut. Sekarang Konsultan Media dan Personal Branding

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta di Warung Makan

16 September 2020   09:56 Diperbarui: 16 September 2020   10:06 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber; myburumpi.wordpress.com

"Sudah selesai tugas mu dari bu ade'? Na, besok  mata kuliahnya jam delapan. Aish, saya belum pi"  rengek Sabaruddin, pada kami berlima yang sedang ngobrol depan kamar Andi. Tak satupun diantara kami yang tergelitik oleh ingatan Sabaruddin tersebut walaupun sebenarnya tak satupun diantara kami yang telah menyelesaikan tugasnya. "Kasi Sarinem, biar dia kerjakan tugasmu" teriak Andi sambil melihat Sabaruddin masuk ke kamar mandi, sore itu.

Kami berenam adalah seangkatan, yang kuliah pada jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin. Saya, Sabaruddin, Zakirun, Andi Sianuddin, Makil dan Gustanu.  

Selain sekuliahan dan seruangan kami pun memilih Pondok Seruni sebagai tempat kumpul usai kuliah. Diantara kami berenam, saya dan Zakirun tidak memiliki kamar di kosan. Empat temanku memiliki kamar yang berjejer di Pondok Seruni. Tak jauh dari pondok Seruni, terdapat warung  tempat makan para mahasiswa. Di warung itulah, terdapat pelayan, namanya Sarinem. Dan mulailah cerita ini bertutur.

Sarinem berambut ikal, hitam namun kata Sabaruddin melalui gombalan perdananya, "hitam manis".  Sejak saat itulah Sarinem silih berganti keluar masuk dan sesekali melewati Pondok Seruni. Apalagi jika sore hari, di mana kami berenam berkumpul dan tertawa membahas hasil mata kuliah pada pagi hingga siang hari. 

Sesekali Sabaruddin menyanyikan lagu dari grup band  "Vodoo",  "Sampaikan salamku pada dia".  Sarinem semakin tersipu, seolah tak menginjakkan kakinya lagi pada tanah yang menjadi tumpuannya.  Sarinem, pada mulanya kami menganggap adalah pelayan Warung  Dian. 

Lantaran Seruni dan Dian begitu dekat, maka di situlah kami seringkali menjajakan uang kiriman orang tua untuk jajan makan siang maupun malam.  Sarinem lah yang seringkali melayani, menyediakan lauk, nasi dan sayuran kesukaan kami.  Tak lama untuk akrab dengan Sarinem, selain ramah, ia juga supel dan memiliki kegesitan melayani pengunjung seperti perempuan Jawa lainnya.  Inem, begitu kami memanggilnya, rupanya keponakan pemilik warung

"Mba' Inem,  sudilah kiranya kamu mengantarkan makanan buat temanku, Sabaruddin" pinta Zakirun, sambil menikmati sepiring nasi, sepotong ikan. Sesekali menambah satu hingga sendok  kuah sayuran. "Kenapa dia kak?. Lagi di mana Kak Udin" tanya Inem, sambil mengantarkan sepiring nasi buat Zakirun.

"Capek dia itu.  Tadi habis  latihan seharian karena minggu depan akan tampil di panggung, sebagai vokalis" jawab Andi, yang sedaritadi telah menghabiskan makananya.  Begitulah cara kami menyanjung Udin agar Inem semakin takjub dan jatuh cinta padanya. "Tambah nasi kak. Ini ikan goreng kak" ajak  Inem sambil menyodorkan piring berisi ikan, tempe dan sepotong ayam. Sambil kulirik, Inem nampak bersungut sungut. 

Dibalik keseriusannya melayani tamu, senyum tak pernah lepas dari wajahnya. Semua karena ulah Andi dan Zakirun yang telah menyampaikan harapan Udin  pada nya. Lalu saya menikmati menu gratis sore itu.  

Tak lama kemudian, Makil masuk duduk berhadapan denganku. Zakirun masih menikmati hidangan dari Inem, kuyakin sore ini kami makan gratis lagi. Wajah Inem tampak sangat berseri seri, apalagi saat melihat Maliku masuk duduk sambil menitipkan salam dari Sabaruddin buat  Sarinem.  "Mba' Inem, ada titip salam dari udin" sela Maliku sambil memperhatikan kami yang telah nyaris menyudahi santapan gratis.

Maka pembaca yang Budiman, sudah bisa membayangkan bukan? Betapa berbunga bunganya seorang cewek mendapat serangan salam bertubi tubi dari seorang cowok melalui para  sahabatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun