Mohon tunggu...
Ano suparno
Ano suparno Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Jalanan

FREELANCER Pernah di Trans TV sebagai Reporter, Kameraman lalu Kepala Biro TRANS. Sebelumnya, sebagai Stringer Tetap BBC London siaran Indonesia, reporter hingga Station Manager Smart FM Makassar. Setelah di Trans, saya mendirikan dan mengelolah TV Lokal sebagai Dirut. Sekarang Konsultan Media dan Personal Branding

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dari Gedung DPRD Sulsel, 2 Tangisan dari Mata Bu Dewan

15 Oktober 2019   06:36 Diperbarui: 15 Oktober 2019   07:53 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada yang memantik hati kita pada prosesi penyumpahan atas nama wakil rakyat pada edisi 2019 tahun ini.  Apa itu? Adalah tangis air mata dari dua orang perempuan.  

Laman laman media sosial dan tulisan sejumlah juru tulis Rabu sore kemarin,  mewartakan seorang perempuan tangguh tertunduk sedih. Foto terlihat, kedua tangannya menyeka air mata, menutup sebagian wajahnya, membantu se lembaran jilbabnya agar air mata itu kering dari pipi, agar tak terlihat bahwa ia sedang bersedih, gulana dan menduraikan air mata.

Andi Ina Kartika,  politis Golkar yang pada pagi hari mencium tangan ketua nya Nurdin Halid, sebab mantan cagub gubernur itu mengumumkan jika dirinya telah terpilih sebagai ketua DPRD Sulawesi Selatan, usulannya pada DPP Golkar telah disetujui. Sorak tepuk tangan membahana di sebuah bilangan Warkop,  pancaran bahagia, sumringah dan senyum tentu menyertai tepuk tangan dari mereka yang hadir.

Wartawan, politisi Golkar dan tentu beberapa pengunjung Warkop.   Kebahagiaan Andi Ina berubah pada sore hari.  Berjam jam menunggu SK dari Golkar Jakarta tentang keabsahan dia sebagai Ketua DPRD definitif tak kunjung tiba. Debar jantung tentu tak keruan lagi. Sebagai seorang perempuan,  rasa sedih telah mampir. 

Puncak dari rasa sedih dan malu, oleh karena Andi Ina yang seharusnya mengumumkan nama nya sendiri sebagai ketua  definitif setelah 2 pekan lamanya masih tercatat sebagai ketua sementara DPRD Sulsel.  Hingga sidang paripurna ditutup, SK yang telah diumumkan oleh ketuanya itu tak kunjung jua.  Tangisan pun, tak terelakkan lagi.

Dua pekan lalu, tangisan pertama  menipih lulai di lantai gedung dewan ini, adalah  seorang politisi dari Partai Gerindra.  Tangisan malu dan pilu dari mata Misriani Ilyas. Saat itu 83 temannya telah disumpah sebagai anggota DPRD,  nama dia malah tak tercantum sebagai anggota DPRD terpilih dari partai besutan mantan Calon Presiden, Prabowo Subianto.  Padahal, sebagaimana aturan KPU, suara Misriani terbanyak sehingga dirinya pantas, layak  dan berhak duduk sebagai anggota parlemen.  

Jadwal pelantikan pun tiba, Proses pelantikan telah ia siapkan,  mengenakan pakaian terbaik, mengabarkan pada kerabat, keluarga dan handai taulan, tetangga serta yang memilihnya bahwa ldirinya kini menjadi anggota dewan.  Penuh semangat meninggalkan rumah, percaya diri dan yakin.

Namun tibal jualah prosesi pelantikan itu. Ajibbbb... namanya tak tercantum, namanya tak terbaca kan, maka ia pun urung dilantik.  Yah,  tangisan perdana seorang perempuan  di gedung wakil rakyat.  Kata partainya, Misriani telah dipecat. Tetapi Misriani tak tau, mengapa ia dipecat? "Sampai hari ini saya tidak tau apa kesalahan ku". Rintih Misriani yang meruak melali jagad sosmed.

Sebagaimana kodrat perempuan, tentang keindahan dan kecantikan. Tetapi panggung politik itu tak kenal keindahan apalagi kecantikan. Maka dari itulah,  politik tak memiliki jenis kelamin, sebab ia tak memuji tentang kecantikan, kecakapan.

Ia hanya sanggup menuju kekuasaan, muslihat, tipuan dan kepentingan. Ia tak berseni. Politik itu adalah politik hanya untuk kepentingan ,  tak ada Budi apalagi akal, ia hanya tipu muslihat. Bukan L'art pour l'art" atau seni (itu hanya) untuk seni.    
Tetapi, ini bukan tangisan ibu pertiwi loh.

Penulis Jalanan
Tentu kutuliskan ini sambil ngopi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun