Mohon tunggu...
Anung Yoga
Anung Yoga Mohon Tunggu... -

Just Writing and Sharing

Selanjutnya

Tutup

Politik

Semakin Maraknya Motivator dan Negeri yang Masih Kesasar-sasar

21 Agustus 2011   07:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:35 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sahabat pena saya dalam status Facebook-nya mempertanyakan korelasi antara semakin menjamurnya pemandu/motivator dengan masih kesasarnya nasib bangsa ini. Mungkin itu tampak hanyalah sebuah status yang oleh kebanyakan orang adalah sebuah keisengan yang bertema berat dan bisa merusak keindahan beranda feed status Facebook yang kebanyakan lebih menyukai status mengenai hal-hal yang lucu, laporan kegiatan aktual pribadi, lokasi, atau foto-foto narsis yang bisa dikomentari secara ringan dan dicelothehi dengan guyonan. Namun walaupun begitu, pertanyaan tentang korelasi itu cukup menarik perhatian saya dan menjadikan saya juga ikut memikirkan jawabnya.

Barangkali, merupakan keberuntungan bahwa saya adalah salah satu obyek dari keberadaan motivator itu berada walaupun motivator tersebut hanya berinteraksi satu arah dengan saya, yakni melalui bukunya yang saya baca. Dari situ saya mendapatkan setidaknya sebuah titik terang untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Menurut Ellen Bake (psikolog) dalam bukunya Knowing Yourself, terdapat spektrum keadaan manusia dalam berinteraksi sesamanya, yakni: 1) Pasif (pesimis). Sifat ini merupakan spektrum keadaan interaksi manusia yang sangat lemah. Dia berada dalam keadaan di mana Dia tidak mampu mempercayai dirinya sendiri. Dalam sebuah interaksi dia akan bersifat patuh, takut, pasrah, merasa bersalah dan tidak optimis. 2) Asertif (percaya diri). Sifat ini merupakan spektrum keadaan interaksi manusia yang sangat dinamis. Pribadi orang yang bersifat asertif akan tampak menyenangkan bagi sesamanya. Dia dalam berinteraksi akan tampak bersifat mampu merangkul, percaya diri, tidak mudah menyerah, selalu optimis dan mampu menempatkan diri. Spektrum yang terakhir adalah: 3) Agresif (arogan). Spektrum ini adalah keadaan manusia dalam berinteraksi selalu ingin semua berasal dari diriya (Egosentris) sehingga dia akan tampak mengendalikan, selalu merasa benar, memaksa, dan acuh.

Keberadaan motivator adalah lebih menggeser perilaku pasif/pesimis agar menggapai niat/asa-nya yang baik menuju sifat yang asertif (percaya diri) dengan CARA YANG BENAR. Dari situ dapat dilihat bahwa sang motivator itu sendiri adalah seorang yang asertif yang mampu merangkul dan memotivasi orang-orang yang ada dalam spektrum pasif. Sementara orang yang agresif (Arogan) cenderung tidak akan menerima/menganggap keberadaan seorang motivator karena merasa paling benar dan dominan. Terlebih lagi orang yang agresif bertemu dengan orang yang agresif, maka dapat dipastikan akan menjadi ajang yang tidak nyaman untuk dibahas atau dibayangkan.

Anda tahu, dalam rekrutmen karyawan yang dipandang sebagai ASET PERUSAHAAN, pribadi-pribadi yang ada dalam spektrum asertif-lah yang akan dicari baik itu melalui tes psikologi tertulis ataupun dalam wawancara. Hal itu sudah tidak perlu untuk diperdebatkan, karena pribadi asertif akan memberikan nuansa dinamis, positif dan menyenangkan. Pun begitu pula dengan kenapa pribadi yang pasif dan agresif tidak akan dipakai oleh perusahaan, Anda pasti sangatlah tahu kenapa. Masalahnya adalah, bagaimanakah dengan perekrutan anggota partai politik atau Anda pernah juga mendengar para calon presiden menjalani tes psikologi, apakah itu untuk memenuhi kaidah tersebut?

Dan hipotesis saya adalah: sayangnya tampuk kepemimpinan dan perwakilan negeri ini kebanyakan dikuasai oleh orang-orang agresif (arogan) yang merasa sok pintar yang tidak akan menganggap seorang motivator. Seperti saya sebutkan tadi, bahwa pertemuan antara orang-orang agresif dalam percaturan politik selalu menjadi tontonan yang tidak lucu dan tidak nyaman untuk dibahas atau dilihat. Bahkan mereka tidak menyadari sifat mereka yang imbisil berdampak pada negeri ini tetap selalu kesasar karena perbuatan mereka. Jadi terjawablah pertanyaan teman saya bahwa maraknya pemandu/motivator yang berkelas di negeri ini pun tidak signifikan memperbaiki keadaan negeri ini yang masih kesasar-sasar. *Tulisan juga dimuat di blog pribadi penulis di http://anung.sunan-ampel.ac.id/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun