Mohon tunggu...
Anny Im
Anny Im Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis untuk berbagi dan menggerakkan hati.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

100 Persen Ibu, 100 Persen Guru

4 Juli 2020   17:27 Diperbarui: 4 Juli 2020   17:22 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terhitung sejak tanggal 16 Maret 2020 anak-anak di Indonesia memulai belajar di rumah ditengah pandemi Covid-19. 

Para guru dan murid diminta untuk tetap melakukan proses pembelajaran secara daring/online. Pemberlakuan belajar di rumah ini terasa mendadak bagi para guru, anak-anak dan orang tua murid. Sehingga mengalami berbagai kendala fasilitas untuk menyediakan pembelajaran secara online, maupun tekanan bagi anak-anak yang diberi tugas menumpuk dan orang tua yang tak menguasai materi pembelajaran sehingga kesulitan membimbing anak dalam mengerjakan tugas.  

Dikutip dari republika.com seorang wali murid, Mesya mengaku stress mendampingi anak-anak belajar dirumah, dan terkadang anaknya menggunakan smartphone untuk bermain game sedangkan  merasa santai dengan tugas dari sekolah.  Juga kesulitan karena menggunakan bahasa Inggris sehingga harus menerjemahkan dulu melalui google translate. 

Wali murid lain mengeluhkan, anak-anaknya tidak memiliki smartphone masing sehingga harus menggunakan milik orang tua, jika dipakai terus menerus membuat hang. Maupun kesulitan lain seperti menertibkan anak, jika sudah masuk jam belajar dan gurunya di sekolah sudah mengingatkan untuk siap belajar. (18/03/20)

Walaupun Kemendikbud telah menyediakan berbagai platform belajar seperti Rumah Belajar, Sumber Belajar, Kelas Digital, Laboratorium Maya, dan Bank Soal. Maupun platform di luar itu seperti Zenius, Ruang Guru, Google Classroom dsb. Banyak guru belum ahli menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut sehingga terbatas pada  membagikan soal melalui grub Watsapp, maupun orang tua yang tak memiliki kemampuan untuk menggunakan aplikasi tersebut karena berbagai keterbatasan.

Disamping tugas menumpuk yang membuat stress anak-anak dan keterbatasan para guru dan orang tua, faktor yang patut diperhatikan lainnya adalah efektifitas dari pembelajaran.

Kondisi dirumah yang terasa seperti liburan memang terkadang melenakan anak-anak dari belajar dan berfikir, ditambah lagi bila tak ada tindakan orang tua mendisiplikan anak-anak, kapan jam belajar dan kapan jam bermain. Disamping itu juga kemampuan orang tua, membimbing anak dalam pembelajaran juga memiliki dampak efektifitas tersebut.  

Hari ini banyak orang tua yang merasa sangat kesulitan jika ditanya anak untuk membantu menjelaskan soal-soal. Bisa dibilang orang tua sangat tak siap dihadapkan kondisi seperti ini, terutama para Ibu.

Kebanyakan orang tua memindahkan beban mendidik tersebut cukup kepada guru, anak bertanya, guru menjawab. Anak bertanya pada orang tua, disuruh bertanya balik pada guru. Apakah ini kondisi yang ideal ?!

Tentu saja tidak. Belajar tak hanya sebatas mengerjakan soal, belajar tak hanya sebatas menghafal rumus. Belajar tak hanya tugas anak, tapi juga tugas orang tua. Dapat dikatakan bahwa media elektronik atau aplikasi belajar itu hanyalah sebuah fasilitas yang digunakan untuk memudahkan anak dalam belajar, tapi bukan perkara utama.

Pokok utamanya adalah kemampuan orang tua dalam mendidik anak terutama Ibu yang menjadi elemen utama dalam pendidikan anak-anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun