Mohon tunggu...
Annisa Zahra
Annisa Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Annisa Zahra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Demam Bercocok Tanam Hidroponik di Masa Pandemi

25 Juni 2021   10:19 Diperbarui: 25 Juni 2021   10:55 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

DEMAM BERCOCOK TANAM HIDROPONIK DI MASA PANDEMI

Pendahuluan 

             Di masa pandemi ini banyak aktivitas yang dilakukan di rumah, dari bekerja yang semula dilakukan di kantor kemudian dilakukan di rumah masing-masing, di mana kegiatan belajar mengajar pun dilakukan di rumah masing-masing. Di tengah masa pandemi covid 19, banyak masyarakat yang menghabiskan waktunya dengan bercocok tanam. Bercocok tanam ini kelihatannya sudah menjadi tren baru di kalangan masyarakat Indonesia. Sejak adanya imbauan dari pemerintah tentang 'di rumah saja' banyak masyarakat di Indonesia yang memutuskan untuk melakukan aktivitasnya di rumah saja, mengingat besarnya risiko penularan covid 19 di tempat keramaian.

            Selama di rumah saja tentu muncullah rasa bosan dan jenuh, apalagi jika seseorang tersebut sering menghabiskan waktunya di luar rumah dan tidak terbiasa berada di dalam rumah seharian. Hal tersebut tentunya dapat merubah pola pikir seseorang bagaimana caranya agar tidak bosan dan jenuh selama berada di rumah semasa pandemi ini. Salah satunya ialah meluangkan waktunya untuk bercocok tanam. Umumnya, kegiatan bercocok tanam ini dilakukan hanya untuk memperindah atau menata ulang bagian rumahnya. Selain itu, beberapa tanaman yang ditanam dipekarangan rumah dapat menjadikan udara ruangan lebih bersih, sejuk, asri dan baik untuk kesehatan.

           Bercocok tanam merupakan kegiatan secara fisik yang dapat menghasilkan sumber oksigen yang baik untuk tubuh dan  juga kesehatan. Selama pandemi,  kita  dianjurkan untuk tetap berada dirumah saja, tidak keluar rumah jika tidak terlalu penting dan dilarang berkerumunan di tempat umum. Selain itu, kita dianjurkan untuk berjemur dibawah sinar matahari. Dengan adanya kegiatan bercocok tanam yang dilakukan dirumah masing-masing, tentunya kita bercocok tanam di pagi hari dan sore hari, di mana kita akan ikut terpapar sinar matahari yang mengandung vitamin D dan baik bagi tubuh kita.

           Selain baik untuk fisik, bercocok tanam juga baik untuk keadaan psikis, karena dengan keadaan lingkungan yang menyehatkan serta pemandangan yang asri dapat membuat kita merasa nyaman, tentram, damai dan pengurangan pemikiran yang dapat membuat stress. Selain menjadi kegiatan sampingan dan hobi, bercocok tanam juga menjadi solusi untuk dapat menghasilkan pendapatan di masa sekarang. Bercocok tanam di pekarangan rumah juga menjadi solusi untuk pangan keluarga, di mana di masa sekarang sulit untuk mendapatkan obat-obatan,  buah-buahan, sayur-sayuran sehat dan yang aman dikonsumsi.

           Dengan kita bercocok tanam sendiri untuk dikonsumsi keluarga, kita lebih merasa aman karena mengetahui dengan jelas asal-usul sumbernya dari mana. Bercocok tanam disekitar pekarangan rumah juga lebih mudah dilakukan, dan biaya nya pun lebih terjangkau. Dalam bercocok tanam kita tidak perlu harus menjadi sarjana pertanian ataupun melakukan pembelajaran secara khusus dengan orang yang ahli, tetapi kita dapat mempelajarinya secara mandiri melalui platform media sosial seperti menonton tutorial di youtube, instagram, tik tok dan media sosial lainnya.

         Contoh bercocok tanam yang sedang ramai di masa pandemi ini ialah hidroponik. Hidroponik ialah bercocok tanam yang mana media tanamnya tanpa menggunakan tanah. Media yang digunakan dalam hidroponik yaitu media air, di mana media ini lebih produktif, praktis, dan juga efisien.  Selain itu, hidroponik lebih terjamin kebersihannya karena menggunakan air tanpa tanah, ramah lingkungan, hemat tenaga, waktu dan biaya, tidak ada pula resiko mengenai penanaman yang dilakukan terus menerus di sepanjang tahun. Hidroponik merupakan bercocok tanam yang dapat dilakukan menggunakan pot, paralon, gabus putih, botol bekas plastik atau wadah lainnya. Ada beberapa jenis hidroponik yaitu EBB dan Flow (Flood dan Drain), Wick, Drip (recovery atau non-recovery), Deep Water Culture (DWC), Aeroponik, dan Nutrient Film Technique (NFT).

          Dalam pembahasan, kegiatan ini menggunakan jenis hidroponik sistem wick. Sistem wick ini merupakan salah satu metode hidroponik dengan kegiatan yang menggunakan penyambung diantara media tanam dengan nutrisi. Dan  merupakan sistem yang sangat sederhana untuk dilakukan disbanding dengan sistem lainnya. Penyambung antara nutrisi dengan media tanam atau sumbu yang digunakan merupakan sumbu yang memiliki daya kapilaritas tinggi dan cepat lapuk. Sumbu tersebut berfungsi sebagai penyerap air. Tetapi, sumbu terbaik dan sangat cocok untuk digunakan dalam sistem wick ialah kain flanel. Adapun kelebihan dari sistem wick yaitu tanaman yang akan ditanam mendapat suplai air dan nutrisi secara terus-menerus, tidak perlu melakukan penyiraman, biaya alat dan bahan murah, serta tidak perlu bergantung pada aliran listrik (Narulita et al., 2019).

METODE

  • Alat dan Bahan
  • Untuk alat yang digunakan pada saat melakukan pelatihan hidroponik ini adalah gunting, pisau, alat untuk bertanam lainnya. Sedangkan bahan yang digunakan berupa paralon, botol-botol bekas, kain flannel, rockwol, gabus putih, pot, pupuk organik cair atau nutrisi, benih sayuran, dan berbagai wadah lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun