Mohon tunggu...
Humaniora

Banyak Anak Banyak Rezeki? Itu Dulu!

4 September 2017   21:23 Diperbarui: 5 September 2017   05:11 1857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Banyak anak banyak rezeki". Begitulah kepercayaan orang tua kita dulu. Namun, hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Pada realitanya, semakin meningkatnya jumlah kelahiran justru akan menambah padatnya suatu negara serta akan menambah masalah ledakan penduduk. Lalu apa itu 'ledakan penduduk'?

 Secara umum, fenomena ledakan penduduk merupakan suatu keadaan kependudukan yang memperlihatkan peningkatan secara cepat dalam jangka waktu yang relatif pendek. Ledakan penduduk pada umumnya terjadi karena angka kelahiran sangat tinggi, yang tidak sebanding dengan angka kematian yang mengalami penurunan drastis. Penurunan angka kematian secara drastis ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya karena membaiknya kondisi kesehatan dan perbaikan gizi masyarakat.

Ledakan penduduk adalah masalah yang telah umum terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ledakan penduduk diantaranya adalah jumlah penduduk yang besar, pertumbuhan penduduk yang cepat, penyebaran penduduk yang tidak merata di setiap daerah, banyaknya anak muda yang menikah di usia dini, program Keluarga Berencana (KB) tidak terlaksana dengan baik, menurunnya angka kematian yang tidak seimbang dengan semakin tingginya angka kelahiran, serta banyaknya penduduk desa yang bertransmigrasi ke kota-kota, sehingga pusat kota menjadi semakin padat.

Survei menunjukkan data bahwa  pada tahun 1930 penduduk Indonesia 60,7 juta jiwa, tahun 1961 meningkat menjadi 97,1 juta jiwa, tahun 1971 berada pada angka 119,2 juta jiwa, pada tahun 1980 merangkak ke angka 146,9 juta jiwa, tahun 1990 berada pada angka 178,6 juta jiwa, tahun 2000 menjadi 205, 1 juta jiwa, tahun 2011 tercatat 237,6 juta jiwa,
kemudian angka pada 2014 melonjak menjadi 253,60 juta jiwa (urutan keempat setelah Cina 1,355 miliar, India 1,236 miliar, Amerika Serikat 318,892 juta jiwa.

Besarnya Jumlah Penduduk atau "Over Population"di Indonesia seperti yang telah disebutkan di atas bahwa jumlah penduduk Indonesia berada di urutan ke empat terbesar di dunia, yang pertama adalah negara China, kedua adalah India, selanjutnya adalah Amerika Serikat dan yang keempat adalah Indonesia. Total jumlah penduduk Indonesia menurut hasil Sensus pada tahun 2010 mencapai angka 237.641.326 jiwa (www.bps.go.id). Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia semakin mengalami kenaikan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini tentunya memberikan berbagai dampak baik postif dan negatif.

Beberapa dampak yang timbul akibat adanya ledakan penduduk yaitu pertama, tingkat pendidikan dan kesehatan yang rendah. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat betapa pendingnya pendidikan serta kesehatan, beberapa fakor penghambatnya yaitu oleh masalah biaya, pendidikan yang susah dijangkau oleh daerah-daerah terpencil, serta fasilitas pendidikan dan kesehatan yang kurang memadai.

Kedua, banyaknya jumlah penduduk miskin. Kemiskinan bukanlah masalah baru yang dihadapi Indonesia, sudah sejak bertahun-tahun lamanya masalah ini terjadi. Ledakan penduduk turut mengambil andil besar sebagai penyebab adanya masalah ini. Bertambahnya jumlah kelahiran yang tidak sebanding dengan jumlah SDM yang berkualitas tinggi, karena tingkat kemakmuran suatu negara berbanding lurus dengan kualitas SDM negara tersebut. Kemiskinan juga disebabkan karena banyaknya pengangguran yang disebabkan kurangnya lapangan pekerjaan. Lagi-lagi, penyebab hal tersebut adalah ledakan ekonomi, yang lebih disayangkannya lagi Indonesia ini merupakan negara yang kaya namun rakyat tidak dapat sepenuhnya merasakan kekayaan negaranya sendiri.

Ketiga, kebutuhan sandang dan pangan yang semakin besar. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Surya Chandra Surapati, mengatakan bahwa jumlah penduduk yang besar ini menimbulkan konsekuensi yang tidak mudah. Beban yang dipikul negara semakin berat, utamanya dalam memenuhi kebutuhan sandang dan pangan masyarakat. Data menunjukan, hampir semua kebutuhan pokok harus dipenuhi melalui impor, mulai dari jagung, bawang, buah, kedelai, hingga daging, dan bahan- bahan lain harus diimpor dari luar.

Keempat, semakin banyaknya polusi, kurangnya air bersih serta kerusakan lingkungan. Tidak hanya berdampak pada masalah di atas, semakin banyaknya penduduk juga berdampak pada semakin sedikitnya persediaan air bersih, pencemaran udara oleh polusi oleh asap kendaraan serta industri, serta penduduk yang bersifat konsumtif mengakibatkan semakin banyaknya sampah dimana-mana.

Beberapa solusi yang dapat diambil untuk menanggulangi dampak ledakan penduduk di atas yaitu pertama, membantu menyukseskan program Keluarga Berencana (KB) untuk membatasi jumlah anak dalam keluarga sehingga dapat menekan tingkat kelahiran di Indonesia. Kedua, menunda pernikahan di usia muda. Selain untuk menekan jumlah penduduk, menikah di usia muda juga berdampak tidak baik dalam kesehatan fisik maupun secara psikologis.

Ketiga, Menambah dan menciptakan lapangan kerja. Dewasa ini, semakin sedikitnya lapangan kerja membuat sebagian orang memilih untuk menciptakan sendiri lapangan pekerjaan itu sendiri. Selain dapat meningkatkan penghasilan pribadi, hal ini juga dapat membantu orang lain untuk meingkatkan tingkat ekonomi orang lain serta membantu melakukan pemerataan lapangan kerja. Pemerataan lapangan kerja dilakukan dengan mengembangkan Industri, pertanian, perkebunan, petambangan dan perikanan di wilayah yang lain. Keempat, yaitu mencapai pemerataan dan penyeimbangan penduduk dengan cara transmigrasi ke daerah dengan tangka penduduk rendah. Dengan melakukan pemindahan penduduk dari wilayah yang padat penduduknya ke wilayah yang kurang penduduknya, akan mengurangi jumlah kepadatan di wilayah yang padat penduduknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun