Mohon tunggu...
Annisa Tang
Annisa Tang Mohon Tunggu... Full Time Blogger - www.bombonasam.club

Single Mom of 2 (Mom AFE). www.bombonasam.club / www.annisatang.com Blogger, Penulis, Mom, Social Media Life. Mami Keceh yang bawel, ceriwis, tajam setajam silet, namun hanya di atas kertas. Aslinya pendiam, hati saja yang masih suka berbicara menyuarakan keluh saat lidah sedang kelu. Walau sudah sendiri sejak 2019 silam, tapi bukan berarti menyendiri, karena asa berakhir ketika kontrak di dunia pun telah usai.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Diskriminasi Wanita - Jaman Now Dibedakan Berdasarkan Diameter Lubang

18 Oktober 2021   09:04 Diperbarui: 19 Oktober 2021   21:41 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (desain pribadi)

Fakta tentang wanita yang selalu mendapat perlakuan berbeda oleh orang-orang sekitarnya pada setiap lintasan waktu itu sangat miris, membuat hati pun teriris.

Bagaimana tidak, sebuah novel dengan terbitan pertama tahun 1922 berjudul Siti Nurbaya yang berlatar tanah Minang pun mengakui dengan cara membeberkan gamblang mengenai wanita yang tidak memiliki hak untuk memilih orang yang ia cintai sendiri.

Sebelum novel itu rilis, telah hidup pula dengan nyata seorang Kartini yang memperjuangkan wanita, dimana notabene dahulu hanya boleh berada di rumah, bekerja di dapur dan mengurus suami saja. Wanita pada jaman Kartini tidak diijinkan untuk mendapatkan pendidikan sejajar dengan pria.

Mungkin bukan hanya terjadi di Indonesia, bahkan di negeri Tiongkok sejak beberapa abad yang lalu, ketika jaman dinasti dan kerajaan masih berkuasa di sana, wanita tidak berhak memilih pernikahan, semuanya ditentukan oleh orang tua. Kadang untuk kepentingan dagang, kepentingan politik, dan sebagainya.

Demi memperkuat posisi keluarganya di pemerintahan, wanita China pada jaman itu harus rela dinikahkan dengan pria pilihan orang tuanya walau hanya untuk menjadi seorang selir. Apalagi jika pria itu adalah kaisar yang sedang berkuasa, menjadi selir ke sekian puluh pun dikatakan sudah sangat beruntung bagi mereka.

Beberapa abad setelahnya, masih seputar negeri seberang tersebut di jaman dulu, kelahiran anak perempuan bahkan tidak diharapkan bagi sebagian besar keluarga. Prianya berhak menikah lagi jika bayi yang dilahirkan oleh sang istri adalah perempuan, sehingga kadang beberapa wanita tega menyakiti anaknya sendiri ketika terlahir sebagai perempuan. Berbagai cara dilakukannya termasuk untuk mengakui anak lelaki orang lain sebagai anak kandungnya sendiri, hanya demi mempertahankan statusnya sebagai seorang istri utama.

Belum lagi kisah wanita India tradisional yang begitu masuk ke lingkungan suaminya, masih diperlakukan bak orang luar, dimana status menantu wanita di keluarga itu tergantung besar 'panaik/jujuran' yang diberikan keluarga wanita kepada keluarga pria.

Berbeda lagi konsep diskriminasi wanita di negeri barat dengan negeri timur. Wanita barat pada jaman dahulu dianggap tidak memiliki sopan santun jika berpakaian seperti pria. Maksud berpakaian seperti pria adalah menggunakan celana panjang, karena wanita berkelas pada jamannya menggunakan baju-baju terusan panjang yang mekar indah dengan topi 'little missy' menghiasi kepalanya.

Berbagai kisah tentang wanita pada masa lampau di beberapa negara itu adalah bukti bahwa telah terjadi diskriminasi secara nyata kepada wanita. Lalu bagaimana dengan masa kini?

Negara-negara lain mungkin masih punya cerita sendiri tentang diskriminasi wanita yang sering terjadi di sana, atau mungkin juga sudah terjadi kesetaraan gender yang sesungguhnya pada masa sekarang ini di beberapa negara itu, dimana hal tersebut secara nyata hanya dapat dirasakan oleh mereka yang mengalaminya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun