Mohon tunggu...
Annisa Bunga
Annisa Bunga Mohon Tunggu... Administrasi - Annisa Flawerilla

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kepemimpinan dalam Islam dan Masa Kini

11 November 2019   01:40 Diperbarui: 11 November 2019   01:41 2203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT yang syarat dengan kesempurnaan dibandingkan makhluk ciptaan Allah yang lain, yakni malaikat, jin, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kesempuraan manusia karena amanah yang diberikan oleh Allah SWT untuk menjadi sosok makhluk wakil Allah di bumi, yakni sebagai khalifah Allah SWT, sebagai pemimpin yang bertugas dan bertanggung jawab mengolah, mengatur, memelihara dan memakmurkan bumi. Tugas dan tanggung jawab yang diberikan Allah SWT tersebut sangat besar dan berat, sehingga tak satupun makhluk Allah SWT yang lain yang sanggup untuk menerimanya. (QS. Al-Ahzab [33]:72)

            Tugas dan tanggung jawab kepemimpinan sebagai hamba, khalifah, atau sebagai pemimpin di bumi adalah amanah ilahi yang membutuhkan al-mas;uliyyah (tanggung jawab) atas anugrah Tuhan yang diberikan kepada manusia, baik berupa jabatan (hamba sekaligus khalifah) maupun nikmat yang sedemikian banyak. Manusia berkewajiban untuk menyampaikan "laporan pertanggungjawaban" di hadapan Allah atas limpahan karunia Ilahi yang diberikan kepadanya. Al-Quran dan Hadis Rasulullah SAW merupakan pedoman merupakan pedoman yang sangat valid untuk dapat mengetahui hakikat kepemimpinan secara baik dan utuh, yang dapat menuntun dan dipedomani manusia dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab kepemipinan.

            Dengan tugas dan tanggung jawab tersebut, menunjukkan bahwa manusia merupakan pemimpin, melaksanakan tugas kepemimpinan di bumi sebagai amanah dari sang pencipta. Dalam kehidupan sosial, suatu masyarakat tidak dapat dipisahkan dari sebuah kepemimpinan. Kepemimpinan dibutuhkan setiap hari, baik dalam lingkungan keluarga atau rumah tangga, dalam pekerjaan dikantor atau perusahaan, dan dalam aktifitas-aktifitas kehidupan sosial lainnya di dalam masyarakat.

            Kepemimpinan merupakan suatu ilmu, suatu seni, dan suatu profesi seseorang. Sebagai ilmu, kepemimpinan itu dapat dipelajari oleh siapapun juga, hanya penerapannya perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Sebagai bakat dan seni, kepemimpinan berarti menguasai seni dan teknik melakukan tindakan-tindakah, seperti teknik memberikan perintah, memberikan teguran, memberikan anjuran, memberikan pengertian, memperoleh saran, memperkuat identitas kelompok yang dipimpin, memudahkan pendatang baru untuk manyesuaikan diri, menanamkan rasa disiplin di kalangan bawahan, serta membasmi desas-desus, dan lain sebagainya.

            Kepemimpinan sebagai profesi, bukan merupakan pembawaan dan keturunan, tetapi suatu kemauan, kemampuan, kesanggupan, dan kecakapan seseorang untuk memahami asa kepemimpinan yang sehat, menggunakan prinsip-prinsip, sistem, metoda dan teknik kepemimpinan yang sebaik-baiknya, memahami konsep dasar kepemimpinan, serta berfikir dengan seksama, mempunyai pengetahuan, pengalaman dan mampu menyusun rencana tentang apa yang akan dilaksanakan dan tujuan yang akan dicapai.

            Berkaitan dengan kepemimpinan, Rasulullah SAW merupakan sosok pemimpin yang mencontohkan kepemimpinan secara sempurna, Allah SWT dalam al-Quran memproklamirkan Rasulullah SAW sebagai teladan yang sempurna dalam melakoni kepemimpinan. Oleh karena itu, hadist Rasulullah SAW merupakan pedoman yang sagat valid untuk dapat mengetahui model, metode, teknik bahkan seni kepemimpinan secara baik dan utuh.

            Konsep kepemimpinan dalam Islam memiliki dasar-dasar yang sangat kuat dan kokoh yang bukan saja dibangun dari nilai-nilai ajaran Islam, namun telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu oleh nadi Muhammad SAW, para sahabat dan al-khulafa' al Rosyidin. Bersumber dari al-Quran dan al-sunnah, berkembang dinamis karena dipengaruhi oleh kondisi sosial, politik dan budaya. Ketika di Madinah Nabi Muhammad SAW mempunyai peran ganda sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai hakim yang merupakan manifestasi beliau sebagai Rasul utusan Allah SWT. Syari'at Islam menjadi dasar tata pemerintahan pada waktu itu, yang selanjutnya sistem khilafah Islam dipegang oleh seseorang Khalifah, termasuk di dalamnya yang dikenal sebgai al-Khulafa al-Rasyidin. Masa khilafah Islam ini berakhir bersamaan dengan runtuhnya system kekhalifahan yang dihapus oleh Majelis Nasional Turki (1924 M), yang pada waktu itu dipegang oleh Kemal al-Taturk. Sebelumnya dia juga telah sistem kesultanan Turki (1922 M). hal ini ternyata menimbulkan dampak yang begitu besar pada sistem pemerintahan negara yang secara struktutral dan konstitusional berubah secara radikal.

            Kepemimpinan Islam, merupakan model-model kepemimpinan yang memiliki nilai-nilai transendetal, yang berpijak pada al-Quran dan as-Sunnah. Namun dalam perkembangannya. Aplikasi kepemimpinan Islam saat ini  terlihat semakin jauh dari harapan. Menurut Islam kepemimpinan merupakan amanah. Karena itu pemimpin harus memiliki empat karakter yakni jujur (shidiq), dapat dipercaya (amanah), cerdas (fathanah), dan transparan, terbuka (tabligh). Dalam pelaksanaanny, kepemimpinan tersebut harus di dasari pada prinsip tauhid, musyawarah, keadilan dan kebesan. Hasil penerapan kepemimpinan Islam dalam perusahaan adalah hasil guna dalam memenuhi kebutuhan hidup, untuk kemaslahatan keluarga dan usaha untuk kerja sebagai amal saleh.

            Kepemimpinan merupakan amanah dan tanggung jawab yang tidak hanya di pertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinnya, tetapi juga akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah.

            Sehingga pertanggung jawaban kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal formal sesama manusia, tetapi bersifat vertikal-moral, yakni tanggung jawab kepada Allah di akhirat nanti. Seorang pemimpin akan dianggap lolos dari tanggungjawab formal dihadapan orang-orang yang dipimpinnya, tetapi belum tentu lolos ketika ia bertanggung jawab dihadapan Allah. Kepemimpinan sebenarnya bukan sesuatu yang mesti menyenangkan, tetapi merupakan tanggung jawab sekaligus amanah yang amat berat yang harus diemban dengan sebaik-baiknya. Allah berfirman dalam QS. Al-Mu'minun 8-9 : "Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya."

            Seorang pemimpin harus bersifat amanah, sebab ia akan diserahi tanggung jawab. Jika pemimpin tidak mempunyai tanggung jawab amanah, maka mudah terjadi penyalahgunaan jabatan dan wewenang kepada hal-hal yang tidak baik. Itulah sebabnya Rasulullah SAW mengingatkan agar menjaga amanah kepemimpinan, sebab hal itu akan di pertanggung jawabkan, baik di dunia maupun di akhirat Rasulullah bersabda "Setiap kalian adalah pemimpin dan akan di mintai pertanggung jawaban atas orang-orang yang dipimpinnya" (HR. Bukhori)

            Dengan demikian menyia-nyiakan amanah sangat berbahaya, bukan saja bagi dirinya sendiri melainkan menimbulkan mudarat untuk masyarakat, bangsa dan negara, sesuai dengan kapasitas jabatan yang diembannya. Oleh karenanya, kepemimpinan mestinya tidak dilihat sebagai fasilitas untuk menguasai, tetapi dimaknai sebagai sebuah pengorbanan dan amanah yang harus diemban dengan sebaik-baiknya. Kepemimpinan juga bukan kesewenang-wenangan untuk bertindak, tetapi kewenangan untuk melayani dan mengayomi dan berbuat seadil-adilnya. Kepemimpinan adalah sebuah keteladanan dan kepelaporan dalam bertindak. Kemampuan semacam ini akan muncul jika dilandasi dengan semangat amanah, keikhlasan dan nilai-nilai keadilan.

            Ketika kita hidup dizaman yang sulit, lalu kita menatap dengan kesulitan, bernafas dengan kesulitan, mempercayai dengan kesulitan, menganalisa dengan kesulitan, mendidik dan belajar dengan kesulitan maka ketika itulah seseorang akan kehilangan identitasnya (jati dirinya) dan berjalan secara serampangan. Disinilah harus ada sesuatu penanganan khusus agar kita bisa mencabutnya dari kehidupan yang penuh dengan kesulitan. Saat berbicara tentang pemimpin, kita harus berbicara tentang sampel input yang ingin menjadi figur pemimpin, yaitu manusia. Sedangkan manusia menjalani sebagian besar waktunya di dalam pusaran pertarungan. Sehingga nyaris setiap kali ia bangkit dari satu pusaran maka ia langsung jatuh ke dalam pusaran yang lain. Saat ini banyak umat Islam yang menjadi hidup tanpa perasaan bahwa mereka memilih tujuan-tujuan mulia yang harus mereka capai. Memenuhi kebutuhan primer adalah kesibukan utama mereka.

            Bencana krisis kepemimpinan sedang melanda di negeri ini, yang ada sekarang pemimpin cenderung dijadikan sebagai jabatan prestise yang dicari banyak orang bahkan kecenderungan ini merambah ke kalangan artis. Jika dahulu Rasulullah ditawari menjadi seorang raja akan tetapi beliau tolak karena sistem yang ada saat itu adalah sistem jahil, maka Beliau membangun kepemimpinan mulai dari pondasi dasar. Sekarang para pemimpin muncul di permukaan hanya menjelang momentum pemilihan umum dan cenderung instan, banyak yang mengabaikan untuk membangun dari awal. Jabatan dijadikannya sebuah pekerjaan yang menghasilkan uang. Jika modal dahulu yang dikeluarkan untuk menjadi pemimpin menghabiskan banyak uang, maka bukan menjadi hal yang mustahil lagi untuk mengembalikan modal saat periode jabatan. Sehingga yang muncul adalah korupsi merambah diberbagai penjuru negeri ini.

            Pada masa ini, konsep-konsep kepemimpinan biasanya memisahkan antara kepemimpinan dunia dan kepemimpinan akhirat. Gaya kepemimpinan tersebut tidaklah bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Solusinya adalah kepemimpinan profetik yaitu kepemimpinan yang didasarkan pada kisah-kisah nabi yang tertulis di al-Quran, Karaktek pemimpin Islam haruslah dibentuk sejak dini.

            Seorang pemimpin dipilih untuk melanjutkan tugas kenabian yang bertanggung jawab untuk menegakkan agama dan mengatur kemaslahatan umat. Di tangannya-lah urusan umat akan berjalan dengan teratur. Baik urusan dunia maupun urusan akhirat.

            Pada saat ini juga dengan adanya pemimpin dari golongan non-muslim sebagai pemimpin di suatu wilayah mayoritas penduduk muslim juga akan berdampak pada aturan-aturan yang berlaku karena akan bertentangan dengan ajaran islam dan akan memihak golongan tertentu. Baik dalam segi agama maupun kemasyarakatan. Secara terang-terangan umat islam protes dan menolak jika aturan itu akan melanggar norma-norma agama Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun