Pernah kepikiran gak sih, kenapa orang rela beli kopi mahal? Padahal banyak kopi murah yang rasanya gak kalah enak! Nah, sebenernya ini semua tergantung sama persepsi.
Apa itu Persepsi?
Persepsi adalah salah satu dari pengaruh internal yang mempengaruhi bagaimana konsumen melihat dan berinteraksi dengan merek dan produk. Ingat! bisnis nggak sepenuhnya bisa mengendalikan bagaimana orang memandang merek mereka. Pada akhirnya kita sendiri sebagai konsumen yang bakal memutuskan. Tapi, masih ada cara-cara untuk mengukur dan memengaruhi persepsi konsumen.
Dalam Consumer Behavior (Solomon, 2019) ada dua pendekatan strategis yang sering digunakan untuk memengaruhi persepsi konsumen:
1. Sensory Marketing
Pendekatan ini memanfaatkan indera manusia (penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan rasa) untuk menciptakan pengalaman yang berkesan dan membangun koneksi emosional yang kuat dengan pelanggan. Seperti saat kita memasuki kedai Starbucks, pasti akan tercium aroma kopi yang menenangkan. Nah hal itulah yang dapat memicu emosi tertentu dan membentuk persepsi terhadap produk.
2. Perceptual Positioning
Strategi ini berfokus pada bagaimana sebuah merek menempatkan produk dalam benak konsumen. Dengan elemen visual, gaya komunikasi, fitur unik, dan nilai simbolik tertentu, sebuah produk bisa menempati posisi khusus yang membedakannya dari kompetitor.
Coba deh kalian perhatikan, orang yang beli atau nongkrong di Starbucks. Orang rela bayar lebih karena mereka ngeliat Starbucks sebagai brand yang terpercaya dan udah punya reputasi bagus. Mereka tau dapet apa dari Starbucks, dan bukan cuma kopi aja. Nah, pas orang beli Starbucks, bisa jadi mereka nggak cuma pengen minum kopi. Mereka juga pengen jadi bagian dari tren, eksis di sosmed, atau biar status sosialnya keliatan lebih tinggi. Inilah kekuatan perceptual positioning: menciptakan tempat eksklusif di pikiran konsumen yang tidak mudah digantikan oleh kompetitor. Starbucks dan merek kopi lain bisa jual kopi yang sama, tapi orang memiliki persepsi yang berbeda. Kita mungkin berpikir Starbucks adalah tempat yang nyaman dan akrab, tapi ada juga yang bilang itu terlalu mahal.
Harga bukan satu-satunya faktor yang nentuin pilihan konsumen!. Starbucks contohnya, jago banget bikin pengalaman berkesan lewat sensory marketing dan perceptual positioning. Jadi kalau kita beli kopi mahal, itu bukan cuma soal rasa, tapi juga gaya hidup, vibesnya, dan cerita personal yang nempel di hati.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI