Mohon tunggu...
Annisa F Rangkuti
Annisa F Rangkuti Mohon Tunggu... Psikolog - 🧕

Penikmat hidup, tulisan, dan karya fotografi. https://www.annisarangkuti.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Rindu Sherina

30 Agustus 2012   08:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:08 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13463151971866323811

[caption id="attachment_202972" align="aligncenter" width="448" caption="album pertama Sherina (dok. http://daroachphobia.wordpress.com/2012/03/27/realita-musik-anak-indonesia-saat-ini/)"][/caption]

SAYA pengagum Sherina Munaf. Apalagi dulu, saat ia masih seorang gadis kecil usia SD yang dengan riang gembira menyanyikan lagu "Kembali ke Sekolah". Wah, lagu anak-anaknya yang satu itu sungguh membuat saya bersemangat sekolah. Padahal di tahun 1999 itu saya duduk di kelas 2 SMU. Seharusnya konsumsi telinga saya waktu itu kan lagu-lagu remaja? Yang kebanyakan soal cinta? Entahlah. Yang jelas, saya sampai mengoleksi album lagu anak-anaknya itu dan semua lagunya hampir saya dengar setiap hari. Sampai hafal liriknya segala. Hahaha...

Ketika film fenomenal Petualangan Sherina-nya rilis pada tahun 2000, saya pun termasuk yang antusias mengantre tiket untuk menonton. Ternyata saya tak sendiri kok. Banyak remaja seusia saya, yang saya lihat langsung maupun dari layar televisi, yang turut bersemangat untuk menonton film pembangkit gairah perfilman nasional setelah era mati surinya itu.

Percaya atau tidak, ternyata belajar sambil mendengar lagu "Kembali ke Sekolah" itu membuat prestasi belajar saya meningkat. Dari awalnya di akhir catur wulan (saat itu belum memakai istilah "semester") kelas 1 saya harus rela berada di posisi ranking tiga puluhan, akhirnya saya seolah "tersadarkan" dengan lagu itu hingga akhirnya berhasil meraih juara kelas di kelas 2. Saya benar-benar jadi berenergi untuk belajar dan tak ingin lagi mengulang kemalasan di tahun sebelumnya. Lagu itu agaknya menjadi penuntun pikiran saya agar terus semangat meraih prestasi, meski pada tahun-tahun selanjutnya hingga kuliah, saya termasuk pelajar yang berprestasi rata-rata. Tapi setidaknya semangat belajar tetap konsisten terpupuk dan tak pernah terperosok ke bawah garis.

Kini Sherina sudah dewasa dan lagu-lagunya pun praktis berubah genre menjadi lagu-lagu yang bernuansa cinta. Terkadang saya merindukan sosoknya menjelma pada penyanyi-penyanyi cilik masa kini. Tapi yang saya temukan adalah figur-figur penyanyi yang masih termasuk cilik tapi sudah menyanyikan lagu-lagu bertema cinta remaja. Plus dengan gaya dan penampilan yang sama seperti abang atau kakaknya.

Tak ada lagi kesan kanak-kanak yang polos, lugu, ceria dengan pikiran yang masih terfokus pada pelajaran. Rasanya tak ada lagi lagu anak-anak semacam lagu Sherina, Tasya, atau pendahulunya, Enno Lerian, Maisy, Trio Kwek-Kwek dan "si lumba-lumba" Bondan Prakoso. Kalaupun ada, ya hanya sebatas di program televisi khusus anak dan lagunya pun rasanya tak se-bermutu lagu-lagu anak tempo dulu atau sekelas lagu dengan iringan musik orkestra macam Sherina.

Tak heran jika pada masa itu lagu-lagu Sherina banyak diminati kalangan tua-muda, melewati batas segmen kanak-kanak. Pendengar lagunya serasa disuguhi sajian baru yang nikmat, yang memancing imajinasi, semangat, sekaligus kerinduan akan masa kecil yang penuh kenangan indah. Musik yang ditata komposer (alm) Elfa Secioria ini memang mampu memberi cita rasa baru pada musik kanak-kanak. Tak hanya lirik yang bagus, tapi juga gubahan musik bernuansa orkestra yang saat itu belum populer dibawakan dalam lagu anak-anak.

Bila mencermati konsumsi lagu anak-anak zaman sekarang yang cenderung mendewasa -itupun lebih karena pengaruh media dan lingkungan yang sering kali tak menoleransi kebutuhan mereka akan lagu-lagu yang selayaknya mereka konsumsi-, mau tak mau timbul sebersit kekhawatiran di benak saya; bagaimana pula jadinya anak-anak yang akan lahir dan tumbuh beberapa dekade ke depan jika pendahulunya saja sudah berkembang lebih cepat daripada usianya? Mungkinkah di setiap generasi dimunculkan sosok Sherina baru? Atau setidaknya penyanyi anak-anak berkualitas yang memang bernyanyi dengan tampilan dan tema sesuai usianya?

Saya rasa mungkin saja. Pasti banyak sekali talenta-talenta tersembunyi di dunia tarik suara di antara jutaan anak yang sedang bertumbuh dan berkembang di bumi Indonesia ini. Masalahnya, adakah pelaku dan penggiat dunia hiburan yang tertarik mencari dan mengorbitkan mereka tanpa melunturkan kepolosan alaminya? Masih adakah kepedulian media, dan juga kita, tentang betapa berharga sesungguhnya dunia kanak-kanak demi masa depan suatu bangsa?

***

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun