Mohon tunggu...
Bahasa

Resensi Buku | "Adik untuk Vanessa" (2014)

6 Januari 2019   17:40 Diperbarui: 7 Januari 2019   15:50 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber : https://www.belbuk.com/the-story-explorer-adik-untuk-vanessa-p-48790.html)

Buku berjudul Adik Untuk Vannessa ini bercerita tentang kehidupan seorang anak tunggal yang terkadang merasa kesepian dan berharap agar dapat memiliki adik seperti teman-teman dan saudaranya. Cerita yang digambarkan bertemakan kehidupan sehari-hari dan permasalahan yang dihadapi serta kegiatan-kegiatan anak kalangan SD. Tokoh utama dalam buku ini yaitu Vannessa.

Madita Vannessa Syarifa atau yang sering disapa Vannessa adalah seorang anak tunggal. Setiap pukul 5 pagi, Vannesa bangun dan segera melipat selimut dengan rapi serta membersihkan tempat tidurnya. Setelahnya ia akan bergegas ke kamar mandi dan menunaikan ibadah salat subuh, kemudian bersiap-siap ke sekolah. Vannessa juga selalu sarapan bersama dengan Ayah dan Bundanya. Ayah adalah seorang pekerja yang sibuk dan ulet dalam berkerja, namun tetap memperhatikan Vannessa. Bunda sendiri adalah seorang ibu rumah tangga yang gemar memasak dan membuat kue serta ramah dan penyayang. Vannessa adalah anak yang pintar, ia selalu menjadi juara 1 dikelas. Dia juga anak yang ramah, sopan dan baik dalam berperilaku.

Vannessa mempunyai sahabat bernama Rosa dan Almyra. Mereka adalah teman sekelas dan teman bermain Vannessa. Suatu hari, Vannessa pergi ke rumah Rosa, ketika itu Rosa sedang membuat kue bersama dengan ibunya, Vannessa berniat untuk membantu mereka. Ternyata Tante Ririn (ibu Rosa) saat itu sedang mengandung, meskipun begitu ia tetap bersemangat membuat kue. Setelah selesai membuat dan memakan kue buatan mereka, Vannessa dan Rosa berpamitan untuk bermain di taman bermain. Setelah mereka puas bermain, mereka memutuskan untuk melihat sebuah toko aksesori di dekat taman bermain tersebut. Disana mereka membeli 3 gelang untuk Vannessa, Rosa, dan Almyra. Kemudian mereka menuju rumah Almyra untuk memberikan gelang tersebut sebagai tanda persahabatan mereka.

            Ketika liburan semester tiba, saudara sepupu Vannessa akan menginap di rumahnya. Mereka adalah si kembar Catherine dan Caroline. Ketika mereka datang, Vannessa tidak akan merasa kesepian lagi karena punya teman untuk bermain dirumah. Caroline adalah anak yang suka sibuk dengan gawainya dan tidak jarang sekali bermain bersama dengan Vannessa dan Catherine. Sehingga mereka kerap kali menyindir Caroline sampai suatu ketika Caroline sadar dan akan lebih sering bermain bersama mereka.

Dua hari setelah Catherine dan Caroline datang, Tante Ririn melahirkan. Rosa menghubungi mereka untuk mengunjunginya dan melihat adik barunya. Disana Vannessa merasa iri dan ingin juga memiliki adik. Namun, Bunda sudah tidak bisa lagi hamil sehingga hampir mustahil dia bisa punya adik seperti Rosa. Tak berapa lama, Almyra mendatangi mereka dan mengabarkan bahwa ibunya akan mengadakan acara tujuh bulanan atas kehamilannya. Akhirnya Vannesa mengutarakan kesedihan yang ia rasakan. Vannessa bercerita kepada sahabat dan sepupunya kalau dia ingin punya adik, namun tidak bisa karena kondisi ibunya yang tidak memungkinkan. Lalu Almyra menyarankan pada Vannessa agar mendapatkan adik angkat seperti yang dilakukan ibunya dulu. Ide itu sedikit memberikan Vannessa harapan, dia lalu segera pulang dan mendiskusikannya dengan orangtuanya. Mereka sempat kaget dengan keinginan Vannessa, namun akhirnya mereka menyetujui hal tersebut.

Keesokan harinya, Vannessa dan kedua orangtuanya menuju ke sebuah panti asuhan. Sesampainya disana, mereka disambut oleh Tante Rani, selaku pengurus panti asuhan. Orangtua Vannessa memberitahukan maksud kedatangan mereka. Kemudian Tante Rani menunjukkan foto-foto dan memberitahukan nama anak-anak panti asuhan kepada Vannessa agar ia dapat mengenal calon adiknya. Lalu setelahnya Vannessa memberikan hadiah yang sudah disiapkan sehari sebelumnya kepada anak-anak panti asuhan. Mereka tampak senang dan gembira karena satu orang mendapat satu buah buku. Kemudian ada seorang anak kecil menghampiri Vannessa, namanya Dini. Singkat cerita, akhirnya Vannessa memilih Dini sebagai adik angkatnya.

Vannessa sangat bahagia karena memiliki seorang adik angkat, namun ternyata Dini adalah anak yang suka meminjam barang miliknya tanpa izin dan sering membuat berantakan kamar Vannessa. Padalah Vannessa adalah orang yang tidak suka jika kamarnya berantakan. Akhirnya Vannessa sering memarahi Dini karena sikapnya yang sering seperti itu meskipun sudah diingatkan sebelumnya. Suatu ketika Dini kemudian berkata bahwa dia tidak suka dimarahi dan akan kembali ke panti asuhan. Karena hanya mengira itu hanya ancaman, Vannessa seolah mengabaikannya. Namun, ketika waktu makan malam tiba, ketika dicari Dini tidak ada dan akhirnya Vannessa serta kedua orangtuanya mencari Dini ke panti asuhan karena khawatir.

Ketika tiba di panti asuhan, Tante Rani menyambut mereka dan mengatakan bahwa Dini memang berada di panti asuhan. Kemudian Vannessa meminta maaf kepada Dini dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan ini lagi. Akhirnya Dini mau tetap menjadi adik angkatnya lagi dan kembali kerumah bersama mereka.

Banyak sekali keunggulan yang terkandung dalam cerita ini. Diantaranya, buku ini menceritakan kehidupan sehari-hari yang dapat dijadikan contoh yang baik untuk anak-anak.  Gaya bahasa yang digunakan juga sederhana sehingga mudah dipahami oleh anak-anak SD diatas kelas 4. Buku ini akan menjadi bahan bacaan yang dapar memberikan motivasi sehingga anak dapat mencontoh perilaku yang baik seperti bersabar dan kebiasaan-kebiasaan yang sering susah ditanamkan untuk anak kelas 4, 5, dan 6.

Akan tetapi, buku ini juga bukan tanpa memiliki kelemahan. Gambar ilustrasi yang disajikan dalam buku ini, terkadang tidak pas dengan apa yang tertulis, karena gambar yang disajikan adalah ilustrasi untuk halaman-halaman berikutnya. Meskipun gambar yang ada sudah jelas dan dapat membantu imajinasi saat membaca cerita, namun karena berwarna hitam putih sehingga kurang menarik untuk dilihat anak kecil. Kelemahan lain dalam buku ini, terkadang ceritanya mengantung dan tidak ada penyelesaiannya.

Namun sebagai salah satu karya dari anak kelas 7 ini sudah patut mendapat apresiai karena tidak semua orang dapat mengembangkan imajinasinya menjadi sebuah cerita yang dibukukan seperti ini. Alur cerita yang runtut membuat pembaca ingin segera mengetahui kelanjutan ceritanya dan terus membaca hingga selesai. Gaya bahasa yang sederhana serta mudah dipahami cocok untuk dibaca anak-anak. Karena terkandung banyak sekali pesan moral dalam ceritanya, buku ini cocok untuk menjadi salah satu media dalam pengajaran pendidikan moral di sekolah. Dengan buku bacaan seperti ini, akan memberikan bacaan yang baik dan sesuai dengan kemampuan imajinasi dan usia anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun