Mohon tunggu...
Annis KurniyatiRizqi
Annis KurniyatiRizqi Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Seorang guru yang selalu ingin belajar dan dapat menyampaikan manfaat ilmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menyempurnakan Rasa

7 Desember 2022   13:12 Diperbarui: 7 Desember 2022   13:20 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bertepatan dengan peringatan hari lahir Aisyah Al Mazidah 23 Februari, sesingkat pesan notifikasi whatsapp Muhammad Ryan Khan resmi mengabarkan berita bahagianya bahwa kini ia telah menyempurnakan separuh agama. Semesta seakan ikut berbahagia dengan cerahnya sinar mentari hingga senja masih semringah membersamai semburat warna merah keemasannya. Siapa sangka, pada hamparan bumi sebelah lainnya kabar tersebut adalah awal mulanya sebuah cerita.

"Kok kadingaren nduk ndamel nasi kuning kathah sanget e. . ."1) Ibu mendekati Ais sambil ikut menata beberapa piring berisi nasi kuning lengkap dengan lauk pauk yang menyertai. "Heheee...njih Ibuuk sekalian syukuran, Ibuk mboten kesupen ta, sakniki Ais kan ulang tahun heheee.." 2) jawab Ais sekenanya, sengaja ia tampilkan ekspresi tertawa untuk menutupi kekalutan dalam hatinya.

Selesai membagi-bagikan nasi kuning untuk para tetangga, waktu untuk salat Ashar tiba. Ais dan Ibu berjamaah serta menyelesaikan wiridnya, lepas itu Ais memberanikan diri untuk bercerita dengan Ibu. Pelan-pelan Ais memulai pembicaraan ini dengan menahan rasa dan mengatur suasana. "Ibuuk, dinten niki Khan sampun resmi krama, acaranipun ting Malang. . ." 3)  (kemudian ucapanku tertahan). Naluri seorang Ibu, Ibu langsung memelukku erat menepuk-nepuk bahuku seakan menjawab pernyataanku tadi dan berupaya menguatkanku. Tampak jelas keresahan dan kesedihan kini memenuhi raut wajahnya.

Ibu, akhir-akhir ini memang lebih senang membuka obrolan denganku seputar siapa yang nantinya akan menjadi anak mantunya. Ibu secara tidak langsung turut merasakan apa yang Ais rasakan. Ibu tersadar harapannya pada Khan 25 tahun silam saat bertemu dan melihat anak laki-laki kecil yang memiliki keunikan dan ciri khasnya tersendiri. Sejak perjumpaan itu, Ibu berdoa dalam hati untuk memintanya menjadi salah satu bagian dari keluarga keluarga kami.

Catatan kaki:

Kok tumben nak, tidak biasanya nak, buat nasi kuning banyak sekali.

Iyaa Ibu, Ibu tidak lupa kan, hari ini Ais ulang tahun.

Ibu, hari ini Khan resmi menikah, acaranya di Malang. . .

Masa berganti tahun berlalu zaman berubah. Informasi tentang Khan tidak pernah kami dapatkan. Hingga pada suatu hari, sebuah notifikasi dari salah satu media sosial Ais memberitahukan permintaan pertemanan. Sebenarnya telah lama notifikasi itu, Ais menyengaja membiarkan sebab Ia bukanlah tipe orang yang aktif dalam media sosial. Entah ada angin apa atau bisikan dari mana berterimalah permintaan tersebut hingga Ais pun tahu ternyata akun tersebut adalah Khan. Manusia kecil yang menyebalkan baginya saat 24 tahun silam.

Ais, gadis yang beranjak dewasa namun tumbuh dan dibesarkan di lingkungan yang mengenal dan menjalankan aturan agama. Ia sangat ingin tahu kabar Khan namun Ia tidak mau untuk berkomunikasi dan melakukan hal lebih jauh yang tidak diperbolehkan. Informasi yang Ais dapatkan adalah dari beberapa informasi dari teman Ais yang ternyata adalah tetangga Khan. Aini, teman Ais yang banyak memberi kabar tentang Khan. Kurang lebih satu tahun berlalu masa-masa penuh ketidakjelasan berlalu dengan munculnya kabar pada senja yang cerah itu. Ais pikir inilah jawaban dari Allah atas doa dan istikhorohnya selama ini.

Aini adalah sahabat yang baik. Aini memahami Ais sebagai puteri semata wayang maka Ia selalu sedia siaga menemani dan menguatkan Ais. Lebih-lebih lagi saat ini, kondisi Ibu Ais yang mulai lemah kesehatannya sebab menanggung banyak rasa dan salah meletakkan harap pada sebagian dari makhlukNya. Maret-April-Mei-Juni-Juli-Agustus-September-Oktober-November-Desember-Januari-Februari. Masa silih berganti, banyak yang ingin menautkan hati pada Ais, sayangnya Ais masih belum dapat membuka hati untuk yang lain lagi. Tahap proses penyembuhan yang Ais pun tidak tahu akan sampai kapan. Meskipun begitu Ais tetap ikhtiar, setidaknya dengan doa-doa yang selalu Ia rapalkan.

Selain itu Ais juga memperbaiki lingkaran pertemanan, evaluasi dan introspeksi diri betapa banyak dosa yang telah Ia lakukan selama ini. Ais tidak ingin menjadi bodoh lagi. Ais menyiapkan diri dengan berbekal ilmu yang kini sedang Ia cari. Ais dan teman-teman Ais juga menanti, sosok seperti apakah penyempurna keimanan Ais ini. Berdasarkan kisah Ais, Ia mencoba belajar untuk kembali. Kembali menata rasa, menyiapkan diri.

Diam-diam mencintai pada Dzat yang Maha Menyayangi. Diam-diam mengharapkan pertolongan pada sang kekasih dari Dzat yang Maha Pengasih. Menyempurnakan rasa dengan sebaik-baik upaya. Ais yakin pada ketetapan dan seindah-indah takdirNya. Sembuhkan kami YaRobb salah satu doa Ais yang dikhususkan untuk Ibundanya sampai pada detik ini.

"Jika ini baik untuk kami maka kuatkan diri ini yaa ilahi. Jika Ia tidak takdirku mohon untuk jauhkan sejauh mungkin. Kemudian gantikan dengan yang lebih baik serta Engkau ridhoi, wahai Dzat Pengendali hidup dan mati kami." Kami menanti, sesungguhnya kami termasuk dari bagian yang menanti.

*Jumat, 23 Juni 2023 Menanti*

Annis K. Rizqi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun