Mohon tunggu...
Annie Wahyuni
Annie Wahyuni Mohon Tunggu... Lainnya - Sustainabilty Provocateur

more than 15 years in real sustainabiltiy experience from the high mountain to deep ocean. graduate from environmental engineering, social and environment sustainability progress activist, mother of two incredible kids who love nature and social activity. All the article subject to private opinion

Selanjutnya

Tutup

Nature

Tukang Sol Sepatu

3 Januari 2021   22:44 Diperbarui: 3 Januari 2021   23:23 4298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya mempunyai sebuah sepatu  favorit yaitu  sepatu kulit warna coklat tanah yang lembut,  dibuat oleh industri UKM dari daerah asal saya,  dan pertama kali digunakan untuk momen penting dalam keluarga saya, yaitu ketika pertama kali saya mengantarkan anak saya berangkat ke sekolah . Sepatu ini telah hampir 3 tahun tidak digunakan, karena ada bagian sol  yang rusak di  sepatu sebelah kanan, dan jahitan yang lepas di sebelah kiri. Saya berpikir untuk mencari pertolongan seorang teman agar saya tidak membeli sepatu yang baru  karena isi tabungan saya perlu di jaga di masa pandemi ini. Dan juga pembuatan sepatu memerlukan sumber daya yang besar, mulai dari material, air, energi, dan pendukung lainnya yang perlu di hemat demi keberlanjutan ekonomi dan lingkungan.   Setelah beberapa hari menunggu, akhirnya saya bertemu dengan teman yang bisa membantu saya yaitu Tukang Sol Sepatu Keliling  

Tukang sol sepatu ini adalah usaha informal yang merupakan bagian dari pergerakan ekonomi di Indonesia. Namun usaha tukang sol ini bukan ekonomi biasa, tapi ekonomi masa depan yaitu ekonomi sirkular (Circular Economy). Ekonomi sirkular adalah sebuah alternatif untuk ekonomi linier tradisional (buat, gunakan, buang) dimana kita menjaga agar sumber daya dapat dipakai selama mungkin, menggali nilai maksimum dari penggunaan, kemudian memulihkan dan meregenerasi produk dan bahan pada setiap akhir umur layanan. Kegiatan tukang sol untuk mereparasi sepatu tersebut adalah upaya untuk menghemat sumber daya yang ada. Contohnya adalah jika saya memutuskan untuk membeli sepatu batu, maka akan timbul energi baru yang diperlukan yaitu karbon dari penggunaan bahan bakar minyak (BBM) transportasi yang digunakan untuk mengirimkan sepatu tersebut dari toko ke rumah saya. Kemasan pembungkus baru pembungkus sepatu tersebut juga sumber sampah baru. Setelah 5 menit, sepatu itu saya terima lalu plastik pembungkus sepatu tersebut akan menjadi penghuni baru di tempat sampah  saya  yang  2 hari kemudian plastik tersebut akan menjadi penghuni baru Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan penduduk tetap di TPA hingga 1000 tahun lamanya 

Ekonomi sirkular juga memberikan dampak yang baik untuk ekonomi dan sosial selain terhadap lingkungan tentunya.Dengan kegiatan reparasi sepatu ini, maka kita dapat memberikan pendapatan bagi tukang sol sepatu. Pendapatan ini bisa dimanfaatkan untuk keluarga nya dirumah. Bayangkan jika satu hari, tukang sol sepatu ini bisa memperbaiki 10 sepatu, dengan biaya reparasi masing masing Rp 10 ribu, maka kurang lebih sebulan mendapatkan Rp 3 juta rupiah, hampir mendekati nilai UMR untuk kota kota besar di Indonesia. Keterampilan sol sepatu  ini dapat dipelajari dengan mudah. Seperti tukang sepatu langganan saya  ini, dia memperoleh keterampilan mereparasi sepatu ini dengan belajar pada temannya 10 tahun yang lalu. Dengan berbekal keterampilan tersebut, maka dia bisa bekerja mencari nafkah untuk keluarganya, dan utamanya untuk sekolah anak nya sehingga bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik

Sebagai salah satu usaha yang informal, keberlanjutan usaha sol sepatu ini menjadi tantangan. Sehingga hal ini berdampak terhadap pergerakan ekonomi sirkular di Indonesia. Salah satu nya adalah tidak menentunya pendapatan dari usaha sol sepatu ini terutama di masa pandemi ini. Saya tidak bisa membayangkan jika lama kelamaan  tukang sol sepatu ini semakin sedikit jumlahnya atau bahkan tidak ada, karena tukang sepatu lebih memilih pekerjaan lain yang menjanjikan seperti tukang parkir atau pengemudi ojek. Implikasinya  adalah  jumlah sampah sepatu akan semakin banyak di TPA padahal masih bisa di reparasi. Selain itu tukang sepatu ini belum mendapatkan pembinaan atau pun perlindungan ketenagakerjaan. Sehingga jika terjadi kecelakaan saat sedang bekerja atau meyusuri jalannya akan ditanggung sendiri. 

Selain itu , masih banyak masyarakat yang memilih untuk membeli sepatu baru daripada mereparasinya. Pada umumnya, masyarakat tersebut memilih membeli sepatu batu dengan alasan kenyamanan dan juga ingin mengikut trend sepatu terbaru. Ada juga cerita , ada yang datang ke rumah tukang sol sepatu tersebut, minta untuk direparasi sepatunya, namun setelah di perbaiki, tidak datang kembali ,  padahal sudah bayar. Lalu hingga kini sepatu itu menetap di rumah tukang sol sepatu  karena  sepatu tersebut gagal  kembali ke pemiliknya dan juga ke menetap di TPA.  Jika ini banyak terjadi, maka semakin banyak pemborosan sumber daya alam, energi bahkan uang. 

Jadi, tukang sol sepatu adalah bagian dari pergerakan ekonomi sirkular yang memberikan dampak  terhadap ekonomi, sosial dan lingkungan.  Dampak ini dirasakan bukan hanya untuk tukang sol sepatu tapi juga untuk masyarakat lainnya seperti saya, pelanggan reparasi sepatu. Dengan mereparasi sepatu, kita bisa menghemat sumber daya alam dan juga menabung.  Banyak tantangan  yang dihadapi untuk keberlanjutan usaha sol sepatu ini sehingga memerlukan dukungan berbagai pihak. Walaupun  usaha yang informal , kegiatan sol sepatu ini   harus berkembang  untuk mendorong praktek ekonomi sirkular tetap berjalan di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun