Mohon tunggu...
Annie Nugraha
Annie Nugraha Mohon Tunggu... Seniman - Crafter, Blogger, Photography Enthusiast

Seorang istri dan ibu dari 2 orang anak. Menyukai dunia handmade craft khususnya wire jewelry (perhiasan kawat), senang menulis lewat blog www.annienugraha.com dan seorang penggemar photography

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Revitalisasi Puta Dino, Tenun Tidore yang Sudah Punah

11 Mei 2021   05:02 Diperbarui: 11 Mei 2021   05:12 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagai motif PUTA DINO | Foto : IG @putadinokayangan

Berbicara mengenai Batik, saya membaca rangkaian/uraian sarat makna yang ada di halaman 14-15.

Salah satu teknik membuat ornamen atau motif pada kain adalah membatik.  Batik atau membatik merupakan kebudayaan melukis atau membuat motif dengan perintang warna dari bahan malam, parafin, atau lilin.  Di Indonesia, kebudayaan membatik mula-mula dikembangkan masyarakat di Pulau Jawa.  Menurut Wirjosuparto (1964), batik sebagai ketrampilan melukis atau membuat motif pada kain dengan 'malam', merupakan ketrampilan asli masyarakat Indonesia.

Kebudayaan menenun hampir ditemukan di banyak wilayah di nusantara maupun dunia.  Perkembangan membatik terkonsentrasi di wilayah Jawa dan Bali.  Selain itu, kebudayaan tenun atau menenun memang merupakan kebudayaan yang pada awalnya dibawa oleh bangsa-bangsa India dan Cina.  Adapun ketrampilan membatik sudah ada sebelum kebudayaan India dan Cina datang ke nusantara.  Oleh karena itulah kemudian UNESCO menetapkan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non-bendawi (masterpiece of the oral and intangible herritage of humanity) pada 2 Oktober 2009.Tenun sebagai kebudayaan universal.  

Berbeda dengan batik yang dianggap sebagai indigenous knowledge (pengetahuan asli) masyarakat Indonesia, tenun atau menenun tidak dianggap sebagai pengetahuan khas atau asli masyarakat Indonesia. Tenun merupakan kebudayaan universal yang dapat ditemukan di banyak kelompok masyarakat dimanapun di dunia.  Masyarakat Indonesia mengenal, menerima, dan mengadaptasi kemampuan dan kebudayaan menenun dari bangsa lain yang selanjutnya mengembangkan teknik menenun dengan daya rekonstruksi yang beragam.  Keberagaman teknik dan motif inilah yang kemudian menjadikan beberapa daerah di Indonesia dikenal dengan kekhasan wastra masing-masing.Berbeda dengan pendapat tersebut, Veldhuisen (1993) menjelaskan bawah sebenarnya ketrampilan batik bukanlah kebudayaan yang dikembangkan masyarakat di Jawa saja, tetapi juga di beberapa negara di Asia, antara lain: di Cina, Jepang dan Thailand.  Namun tradisi menggunakan canting dan bahan 'malam'(lilin atau wax) itulah yang merupakan penemuan asli masyarakat Jawa yang tidak ada di tempat lain.

PERKEMBANGAN ALAT TENUN

Alat tenun sederhana dikenal dengan nama Gedogan.  Alat ini terbuat dari kayu untuk membuat kain dengan teknik menggabungkan atau merintangkan benang secara memanjang dan melintang (Anas 1998; Munaf, 2018).  Benang yang dipasang secara vertikal disebut benang lungsi (atau lungsin) dan benang yang dipasang horizontal disebut benang pakan.

Kemudian muncul Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).  Alat tenun ini lebih kompleks dan terdiri dari beberapa bagian yaitu: boom lungsi untuk menggulung benang lungsi, boom kain untuk menggulung kain yang sudah ditenun, guun yang berfungsi untuk mengendalikan dan menggerakkan benang lungsi agar sekoci dapat masuk di sela-sela benang lungsi, injakan guun untuk mengatur guun, sisir untuk mengatur kerapatan benang lungsi, dan pemberat gulungan benang lungsi yang digunakan untuk menjaga kekencangan benang agar tetap stabil.  Alat ini diberi nama ATBM untuk membedakannya dari mesin penghasil kain tekstil.  Kain yang dihasilkan dari alat Gedogan dan ATBM ini dikategorikan sebagai Wastra.  Sedangkan kain yang dihasilkan oleh mesin tekstil dikenal dengan sebutan bahan atau kain tekstil.  Dengan demikian Wastra merupakan kain tradisional yang dihasilkan secara manual dengan tangan manusia.

Alat Tenun Mesin (ATM).  Seiring dengan perkembangan teknologi dan revolusi industri kemudian tercipta berbagai alat untuk mempermudah produksi berbagai kebutuhan dimasa itu, termasuk untuk kebutuhan primer.  Kemudian dengan hadirnya ATM ini kegiatan tenun dan menenun mulai ditinggalkan oleh masyarakat.  Era industri dengan mesin yang bisa memproduksi lebih banyak dan lebih cepat akhirnya menguasai kebutuhan pakaian di dunia.

Perkembangan Fungsi Tenun.  Sebenarnya fungsi tenun secara mendasar adalah fungsi dasar pakaian yaitu sebagai penutup tubuh manusia. Tapi selain fungsi ini nyatanya beberapa masyarakat mengembangkan ketrampilan menenun bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan keseharian saja. Menenun juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ritual, estetika, kesenian, dan identitas.

Penyebaran Tenun di Nusantara.  Perkembangan kebudayaan dan penyebaran wastra Indonesia sangat dipengaruhi oleh kedatangan dan kegiatan perdagangan dari bangsa-bangsa asing seperti Cina, India, dan negara-negara Eropa.  Cina dan India merupakan bangsa asing yang pertama kali membawa kebudayaan wastra, termasuk membawakan produk dan teknik pembuatannya.  Kebudaan wastra ini diserap dan dikembangkan secara berbeda-beda sesuai dengan daya kreasi dan reproduksi setiap masyarakat di nusantara.

Masih banyak lagi lembaran-lembaran penting yang diuraikan dalam buku ini.  Entah berapa banyak sapuan stabilo dan tempelan post-it kecil warna warni yang saya sangkutkan di pinggir halaman.  Terlalu banyak bagian yang ingin saya baca ulang lagi dan lagi demi mendapatkan pemahaman yang lebih baik.  Beberapa catatan/rangkuman di atas sengaja saya fokuskan untuk segala hal yang berhubungan dengan kain dan tenun.  Tentu saja dengan kemampuan saya pribadi dalam mengadaptasi sebuah karya tulisan bernilai tinggi yang telah dilakukan oleh ke-3 Penulis di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun