Mohon tunggu...
Annie Nugraha
Annie Nugraha Mohon Tunggu... Seniman - Crafter, Blogger, Photography Enthusiast

Seorang istri dan ibu dari 2 orang anak. Menyukai dunia handmade craft khususnya wire jewelry (perhiasan kawat), senang menulis lewat blog www.annienugraha.com dan seorang penggemar photography

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Revitalisasi Puta Dino, Tenun Tidore yang Sudah Punah

11 Mei 2021   05:02 Diperbarui: 11 Mei 2021   05:12 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagai motif PUTA DINO | Foto : IG @putadinokayangan

Tanpa mengurangi sedikitpun nilai penelitian yang sudah dilakukan, ijinkan saya meracik sendiri ulasan dan kesimpulan atas buku ini.  Tentu saja dengan birama kata dan kalimat ala blogger.  Seorang Blogger yang sudah terlanjur jatuh cinta dengan Tidore dan 6 kali dapat kesempatan mondar-mandir ke Bumi Marijang lewat berbagai jalur rezeki yang mampir berkali-kali.

BEBERAPA DEFINISI YANG WAJIB DIKETAHUI

Sebelum menikmati racikan tulisan saya, berikut adalah beberapa kosa kata yang wajib pembaca ketahui terlebih dahulu.

Puta Dino adalah sebutan untuk kain tenun dalam bahasa Tidore.  Puta berarti kain.  Dino berarti Tenun atau Anyaman.

Revitalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya menjadi vital/sangat penting/sangat diperlukan untuk kehidupan.

Diaspora adalah perpindahan individu atau kolektif dari daerah/negara asal ke daerah/negara lain; individu atau kolektif yang tinggal di luar daerah/negara asalnya; migrasi.

Tenun merupakan sebutan untuk jenis kain atau wastra yang dihasilkan dengan menggunakan alat tenun tradisional.  Sedangkan menenun merupakan salah satu ketrampilan menghasilkan kain.

Wastra adalah jenis kain yang dihasilkan secara tradisional, dengan tangan manusia, tanpa menggunakan alat mesin.  Selain itu, wastra biasanya memiliki makna dan simbol kebudayaan tertentu dari masyarakat yang menghasilkannya.  Penggunaan istilah wastra mengacu kepada produk kebudayaan yang memiliki nilai tinggi.  Kain tenun yang dihasilkan secara tradisional dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) merupakan salah satu jenis wastra.

KEMBALI KE MASA LAMPAU

Sebelum menenun atau menguasai teknik dan teknologi pembuatan kain, manusia di jaman lampau sudah memiliki kemampuan membuat pakaian dari kulit kayu atau binatang.  Menurut Anas (1998), manusia prasejarah di nusantara, sejak sebelum budaya Hindu-Budha datang, telah menguasai teknologi dan membuat pelindung tubuh dari kulit binatang, kulit kayu, atau pohon.  Dari bukti-bukti arkeologis, masyarakat prasejarah Indonesia, antara lain di Sulawesi, Kalimantan, Seram, Halmahera, Nias, dan sebagainya, telah membuat pakaian dari kulit kayu yang disebut sebagai FUYA atau TAPA.

Seiring dengan perkembangan jaman, manusia pun mengenal bahan-bahan lain yang bisa digunakan untuk pembuatan kebutuhan primer ini.  Bahan-bahan tersebut seperti serat daun nanas, filamen pisang, katun dari pohon kapas, sutra, dan sebagainya.  Hingga dalam satu fase tertentu seiring dengan meningginya kemampuan berpikir, terciptalah ragam pewarnaan dan pengembangan motif pada setiap materi sandang tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun