Memiliki anak adalah impian banyak pasangan. Setelah si kecil lahir, tentu orang tua ingin melihatnya tumbuh dan berkembang sesuai usianya. Banyak stimulasi yang bisa diberikan, bahkan sejak dalam kandungan, demi memberikan yang terbaik untuk anak.
Saya sendiri termasuk orang tua yang mendambakan anak. Sejak mengandung anak pertama, saya mulai melakukan berbagai stimulasi, seperti membaca buku---baik buku parenting maupun cerita anak---mendengarkan musik klasik, mengelus perut, dan mengajak bayi saya berbicara. Yang menakjubkan, bayi saya merespons! Ia menendang atau bergerak setiap kali saya berbicara atau mengelus perut saya.
Komunikasi Sejak dalam Kandungan
Saya percaya bahwa komunikasi sejak dini sangat berpengaruh pada perkembangan bahasa anak. Ada beberapa momen unik yang saya alami selama kehamilan:
Saat kandungan kehamilan pertama saya berusia 35 minggu, gerakan bayi saya terasa berkurang. Saya pun berkata, "Bergeraklah, Nak, biar Mama tenang." Tak lama kemudian, ia menendang!
Kehamilan kedua berbeda---bayi saya sangat aktif, bahkan saat saya tidur. Saya membelai perut dan berkata, "Nak, Mama lagi tidur, pelan-pelan ya." Ajaibnya, gerakannya langsung melambat.
Momen-momen ini membuat saya semakin yakin bahwa janin sudah bisa mengenali suara ibu dan berinteraksi dengannya.
Melatih Kemampuan Berbicara Sejak Bayi
Setelah lahir, saya terus mengajak anak berbicara. Saat pertama kali melihatnya di samping saya, saya berkata, "Buka matanya, Sayang Mama." Dan benar, ia membuka matanya! Mungkin karena sudah mengenali suara saya sejak dalam kandungan.
Di rumah, saya membiasakan:
* Menyanyikan lagu saat menidurkan anak
* Menceritakan kegiatan sehari-hari ("Mama mau makan, ya." atau "Ayo bobo, Sayang")
* Membacakan buku cerita dengan intonasi yang sesuai
Saya juga selalu menghindari bahasa bayi seperti mamam atau mimik, dan menggantinya dengan kosakata yang benar, seperti makan dan minum. Ini membantu anak berbicara lebih jelas sejak dini.