Mohon tunggu...
Annur Diana
Annur Diana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

masih sekolah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perampokan di Siang Bolong

16 Desember 2012   07:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:34 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika Dali selesai bicara dengan Fahmi di HP nya kemudian menuju tempat duduk dibawah pohon samping kolam renang rumahnya Noni pacarnya. Angin sore yang sepoi-sepoi dan semilir itu membuat mata Dali menjadi berat, dan tak lama kemudian Dali tertidur dibangku itu.

Belum lama Dali tertidur, tiba-iba terdengar suara gaduh yang membangunkan Dali dari tidurnya. Dali makin terkejut oleh suara letusan senjata api dari arah dalam rumah Noni. Dali meloncat dari bangku yang didudukinya tadi, berlari mengejar arah suara letusan. Beberapa orang bertopeng dan bersenjata api sedang berdiri didepan pak Arif, istrinya dan Noni, salah satu dari mereka menodongkan senjatanya dikepala pak Arif.

Orang yang menodongkan senjata itu kemudian berkata kepada temannya yang bertopeng juga,” periksa dan kuras semua harta berharganya, singkirkan bila ada yang menghalanginya.” Orang yang memerintahkan tersebut ternyata bernama Jhon, karena yang diperintahkan olehnya menyahut,” baik bang Jhon.”

“Wah, kacau, gua mesti berbuat apa nih,” gumam Dali sambil bersembunyyi dibalik rimbunnya pohon mawar disekeliling rumah pak Arif.

Belum lagi Dali selesai berpikir, dari dalam terdengar suara “bukk” dan tenyata orang yang bernama Jhon memukulkan senjatanya di kepala pak Arif. Kepala pak Arif bercucuran darah dan kelihatannya langsung terjatuh kelantai, kemudian si Jhon menendang bagian perut pak Arif dua kali, “bug..bug.”

Noni dan mamanya ketakutan bukan kepalang, menangis tak henti-hentinya melihat pak Arif tidak berdaya dengan kepala yang bercucuran darah.

“Diam!” bentak Jhon kepada Noni dan mamanya.

“Sekali menyentuh Noni, ga bakal gua biarin lo Jhon, gua bakal balas lo tujuh turunan,” pikir Dali yang sedang berpikir dan mencari jalan keluar terbaik pada situasi seperti itu.

Disaat Dali berpikir, seseorang yang diperintah oleh Jhon kembali dan berkata,”bang, ga ada yang berharga, cuma ini,” sambil memperlihatkan beberapa notebook dan sebuah kotak perhiasan mamanya Noni.

“Ga mungkin, dia ini pengusaha besar, pasti banyak uang, tolol,” ujar Jhon kepada anak buahnya.

“Cepet periksa lagi, jangan sampai ada yang terliwat!” perintah Jhon kepada anak buahnya yang lain.

“Eh…nyonya, cepat berikan kepada kami dimana tempat penyimpanan barang berharga anda!” seru Jhon sambil menjambat rambut mamanya Noni.

“Di..didalam pa, mohon jangan sakiti kami, tolong,” mohon mamanya Noni.

“Atau anak anda ini akan menjadi korbannya,” gertak Jhon kepada mamanya Noni dengan memegang tangan dan mengarahkan senjata apinya di kening  Noni.

Dali yang melihat kejadian tersebut semakin panik dan memaksa untuk berbuat sesuatu agar Noni dan keluarganya selamat. Kemudian Dali mengirimkan SMS kepada teman-temannya yag berbunyi,” bro, SOS…SOS, bantu gua, rumah Noni lagi dirampok.”

Belum lama, Medi langsung membalas dengan SMS juga yang bunyinya, “call 112 aja, bentar lagi gua datang Dal.”

Dali lalu menghubungi 112 emergency call, karena situasi saat itu membuatnya panik dan tidak tahu harus menghubungi siapa-siapa, lalu dijawab entah dari mana sumbernya.

“Selamat sore, kepolisian disini, dari mana ini?” tanya seseorang dari kepolisian.

“Sore pak, mau lapor ada perampokan didaerah cinganjur pak, tepatnya di Jl. KKO Marinir Cilandak no.9 pak, tolong pak, mereka bersenjata api semua,” ujar Dali.

“Baik..baik, kami akan segera datang,” jawab pak polisi tersebut.

Seseorang perampok yang sedang memeriksa kamar  pak Arif tiba-tiba melihat ke arah Dali yang sedang berbaring menelepon polisi. Lalu orang tersebut berlari menemui Jhon dan mengatakan yang dilihatnya. Jhon lantas memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Dali yang ada diluar.

Dali yang melihat dirinya akan diburu oleh para perampok itu, lalu segera pergi dan bersembunyi diatas atap beranda samping kolam renang rumahnya Noni lewat pepohonan yang menjulur kebagian atas beranda. Para perampok yang datang ke tempat itu tidak melihat Dali, lalu kembali kedalam menemui Jhon setelah mencari beberapa saat.

Saat berada diatas, Dali berusaha menguhubungi Medi dan Fahmi.

“Halo, Assalammualaikum Med,” sapa Dali.

“Wa’alaikum salam, gimana keadaannya, gua sudah telpon poilisi Dal, gua sama anak-anak perlu kesana ga?” tanya Medi.

“Gua bingung nih, panik banget, kasian om Arif sekarang lagi pingsan dengan kepala bercucuran darah Med,” ujar Dali.

“Trus, gimana mau lo?” tanya Medi.

“Lo mending kesini deh buruan, lo kan lagi ngumpul di sanggarnya Ipik, lupain dulu deh kasus Ipik,” jawab Dali.

“Iya, gua pikir keadaan pak Arif lebih penting,” ujar Medi.

“Buruan deh, please!” seru Dali.

“Ok..ok, gua langsung ngomong sama Fahmi,” jawab Medi.

Dali kembali turun dari atas beranda di dekat kolam renang menuju jendela tempat sebelumnya mengintai para perampok itu. Didalam kelihatannya makin membuat Dali marah dan geram, karena mamanya Noni yang mendapat giliran menerima tamparan dari Joni,”plak” keras sekali suara tamparan itu, membuat mamanya Noni terhuyung-huyung dan terjatuh.

“Biadab,” teriak Noni kepada Jhon tanpa takut, sambil meronta-ronta dari pegangan anak buah Jhon.

“Diam kamu!” hardik Jhon kepada Noni.

“Pengecut, beraninya lawan perempuan!” seru Noni .

“Ha ha ha ha, berani kamu?” tanya Jhon sambil mencengkeram muka Noni dan mendorong Noni hingga terjatuh juga didekat mamanya.

“Mama..mama,” panggil Noni kepada mamanya yang tidak sadarkan diri akibat tamparan keras Joni.

Dali saat itu tidak bisa berbuat apa-apa, karena perampok yang berjumlah enam orang itu bersenjata api semua. Salah-salah akan mengakibatkan kesalahan fatal yang menyelakakan keluarga pak Arif yang sudah begitu baik kepada Dali dan teman-temannya.

“Bawa yang ada dan ikat ibu dan anak ini, kita bawa untuk sandera!” perintah Jhon kepada anak buahnya.

“Baik bos,” jawab anak buah bang Jhoni itu, lalu mengikat dan membawa mamanya ke mobil mereka.

Mereka membawa Noni dan mamanya, serta beberapa barang hasil rampokan dari rumah Noni dengan sebuah mobil jeep. Dali yang saat itu melihat mereka membawa Noni dan mamanya langsung berlari kearah pak Arif yang tidak sadarkan diri akibat pukulan Jhon. Dali membaringkan pak Arif di sofa ruang tamunya dan dengan cepat meraih helm, serta  sarung tangan balapnya dikamar yang biasa digunakannya menginap, lalu secepat kilat menstarter dan melaju mengejar para perampok dengan motornya.

Dali mengemudikan sepeda motor balapnya meliuk-liuk diantara mobil-mobil dan motor yang sedang berjalan, menyalip dan meluncur di sisi dalam dan luar ditengah kepadatan lalu lintas sore itu di daerah Ciganjur. Berlari terus tanpa memikirkan keselamatan diri, memacu motornya mengejar mobil para perampok yang telah berjalan lebih dahulu. Polisi dan lampu merah tidak dihiraukan lagi, omelan dan bunyi klakson kemarahan pengemudi lainnya tidak didengarkan, hanya satu dipikiran Dali, yaitu menolong Noni dan Mamanya.

Dari kejauhan Dali telah berhasil melihat mobil jeep para perampok, membuatnya semakin mempercepat sepeda motornya melaju dan melesat cepat diantara deru mesin dan debu lalu lintas sore itu. Hanya satu tujuan dipikirannya, yaitu mengejar dan mengejar para perampok yang menyandera Noni dan mamanya.

Mobil para perampok melaju dengan cepatnya, kemudian mereka masuk tol Jorr. Mobil yang berkaca gelap membuat petugas tol tidak menyadari sedang terjadi penyanderaan didalamnya. Dali yang mengikuti mobil itu tidak pikir panjang lagi, menerobos masuk tol, meskipun peluit petugas dan sirine mobil petugas polisi yang berada disitu berbunyi.

Kejar mengejar didalam tol pun terjadi antara Dali dengan perampok dan Polisi dengan Dali. Mobil jeep itu berlari cepat kekiri dan kekanan menyalip mobil-mobil yang berada didepannya, begitu pun  Dali dan mobil patroli yang mengejarnya. Para pengguna tol Jorr saat itu kelihatan tidak menyadari apa yang sedang terjadi, ketika melihat sepeda motor masuk dan ikut bertarung dengan laju jalan mereka.

Para perampok makin memacu jalannya mobil mereka, karena mereka makin panik dengan kehadiran polisi yang mengejar Dali. Mereka tidak menyangka, jika Dali nekat mengejar mereka dengan motor sportnya hingga masuk jalan tol. Didalam mobil para perampok, Noni dan mamanya yang telah siuman tak henti-hentinya berdoa dan sesekali berteriak-teriak.

“Allahu Akbar, Dali…Dali,” teriak Noni yang merasa ngeri melihat Dali meliuk-liuk diantara mobil-mobil yang melaju kencang di jalan tol.

“Ya Allah, tolonglah kami, selamatkanlah kami dan Dali,” ujar Noni dalam doanya.

Pengemudi mobil perampok itu makin merasa panik melihat Dali yang telah berada tepat dibelakangnya, lalu tanpa berpikir panjang mobil makin dipacu dan dikebut melebihi batas normal kecepatan. Berjalan dibahu jalan dengan kecepatan tinggi disaat kondisi jalan tol yang dilaluinya padat, kemudian kembali menyalip kekiri dan kekanan menghindari kejaran Dali dan polisi dibelakangnya. Mobil perampok terus mengarah ke jalan tol Jakarta Cikampek, begitu pun Dali dan Polisi yang mengejarnya. Mereka seperti di film-film aksi, kejar mengejar, salip menyalip dan kadang satu dua mobil saling mencicitkan remnya serta saling berbenturan akibat kejar mengejar tersebut.

Polisi yang mengejar mereka bertambah ketika didekat pintu tol Bekasi, tapi mereka tidak bisa memblokir jalan tol yang keadaanya agak ramai sore itu. Tambahan petugas patroli itu pun ikut dalam konfoi kejar-mengejar di jalan tol kearah cikampek. Kecepatan mereka sangat tinggi, begitu pun Dali dengan sepeda motornya yang menguntit dan membututi mobil para perampok.

Disaat Dali mendekat bagian belakang mobil perampok itu, seorang perampok mengarahkan senjatanya kearah Dali. Melihat gelagat buruk yang akan terjadi, Dali lalu memperlambat sepeda motornya dan benar saja terdengar letusan beberapa kali kearahnya,”Dor..dor…dor, dan prang” salah satu peluru mengenai lampu depan motor Dali hingga pecah.

Motor Dali agak sedikit oleng akibat menghindari peluru yang berdesingan kearahnya. Melihat terjadi beberapa kali penembakan, polisi yang mengejar Dali baru menyadari, bahwa telah terjadi tindak kriminal didalam mobil yang sedang dikejar oleh Dali. Polisi memperingatkan Dali untuk membiarkan mereka yang melakukan pengejaran terhadap perampok yang berada didepan Dali. Namun, Dali tidak menghiraukan peringatan polisi tersebut, Dali tetap memacu dan melesat mengejar perampok yang menyandera Noni dan mamanya.

Dali tidak menyadari, jika beberapa perampok akan melakukan penembakan kepada dirinya. Seorang perampok menyelipkan senapan panjangnya dibalik jendela dan “dor..dor..dor”. Dali tiba-tiba merasakan sesuatu pada sepeda motornya, karena tiba-tiba steeringnya menjadi berat dan motornya terpelanting dan melemparnya keatas. Noni yang melihat motor Dali terpelanting akibat tertembak oleh perampok dimobilnya lalu berteriak,” Ya Allah, Daliiiiiiiii.” Kondisi Dali antara sadar dan tidak sadar terus melayang,, karena saat itu melintasi diatas sebuah jembatan yang melewati sebuah sungai lebar di daerah Karawang, Dali dan motornya melewati pagar jembatan dan melaju deras meluncur ke udara, melayang dan terjun ke dalam sungai. Sambil berteriak menyebuat nama .”Allah,” kemudian memanggil nama ,” Noniiii”.

“Byurrrr..byurrrrrrrr,” suara air yang terpercik saat Dali tercebur.

Dali yang tercebur berusaha untuk berenang ketepi, yang ternyata adalah kolam renangnya Noni.

“Astagfirulloh,” ucap Dali yang menyadari jika kejadian tadi adalah mimpi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun