Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Klarifikasi, Siapa Bilang ini Perang Taksi Online vs Offline?

22 Maret 2016   12:39 Diperbarui: 23 Maret 2016   11:46 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Demo Taxi di Jakarta, sumber gambar : okezone.com"][/caption]Hari ini demo supir taxi dan mobilnya menguasai jakarta, benar-benar menguasai, karena 1 supir 1 mobil, bisa dibayangkan space/jalanan yang diperlukan saat demo? Hahaha diluar perkiraan penegak hukum dan pemerintah, karena surat izin demo buktinya tetap keluar, hehe..

Kita semua berdebat, ada yang pro taxi "online" dan menyalahkan taxi konvensional yang tidak mau upgrade teknologi dll, padahal masalahnya bukan disana, dan penulis justru sependapat dengan menteri Jonan. Kenapa:

1. Perang Profesi/Lapangan Kerja -Supply Demand

Bukan hanya menggunakan aplikasi, tetapi uber dkk menggunakan sistem "crowd/keroyokan", artinya siapa saja, dimana saja dan kapan saja bisa jadi supir taxi. Jelas ini membuat supply dan demand kacau balau. Tiba2 ada ribuan supir liar yang berebut nafkah dengan super konvensional.

Ini persis sistem buruh partimer atau outsourcing.Maukah kita bekerja di perusahaan tapi semuanya tidak pasti? Kita sendiri menginginkan pekerjaan tetap dan pendapatan relatif stabil bukan? Kepastian itu hilang dan tidak akan pernah terjadi dengan sistem supir keroyokan, karena supply berlebihan bahkan bisa tidak terhingga, karena hanya dianggap pekerjaan tambahan/selingan oleh supir2 uber dkk.

 

2. Perang Tarif

Taxi "online" ini adalah investor global/dunia yang masuk ke banyak negara dengan permodalan hampir tidak terbatas. Mereka, maaf, sengaja menerapkan tarif promo, alias tarif rugi terus menerus untuk "mematikan" moda transportasi lainnya yang konvensional. Jelas ini bukan persaingan bisnis yang sehat.

Jadi jelas masalahnya bukan online atau offline. Karena untuk membuat aplikasi online mah mudah dan murah. Tetapi masalahnya adalah di tarif yang ngawur. Siapa yang ga mati usahanya kalau tarifnya hancur-hancuran bahkan rugi tetap lanjut, sedangkan taxi konvensional, supir harus mengejar setoran?

Jadi tidak bijak bila kita membela taxi/moda transportasi online mati-matian, kita tentu membela, karena sebagai customer tentu ingin tarif murah. Ilusi tarif murah itu akan hilang setelah moda transportasi konvensional mati, mereka merajai pasar dan terserah mereka mau tarif berapa.

Tidak mungkin usaha tidak untung sampai selamanya, mereka hanya bermodal besar sehingga bertahan rugi bertahun-tahun di awal masa perkenalan/promosi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun