Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Politik

(Friday Ideas-19) "Rahasia" Dibalik Eks Teman Ahok?

24 Juni 2016   10:33 Diperbarui: 24 Juni 2016   15:56 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sistem Pemilu Elektronik, sumber gambar : pilkadabali.com

Beberapa hari ini kita diramaikan dengan berita konferensi pers dari eks Teman Ahok yang sekali baca saja sudah terlihat anehnya :

  • Dipecat Februari 2016, tetapi 4 bulan kemudian baru konferensi pers
  • Membeberkan kecurangan2 yang terjadi, tetapi disaat yang bersamaan mengaku mereka sendiri yang melakukan kecurangan? = dipecat = memberi kesan Teman Ahok itu tegas lho, yang curang, dipecat.

Semakin terlihat aneh bila digabungkan dengan peristiwa sebelum dan sesudahnya?

  • Deklarasi sudah mencapai 1 juta KTP sebelum konferensi pers eks Teman Ahok       
  • Deklarasi parpal mendukung Ahok setelah konferensi pers eks Teman Ahok = Ahok hampir pasti menggunakan jalur parpol

Tiba-tiba terbaca jalan cerita yang nyambung :

  • Teman Ahok hanya berfungsi untuk "mempromosikan" Ahok sebelum masa kampanye = mencuri start? Semakin rame relawan + kontroversi (ada yang mau terjun dari monas lah, dll) = semakin rame pemberitaan
  • Deklarasi sudah mencapai 1 juta KTP =  seakan-akan sudah sampai puncak hasil = bisa maju independen
  • Serangan dari PDIP mengenai dana Teman Ahok
  • Serangan kedua dari Konferensi pers eks Teman Ahok = pengumpulkan KTP jalur independen tidak masuk akal dan pasti banyak kecurangan
  • Ahok "seakan" galau dengan poin 3-4-5 diatas
  • Ahok akhirnya menerima "pinangan" parpol

Padahal mau diputar-putar sana kemari, dari awal 101% sudah jelas :

  • Ahok pasti lewat jalur parpol, dan PDIP adalah mitra utamanya
  • Ahok pasti menang (dukungan banyak parpol dan RI-1 tidak mungkin dikalahkan oleh "trio kwek kwek")

Hanya terlihat kurang menarik dan tidak ada bahan berita saja bila dari awal mengambil langkah ini, jadi dibikin "meriah" dengan banyak kontroversi, agar setiap hari ada yang diliput = semakin terkenal dan dikenal

Dari semua kejadian ini kita belajar bahwa :

  • Pengumpulan KTP tidak mungkin terjadi dan sejak awal sudah syarat yang aneh. Sudah aneh, masih harus berjumlah 1 juta lagi, bisa dibayangkan berapa biaya promosi dan biaya operasional untuk memenuhi syarat tersebut? calon "independen" mana yang bisa maju dengan syarat seperti itu? Hanya konglomerat + artis,  atau ya satu lagi, calon parpol berbulu independen, xixixi

Artinya apa? Artinya tidak akan pernah ada calon "Independen", meski dia tidak diusung parpol, tetap dia harus didukung banyak masaa, LSM dan duitttttt alias sponsor entah dari mana.

Jadi apa solusinya? Pengumpulan KTP secara elektronik + pooling terbuka + masyarakat berpendidikan tinggi.

Hanya bisa menunggu sistem KTP dan pemilihan umum elektronik, sehingga pengumpulan KTP sebagai syarat maju independen bisa terverifikasi dengan banyak keamanan canggih seperti sidik jari dll, dan untuk mencegah kecurangan digital, maka no KTP yang mendukung harus dibuat terbuka di sebuah situs, plus initial ok, jadi kita bisa melaporkan kalo tiba2 KTP kita yang bukan pendukung masuk sana.

Itupun hanya terlihat canggih dari depan, tetapi tetap saja bila pemilih (rakyat) belum berpendidikan/melek politik, maka manipulasi terjadi dimana2, ktp bisa didaftarkan tanpa sepengetahuan si pemilih, bahkan sidik jari bisa ditukar sekardus mie instant, haha...

Bagaimana lagi, memang realitanya seperti itu, terlihat nyata dengan pendidikan rakyat yang tidak pernah menjadi fokus pemerintah dan para wakil rakyat, yang ada malah budget pendidikan jadi "rebutan", karena apa? Karena mereka takut dengan rakyat berpendidikan tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun