Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pak JK, Ini Alasan "Minoritas" Lebih Kaya dari "Mayoritas" [Bagian 1]

19 Mei 2017   17:31 Diperbarui: 26 Mei 2017   17:29 3611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banyak Anak, sumber gambar : kompasiana.com

Sekali lagi tanpa perlu berdebat mana benar/salah, faktanya 2 pandangan ini mempunyai hasil akhir yang berbeda.

Logika lainnya yang juga sederhana : katakanlah 1 pasang ortu memiliki sebuah telur, dia berikan ke kedua anaknya, masing-masing mendapat ½ bagian = ½ protein telur.

Ortu yang lain memiliki 1 telur juga, tetapi mempunyai 5 anak, maka masing-masing anak hanya mendapatkan 1/5 protein telur.

Bila ini terjadi bertahun-tahun, katakanlah 15 tahun dari bayi hingga remaja, berapa perbedaan asupan protein dari anak-anak dari 2 keluarga berbeda tersebut?

Itu baru 1 telur, belum susu, ikan, daging dan hal non gizi seperti buku, biaya sekolah, dst.

Dan itu baru 1 keluarga, 1 generasi, belum kalau beribu keluarga dalam 1 kaum dan beberapa generasi, jelas bukan kenapa ketimpangan kaum “Mayoritas” dan “Minoritas” semakin lebar?

Gaya hidup banyak istri dan anak menciptakan “lingkaran setan kemiskinan”, gizi dan pendidikan yang tidak cukup membuat anak di masa depan sulit mencari pekerjaan = miskin lagi dan seterusnya hingga anak cucu.

Sebaliknya gaya hidup keluarga berencana membuat pendapatan mencukupi untuk kebutuhan anak-anak, bisa kuliah, dapat pekerjaan baik, makin lama keturunan makin sejahtera.

Jadi Pak JK, sebenarnya siapa disini yang dengan sadar menyebabkan kemiskinan pada dirinya, keluarganya, kotanya, negaranya dan kaumnya?

Solusi :

  • Solusi tiada lain selain menyadari bahwa gaya hidup diatas adalah penyebab UTAMA kemiskinan sebuah kelompok ataupun sebuah negara.
  • Hukum pemberian nafkah harus jelas, bila perlu, seorang suami bisa dipidana bila tidak bisa memberikan nafkah cukup (standar), yang disebabkan karena istri dan anaknya banyak atau karena kawin cerai.

Seorang laki-laki harus belajar bertanggung jawab atas istri dan anak-anak yang dilahirkan, istri dan anak-anak bukan mainan, penelantaran adalah pelanggaran HAM dan dosa.

  • Keluarga berencana harus digalakkan oleh semua pihak, khususnya kaum “Mayoritas” sendiri yang dirugikan karena gaya hidup ini. Tanpa kesadaran dan tindakan dari kaum “Mayoritas” sendiri, maka sampai kapanpun juga tetap akan kalah sejahtera dibandingkan “Minoritas.
  • Pemerintah harus berperan aktif menekan laju penduduk baik melalui penyuluhan maupun dengan peraturan yang ketat, misalnya hanya mengcover BPJS dan pendidikan 2 anak, sisanya dicover sebagian atau dengan iuran mahal, denda, dsb,
  • Bukan malah mengcover biaya kelahiran hingga anak unlimited, yang tadinya berKB karena tidak ada biaya melahirkan, sekarang malah dengan senang hati beranak 12 orang, hahaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun