Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

(Friday Ideas-5) Bom Waktu Bernama BPJS Kesehatan - Bagian 2

18 Maret 2016   15:36 Diperbarui: 20 Maret 2016   06:42 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oklah orang kaya dan superkaya tentu jarang yang pakai, tapi lihatlah pengguna BPJS sebagian besar di perkotaan (karena RS, Dokter, Alat semua berkumpul di perkotaan), sebagian besar mereka adalah kelas menengah! Yang miskin2 dari desa mau ke kota saja ongkos transport tidak ada.

Jadi selama fasilitas kesehatan tidak merata tersedia sampai pelosok desa = kelas menengahlah yang menikmati BPJS dan disubsidi Pemerintah dari iuran rakyat miskin!

2.      Orang Bekerja Mensubsidi Orang Pengangguran (Iuran Autodebet)

Mengharapkan puluhan juta orang membayar iuran secara sukarena dan manual, seperti mengharapkan hujan uang, hahaha... Karena 99% tidak akan jalan, semua orang hanya membayar saat sakit, saat sehat tidak bayar, dan saat sakit lagi, iuran dan denda sudah numpuk jutaan = hutang sana kemari lagi.

Ingin ketaatan membayar iuran mendekati sempurna? Semua harus autodebet dan minimalkan peserta mandiri (bayar manual)

Fitur untuk bisa menambahkan anggota keluarga siapa saja dengan biaya iuran 1% dari gaji sudah ada pada aturan BPJS saat ini, maka wajibkan orang yang tidak bekerja untuk "ngikut" autodebet pada slip gaji keluarga yang bekerja (urusan internal keluarga apakah disubsidi oleh pekerja/tetap ditagihkan kepada yang nitip autodebet).

Untuk yang gajinya besar, maka keluarga non-inti/tambahan bisa tetap memakai tarif peserta mandiri. Bila sekeluarga tidak bekerja formal, maka bisa dengan autodebet rekening, maupun autodebet pulsa, meskipun tidak 100% saldo ada saat didebet, tapi mendingan daripada bayar manual/sukarela.

3.      Orang "Cari Sakit Sendiri" (Perokok dll penyakit gaya hidup) Mensubsidi Orang Sakit Beneran

Ide ini sebenernya bukan hal baru dan sudah cukup sering disuarakan oleh banyak orang, salah satunya yang konsisten bersuara adalah Guru Besar UI Hasbullah Thabrany, yaitu penggunaan cukai rokok untuk menutupi defisit yang terjadi.

Kenapa? Karena perokok harus bertanggung jawab atas sakit yang ditimbulkan rokok pada dirinya dan keluarganya. Sekarang tanggung jawab itu tidak ada, bahkan semakin banyak batang yang dihisap, karena sakit sudah gratis!

Untuk menaikkan iuran khusus perokok, tidak mungkin, karena sebagian besar mereka justru orang miskin. Jadi langsung saja tambahkan ke harga rokok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun