Melalui pekerjaan, saya merasa berguna bagi ibu saya, bagi perusahaan tempat saya bekerja, bagi para kolega dan relasi bisnis yang merasakan manfaat dari kehadiran saya.
Bonus yang terindah adalah kesempatan bertukar cerita dengan seorang kolega di kantor pada saat menunggu kedatangan klien yang menghendaki rapat di luar jam kerja kantor. Kolega tersebut kini menjadi ayah dari anak-anak saya.
Sekarang, meskipun sering bekerja di luar jam kerja, saya berusaha merawat WLB
Di kantor, kami menerapkan kebiasaan menyelesaikan pekerjaan dalam jam kerja. Kami juga berusaha untuk tidak mengganggu staff dengan urusan pekerjaan pada akhir pekan.
Namun, seringkali ada kondisi penting yang tidak terselesaikan pada hari Jumat dan harus dilanjutkan pada hari Sabtu atau Minggu. Sebagai contoh, klien yang meminta pengiriman barang secepatnya, dokumen tender atau hal penting lainnya yang jatuh tempo pada hari Senin.
Dalam hal ini, kami meminta kesediaan staff agar bersedia diganggu untuk urusan pekerjaan di sela-sela istirahat akhir pekan. Pada umumnya, staff kami memahami dan siap sedia menangani pekerjaan hingga tuntas. Suatu sikap kerja yang patut mendapat apresiasi.
Cara saya merawat WLB
Setelah berkeluarga dan seiring bertambahnya tanggung jawab dalam pekerjaan, saya mulai merasa kewalahan dalam permainan akrobat lempar bola. Tantangan terbesar adalah ketika ibu, suami, atau anak sakit sementara ada hal di tempat kerja yang juga memerlukan perhatian khusus.
Jungkir balik, jatuh bangun, jatuh dan bangun lagi. Saya sungguh bersyukur bahwa Allah yang Maharahim tidak membiarkan saya berjuang sendiri. Pertolongan-Nya selalu datang tepat pada waktunya.
Seperti kata pepatah, pengalaman adalah guru terbaik. Dari pengalaman, saya memetik beberapa pelajaran tentang cara merawat WLB yang saya terapkan saat ini.
Pertama, mengambil jeda
Ketika saya merasa hidup mulai tidak seimbang, saya akan berhenti sejenak. Jeda tersebut saya gunakan untuk berdialog dengan diri sendiri dan berefleksi.
Apa yang membuat saya merasa tidak seimbang? Bagaimana dampaknya terhadap pekerjaan dan kehidupan pribadi serta keluarga saya? Apa sesungguhnya yang saya prioritaskan? Sebagai konsekuensi, apa yang saya korbankan? Setimpalkah pengorbanan tersebut?