Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kisahku: Antara Kanker Rahim dan Hiperplasia Endometrium

23 April 2021   20:22 Diperbarui: 24 April 2021   13:58 3244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hiperplasia endometrium - foto: Iifepack

Keesokan harinya, saya cuti kerja. Saya datangi klinik spesialis sebuah rumah sakit yang terdekat dari rumah. Kepada resepsionis, saya sampaikan bahwa saya mencari dokter obgyn "siapa saja yang available". Lalu, saya dipertemukan dengan seorang dokter yang biasa disapa dokter BJ.

Dokter BJ menyambut saya dengan ramah. Setelah saya ceritakan kronologi yang membuat saya mengunjunginya, beliau melakukan USG transvaginal.

Beliau menjelaskan sambil menunjuk gambar di monitor, "Saya tidak melihat ada benjolan, Sis. Tetapi memang dinding rahimmu menebal. Ini Namanya "hiperplasia endometrium". Kita bisa lakukan kuretase lalu kita biopsi. Jika tidak diperlukan, kita tidak angkat rahim."

Mencari third opinion       

Ilustrasi USG - foto: alodokter.com
Ilustrasi USG - foto: alodokter.com
Penjelasan dokter BJ membuat saya bernafas lega. Namun, karena diagnosis dokter BJ berbeda dengan dokter pertama, timbul pro-kontra dalam keluarga saya. Bagaimana jika diagnosis dari dokter pertama yang benar? Bukankah penanganan terhadap kanker harus dilakukan secepatnya?

Saya memutuskan untuk mencari third opinion. Seorang dokter obgyn di sebuah rumah sakit bersalin di Jakarta Utara menjadi pilihan saya. 

Pasien dokter tersebut sangat ramai. Saya harus sabar menunggu selama beberapa jam sebelum bertemu.

Sang dokter mengonfirmasi bahwa saya memang mengalami "hiperplasia endometrium", bukan kanker rahim. Beliau menyarankan saya untuk kembali kepada dokter BJ guna menjalani kuretase.

Hiperplasia Endometrium

Dilansir klikdokter.com, "hiperplasia endometrium" umumnya terjadi karena hormon estrogen yang terlalu tinggi di dalam tubuh. 

Hormon estrogen yang terus-menerus dalam keadaan tinggi mengakibatkan sel-sel yang menyusun endometrium semakin tebal dan banyak, dan menjadi berbentuk tidak normal.

Bila pertumbuhan sel endometrium tersebut berlangsung terus dan tak terkendali, lama kelamaan hiperplasia akan berubah menjadi kanker endometrium. 

Dokter BJ menyarankan agar saya secepatnya dikuret. Beliau juga menyarankan agar sebagian jaringan hasil kuret diambil untuk biopsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun