Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu Mariyati, Lima Dekade Berbagi Kasih

28 Desember 2020   06:00 Diperbarui: 29 April 2021   05:41 1724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiri: Ibu Mariyati memimpin rapat virtual, 15 Nov 2020. Kanan: siswa-siswi SD Sejahtera III di depan sekolah, 1972 (dokpri)

Ketika ditanya mengenai uang sekolah, Mariyati tertawa. "Tahun pertama tidak pakai uang sekolah. Mereka membayar pakai gabah, semampunya. Tahun kedua, disepakati ada uang sekolah Rp.25,- per anak per bulan. Nombok, pasti. Tetapi kami senang. Kami senang dan berharap dengan pendidikan yang kami berikan, anak-anak desa Sindangsari tidak tertinggal dari anak-anak di daerah lain."

Cikal bakal SD Sejahtera III

Ibu Mariyati (kanan), Ferry (tengah), bersama guru (kiri) dan siswa-siswi SD Sejahtera III (dokpri)
Ibu Mariyati (kanan), Ferry (tengah), bersama guru (kiri) dan siswa-siswi SD Sejahtera III (dokpri)
Seiring berjalannya waktu, jumlah murid bertambah. Hal ini membahagiakan Sularto dan Mariyati. Tetapi fasilitas yang ada tidak memadai lagi. Untuk membangun gedung baru, mereka tidak memiliki cukup dana.      

Kata pepatah, ‘tak ada rotan akar pun jadi’. Berbekal harapan dan kegigihan demi menolong anak-anak desa, Sularto dan  Mariyati mendapat izin mendirikan sebuah bangunan sekolah yang  terbuat dari kayu di atas tanah milik Gereja. Inilah cikal bakal SD Sejahtera III. Sebuah sekolah sederhana untuk anak-anak desa.

Walaupun tidak punya banyak uang, Sularto dan  Mariyati tidak pernah merasa diri miskin. Mereka selalu merasa diberkati oleh Tuhan, sumber hidup dan kekuatan mereka. 

Kasih Tuhan  yang  mereka alami dalam hidup, memampukan mereka melayani dengan hati gembira.  Mereka mengalami bahwa Tuhan lebih dahulu mengasihi mereka. Ya, semua karena kasih. Kasih memungkinkan banyak hal baik terjadi. Minimnya dana tidak menghalangi Sularto dan Mariyati berkarya.

“Tahun 1978, anak-anak kami mulai masuk sekolah. Suami saya masih bekerja sebagai katekis purnawaktu di Keuskupan. Saya melamar jadi guru agama PNS untuk membantu keuangan keluarga. Saya diterima di SDN I Margodadi di Pringsewu. Terpaksa saya kost di Pringsewu. Suami saya yang mengurus SD Sejahtera III dan anak-anak kami yang waktu itu sudah 4 orang.”

Mariyati bersyukur, 3 tahun kemudian ia dipindahtugaskan untuk mengajar di SDN II Sindangsari yang berlokasi dekat rumah. “Saya mengajar di SDN II hingga pensiun pada tahun 2004. Jadi, inilah rutinitas saya selama 23 tahun: pagi ke SD Sejahtera III memastikan guru-guru sudah hadir, lalu buru-buru berangkat ke SD negeri naik sepeda. Pulang mengajar, saya mengurus rumah dan anak-anak.”

28 Tahun Setelah Kepergian Sularto

“Setelah suami saya wafat, saya bersama para guru meneruskan karya mendidik anak-anak di SD Sejahtera III. Saya bersyukur ada guru yang mau setia mengabdi bersama dengan imbalan seadanya. Di SD Sejahtera III, anak-anak dididik untuk memiliki nilai-nilai dasar dalam hidup bersama, seperti saling menghormati, saling menolong, toleransi, saling memaafkan, sopan santun, sportivitas, disiplin diri, cinta Tanah Air, dan  sebagainya.” Mariyati melanjutkan ceritanya.

Herrys bercerita tentang kedisiplinan Mariyati mengelola keuangan. Di SDN II Sindangsari, Mariyati juga dipercaya membagikan gaji guru. Herrys tidak tahu bagaimana cara ibunya mengelola keuangan dua sekolah dan satu keluarga. Di SD Sejahtera III, banyak murid yang menunggak SPP bahkan hingga setahun. Namun ia melihat ibunya selalu tenang.

Dokumen olah pribadi
Dokumen olah pribadi

Mariyati berhasil menjaga kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh manajemen SDN II, yang diembannya hingga pensiun. Mariyati juga berhasil mendidik anak-anaknya. Selain Ferry yang kini menjadi Pastor, empat orang anaknya yang lain berhasil menjadi sarjana. SD Sejahtera III pun tetap berdiri hingga merayakan pesta ulang tahun emas di tahun ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun