Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Kasih Para "Malaikat" Berjas Putih

24 Oktober 2020   05:00 Diperbarui: 24 Oktober 2020   08:40 1217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dokter, sang malaikat berjas putih| Sumber: ipopba via Kompas.com

Saya ingat pesan dokter Teddy saat beliau mengantar saya hingga lobi rumah sakit malam itu. Beliau mendorong saya untuk berani membujuk ibu agar mau dioperasi, karena itu adalah satu-satunya jalan supaya ibu dapat meneruskan hidup dengan normal.

Beliau juga mengingatkan saya untuk berdoa pasrah. “Serahkan semua kepada Bapa di surga, Dia akan memberikan yang terbaik.” Syukur kepada Allah, ibu saya setuju untuk pindah rumah sakit dan setuju dioperasi.

Selama ibu saya dirawat, kami sungguh merasakan afeksi dari dokter Teddy. Bagi saya dan Edfren, beliau adalah pendar cahaya yang menerangi, ketika kelam menyelimuti jalan orang yang kami kasihi.

Tiga Serangkai Pengubah Paradigma Ibu Saya

Ilustrasi operasi (Computer photo created by wavebreakmedia_micro - www.freepik.com)
Ilustrasi operasi (Computer photo created by wavebreakmedia_micro - www.freepik.com)

Tanggal 31 Mei 2017, ambulans membawa ibu saya tiba di RS tempat dokter Riki bertugas. Sapaan “ayi” dari dokter Riki langsung membuat ibu saya tersenyum. Kata “ayi” dalam Bahasa Mandarin berarti bibi atau tante.

Sambil membaca hasil EKG, dokter Riki menyentuh tangan dan menatap mata ibu saya, lalu tersenyum dan berkata, “Bagus. Jantung ayi kuat.” Kalimat yang langsung membuka pintu hati ibu. Pancaran penuh harap dari mata ibu dan senyum di wajahnya, adalah isyarat bahwa beliau merasa diterima dengan hangat.

Malam harinya, dokter Boni, spesialis bedah yang akan melakukan operasi, datang. Dokter Boni selalu berkunjung pada malam hari, dan selalu menyapa ibu dengan panggilan “mama”.

Tanggal 5 Juni 2017, sebagai persiapan untuk operasi keesokan harinya, ibu saya diperiksa beberapa orang dokter. Sore hari, seorang dokter yang saya taksir usianya sekitar 40-an tahun, datang.

Ibu saya langsung memasang wajah tegang. “Kamu siapa? Kamu mau apa?” Melihat reaksi ibu, dalam hati saya berdoa semoga dokter ini cukup sabar. Teringat internis di rumah sakit sebelumnya yang sempat bertengkar dengan ibu kemudian menyerahkan tugas merawat ibu kepada suaminya. 

Doa saya terkabul. Dengan sabar, dokter itu memperkenalkan diri, “Saya dokter Denio, dokter jantung. Ibu besok mau operasi, kan? Saya mau periksa jantung Ibu.”

“Buat apa periksa jantung saya? Dokter Riki bilang jantung saya kuat!” Oh, jawaban yang tidak saya duga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun