Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah Nyata: Free-Range Parenting, Pola Asuh yang Memberdayakan Anak

23 September 2020   07:32 Diperbarui: 17 Mei 2022   09:51 1636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi free-range parenting (sumber foto: freeimages.com)

Edfren mengingatkan bahwa meskipun free-range parenting memiliki banyak manfaat, pola asuh ini bukan tanpa risiko. Orangtua yang bertanggung jawab akan menerapkan free-range parenting dengan hati-hati.

Orangtua perlu memastikan bahwa anak-anak dipersiapkan dengan baik untuk menangani situasi yang akan dihadapi dalam hidup mereka. Memercayai insting adalah kata kuncinya. Edfren memberikan beberapa kiat di bawah ini:

1. Beri anak kesempatan untuk berlatih

Langkah pertama adalah latihan, dengan pengawasan yang ketat dari orangtua, yang secara bertahap berkurang seiring berkembangnya kemandirian anak.

Ilustrasi anak naik kendaraan umum (sumber foto: Metro Tempo.co)
Ilustrasi anak naik kendaraan umum (sumber foto: Metro Tempo.co)
Misalnya, orang tua mengizinkan seorang anak pra-remaja naik kendaraan umum untuk mengunjungi neneknya. Anak tersebut perlu diajari cara menunggu dengan aman, cara membeli karcis, cara membaca peta transportasi dan apa yang harus dilakukan di terminal bus. Anak juga perlu dibekali dengan informasi mengenai apa yang perlu dilakukan jika menghadapi keadaan darurat.

Untuk tahap pertama, orangtua perlu menemani anak sambil memberikan pelajaran yang disebutkan di atas. Setelah yakin anak dapat dilepas untuk bepergian sendiri, barulah anak didorong untuk mencobanya. Ketika dia kembali ke rumah, dia akan merasa percaya diri dan mampu.

2. Perhatikan keamanan lingkungan

Tentu saja, orangtua perlu memperhatikan keamanan lingkungan. Jika situasi yang dihadapi anak tampak terlalu berbahaya atau berisiko, orangtua perlu turun tangan dan memberikan pengawasan. Tetapi jika anak sudah siap menghadapi tantangan tersebut, silakan mundur.

3. Jangan takut gagal             

Skenazy memberi contoh tentang mengajar anak naik sepeda. Tidak ada orangtua yang mau anaknya jatuh dari sepeda, terutama dengan risiko cedera serius. Tetapi, jika kita ingin anak-anak kita belajar cara mengendarai sepeda, kita tidak dapat memegang bagian belakang sepeda selamanya.

Ketika anak-anak jatuh (dan mereka akan jatuh!), mereka mempelajari dua pelajaran penting: 1) kegagalan itu tidak permanen, dan 2) ada kegembiraan dalam mempelajari hal-hal baru.

Cara terbaik untuk belajar adalah dengan membuat kesalahan dan mencoba lagi. Cara terbaik untuk membangun kepercayaan diri dan kompetensi adalah dengan mengambil tugas baru dan menantang, menemukan keberanian untuk mengatasi keraguan dan mempraktikkan keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas dengan sukses.

Semoga kisah Edfren dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk menerapkan free-range parenting dengan bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun