Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah Nyata: Dampak Pola Asuh Helikopter

19 September 2020   19:14 Diperbarui: 24 September 2020   21:56 1344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ibu dan anak perempuan (Designed by tirachardz/Freepik)

Apa yang membantu saya bangkit kembali? Jawabnya adalah pelajaran agama di sekolah. Dari guru agama, saya belajar terbuka pada cinta Tuhan. 

Ketika saya merasa gagal, saya berdoa dan membaca kitab suci. Setelah melakukan dua hal ini, saya merasa tenang. Saya berkata pada diri sendiri bahwa saya bukan manusia gagal. 

Saya hanya belum berhasil mempersembahkan gelar juara kelas yang dapat membanggakan ibu. Namun, menempati peringkat kedua atau peringkat ketiga di kelas, sama sekali bukan kegagalan. Kutipan ayat kitab suci bahwa saya berharga di mata Tuhan, sangat menguatkan saya.

Ilustrasi anak memberi penjelasan kepada ibu (Designed by katemangostar/Freepik)
Ilustrasi anak memberi penjelasan kepada ibu (Designed by katemangostar/Freepik)
Kedua, cara ibu saya menerapkan pola asuh helikopter sedikit berbeda. Ibu saya bukan helikopter yang melayang-layang di atas saya dan segera menukik untuk menyelamatkan saya jika terjadi masalah. 

Alih-alih selalu membantu saya menyelesaikan masalah, beliau menuntut saya agar dapat menyelesaikan masalah sendiri. Kewajiban memberi penjelasan dan rencana perbaikan jika mendapat nilai jelek adalah salah satu contohnya.

Kewajiban memberi penjelasan dan rencana perbaikan kepada ibu jika mendapat nilai jelek, yang dilatih sejak saya SD, ternyata memberi dampak positif bagi saya. Latihan ini membantu saya terbiasa berpikir sistematis dan selalu memikirkan langkah perbaikan jika sesuatu terjadi tidak sesuai rencana.

Maka, ketika memutuskan untuk mengubur cita-cita menjadi guru dan mimpi menjadi penulis, saya juga memutuskan untuk menyukai dunia akuntansi yang menjadi pilihan ibu. 

Karier saya berkembang seiring dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman. Dan yang paling penting, ibu bangga dengan pencapaian saya. Apakah saya menjadi narsis? Saya tidak merasa demikian. Saya menyadari bahwa semua yang saya capai hingga kini adalah anugerah.

Karier di bidang keuangan dan akuntansi yang saya jalani hingga saat ini adalah anugerah. Kesempatan untuk menyalurkan cita-cita masa kecil, berperan sebagai guru bagi anggota tim saya di kantor, adalah anugerah. Dan kesempatan untuk menulis di Kompasiana, adalah kesempatan mewujudkan mimpi masa remaja, sebuah anugerah yang patut saya syukuri juga.

Jakarta, 19 September 2020
Siska Dewi
Referensi: 1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun