Mohon tunggu...
Mbak Celsa
Mbak Celsa Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Soekarno Pemimpin yang revolusioner tapi tidak otoriter Sang proklamator yang tidak koruptor Bermartabat dan tidak memakan uang rakyat Sangat Indonesia-is dan Pancasila-is

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mewaspadai Momentum Kebangkitan PKI

9 September 2016   13:25 Diperbarui: 9 September 2016   13:46 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

6. Tahun Berdiri diatas Kaki Sendiri (1965), PKI memanfaatkan pidato ini agar Indonesia menentang blok Barat.

Sungguh menarik bukan banyak fakta-fakta yang membuktikan bahwa sebenarnya PKI lah yang seharusnya dipandang sebagai pelaku tragedi 1965. Untuk menggalang kekuatan militer, mereka menghasut pejabat militer dan Polri. Aksi Subversi yang paling ditentang adalah penculikan 6 pejabat bintang plus 1 perwira menengah ke lubang buaya.

Setiap yang Atheis belum tentu Komunis, tetapi apakah setiap yang Komunis bisa dipastikan Atheis ?

Dalam buku Tan Malaka yang berjudul Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika), ajaran murni paham Komunisme pada dasarnya mengesampingkan agama dan mengutamakan logika. Pemikiran ini bertolok ukur pada pengaruh-pengaruh Karl Marx yang mengajarkan bahwa agama merupakan candu, yang dijadikan alat pembenaran penguasa atas ketidakadilan dan kekerasan sosial. Jadi secara teori, Komunis menolak kegiatan dan tindakan yang agamis. Meskipun demikian, apakah Karl Marx melarang penganut Komunis untuk memeluk agama ? Saya rasa tidak.

Di Indonesia sendiri, PKI berkembang dan tumbuh dari kalangan anggota SI, yang merupakan anggota terbesar dan memeluk agama islam. Ajaran Komunis dimodifikasi menyesuaikan kondisi negara Indonesia. Logika simpelnya, kalau kita mengajarkan bahwa Komunis itu identik dengan atheis, pasti masyarakat Indonesia sudah sejak dulu menolak Komunis. Tapi apabila kita mengajarkan kalau Komunis itu boleh beragama, tentu ada yang tertarik dengan ideologi ini. Dengan begitu, perkembangan Komunis di Indonesia sudah tidak semurni ajaran aslinya.

Secara singkat, ilmu Komunis murni berdasarkan pada filsafat materialisme dialektis dan materialime historis. Komunisme bertitik tolak dari kenyataan-kenyataan yang bersifat obyektif. Karenanya, agama merupakan ajaran yang berseberangan dengan Komunisme. Soekarno yang sering disangka-sangka penganut Komunis bahkan mengkritik Komunisme karena menolak prinsip kepercayaan kepada Tuhan (Referensi: Soekarno-Hatta Bukan Proklamator Paksaan).

Mengapa bisa muncul polemik di masyarakat?

Masyarakat Indonesia memiliki suku, adat, ras, dan agama yang beragam, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Rote. Jangan heran kalau sering memicu munculnya polemik di kalangan masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan sejarah G30S/PKI.

Ada yang menyatakan kalau pemerintah terdahulu yang seharusnya diadili karena melakukan pembantaian terhadap kelompok PKI. Ada juga yang menyatakan kalau PKI jelas terbukti bersalah. Jadi siapakah yang sepatutnya dijadikan pelaku ? silakan pahami baik-baik melalui artikel ini.

Jangankan tragedi G30S/PKI, adik saya yang waktu itu masih menduduki bangku SMP ketika saya tanya apa itu PKI dia menggeleng-geleng sambil berkata “nggak tau mbak”. Beruntunglah kalian yang semasa muda menimba ilmu dan mendapatkan sejarah tersebut.

Kita memang nggak tahu apakah ada momentum untuk menghidupkan kembali ajaran-ajaran Komunis, tetapi yang perlu diketahui bahwa ideologi itu takkan pernah mati meskipun umur mereka tergerogoti oleh zaman. Oleh karena itu, pemahaman dan pengamalan ideologi dasar NKRI perlu diterapkan. Nggak usah jauh-jauh pergi ke Timur Tengah angkat senjata seraya berseru “Allahu Akbar”, cukup menjadi warga negara Indonesia yang taat dan disiplin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun