Mohon tunggu...
Anna DwiCahyani
Anna DwiCahyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - SWCU'19

Be the best, do the best

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bertani Jangan Dipandang Sebelah Mata

25 September 2019   18:31 Diperbarui: 25 September 2019   18:42 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : cakganjar.com

Apa itu bertani? Sebagian besar dari kita mengira bahwa bertani itu hanya sebatas pada kegiatan mencangkul lahan. Mencangkul sering dianggap remeh oleh orang-orang. Masih terdapat banyak anggapan mengenai bertani yang membutuhkan tenaga fisik dan bermandikan lumpur. 

Anggapan seperti itulah yang masih tertanam pada pikiran kaum muda sekarang ini, sehingga menyurutkan semangat mereka untuk terjun dalam dunia pertanian. Dari tampilan petani yang bisa dibilang lusuh menjadikan para pemuda lebih memilih pekerjaan bergengsi dengan tampilan jas berdasi. Mereka lebih memilih bekerja dibalik layar komputer yang sejuk dibandingkan dengan petani yang berpanas-panasan.

Berbicara mengenai bertani, pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang mulia. Mengapa disebut pekerjaan mulia? Jawabannya adalah karena dengan bertanilah kita dapat memperoleh makanan pokok kita sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa adanya bahan pangan, apa yang akan kita makan nantinya?

Bertani yang biasa dilakukan oleh petani mampu menghasilkan bahan makanan yang kita butuhkan, seperti contohnya adalah beras. Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, kebutuhan akan beras tetap ada selama beras masih menjadi makanan pokok.

Para petani berani bersentuhan dengan tanah secara langsung dan tidak menghiraukan teriknya panas matahari. Semua itu mereka lakukan demi memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan untuk masyarakat luas tentunya. Kembali kepada kaum muda, rata-rata mereka apabila terkena panas matahari sedikit sudah sangat mengeluh kepanasan. Bayangkan saja petani yang berangkat ke lahan dari pagi sampai petang, mereka tidak mengeluhkan rutinitas mereka.

Green house di PT Momenta Agricultura (Lembang, Bandung) sebagai salah satu contoh pengaplikasian pertanian hidroponik (dok.pribadi, 2019)
Green house di PT Momenta Agricultura (Lembang, Bandung) sebagai salah satu contoh pengaplikasian pertanian hidroponik (dok.pribadi, 2019)

Di zaman yang sudah modern seperti sekarang ini, banyak peluang yang dapat dilakukan dalam bertani. Apakah bertani harus melulu menggunakan lahan yang luas? Jawabannya adalah tidak. Sekarang ini bercocok tanam bisa menggunakan sistem hidroponik. 

Sekilas mengenai sistem hidroponik, sistem ini tidak memerlukan tanah sebagai media tanam, tetapi lebih memanfaatkan air dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi tanaman itu sendiri. 

Menanam secara hidroponik jika dilakukan dengan keuletan dan kesabaran, maka keuntungan besar pun mudah untuk diraih. Keuntungannya bahkan mencapai puluhan juta.

Wisata taman bunga Celosia, Bandungan (dok.pribadi, 2017)
Wisata taman bunga Celosia, Bandungan (dok.pribadi, 2017)

Bertani tidak hanya menghasilkan produk barang berupa sayuran, buah-buahan, bunga maupun hasil perkebunan lainnya. Bertani pun bisa menghasilkan produk berupa jasa, lho. Kita ambil contoh dari tanaman bunga. Beberapa tahun belakangan ini, wisata taman bunga sudah banyak menarik perhatian masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, banyak orang berlomba-lomba membuat taman bunga yang ditata sedemikian rupa untuk menarik pengunjung. 

Mereka mengedepankan nilai estetis atau keindahan dalam penataannya. Dari sini dapat dilihat bahwa peluang bertani itu luas asalkan kita mampu berkreasi dan berinovasi.

Dikarenakan kemarin adalah hari tani nasional yang diperingati setiap tanggal 24 September, saya ingin mengucapkan Selamat Hari Tani Nasional 2019 untuk petani di seluruh Indonesia. Maju pertanian! Maju Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun