Mohon tunggu...
anwar hadja
anwar hadja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pendidik di Perguruan Tamansiswa Bandung National Certificated Education Teacher Ketua Forum Pamong Penegak Tertib Damai Tamansiswa Bandung Chief of Insitute For Social,Education and Economic Reform Bandung

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Cinta Dewi Ciptarasa - Raden Kamandaka(64)

5 Februari 2015   12:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:48 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1423090480782906032

“Hei, sejak kapan Kakang jadi  punya wawasan yang begitu bernilai?”

“He..he..he…tentu saja sejak hamba mengikuti Raden,” jawab Rekajaya merendah sambil tertawa.

“Tapi ada simbol lain, Raden”

“Apa itu ?”

“Dengan memberikan selendang sutra kuning sebagai pengganti simbol janur kuning, hamba menebak sebenarnya Raden dan Sang Dewi malam itu sudah melakukan ritual perkawinan dan sudah sah sebagai sepasang suami istri. Sebagai seorang ksatria Raden punya hak untuk melakukan ritual perkawinan secara mandiri. Betul Raden?” tanya Rekajaya.

“Wah, tebakan Kakang Rekajaya tepat sekali. Tetapi percayalah Kakang, aku masih menjaga kesucian Dinda Dewi. Saat aku meninggalkannya , Dinda Dewi masih suci seperti sediakala.”.

“Hamba sangat percaya, Raden. Karena itu kalau boleh hamba sarankan sebaiknya Raden cepat-cepat mengakhiri penyamaran Raden dan menjelaskan kepada Kanjeng Adipati identitas Raden yang sebenarnya sebagai putra Sri Baginda Raja Prabu Siliwangi. Hamba yakin Kanjeng Adipati dan Kanjeng Patih akan memaafkan Raden. Bukankah Sang Dewi sudah tahu identitas Raden yang sebenarnya?” Rekajaya berkata memberikan saran kepada Raden Kamandaka. Raden Kamandaka terdiam. Dalam hati membenarkan saran Rekajaya.

“Ya, rencana semula aku akan segera pulang ke Pajajaran meminta Ayahanda Sri Baginda untuk melamar secara resmi kepada Kanjeng Adipati Pasirluhur. Tetapi posisi menjadi sulit, karena prajurit jaga keburu mengetahui keberadaanku. Jika saat itu aku berterus terang siapa diriku, tentu aku akan sangat malu. Aku adalah seorang ksatria, tetapi telah bersikap pengecut masuk ke dalam kamar seorang gadis putri seorang adipati yang sedang dipingit. Kalau aku tertangkap hukumannya memang berat. Aku pasti akan dipancung, karena telah mempermalukan Kanjeng Adipati.”

“Menurut hamba sekarang posisinya sudah berubah. Kadipaten Pasirluhur kesulitan menangkap Raden. Raden bisa menyampaikan pesan kepada Sang Dewi, agar Sang Dewi menjelaskan kepada Kanjeng Adipati Kandhadaha, siapakah Raden sebenarnya. Hamba yakin sikap Kanjeng Adipati Kandhadaha akan berubah dan bersedia mengampuni Raden. Apalagi Raden mendatangi kamar Sang Dewi, bukan atas kemauan sendiri, tetapi karena memenuhi undangan Sang Dewi. Hamba yakin Sang Dewi cukup cerdas untuk memberikan penjelasan kepada Kanjeng Adipati.”

“Saran yang bagus, Kakang. Wah, luar biasa analisa Kakang. Dengan tingkat kecerdasan seperti yang aku saksikan sekarang ini, sangat pantas Kakang menjadi pendamping Emban Khandeg Wilis. Pasti Emban Khandeg Wilis akan menerima lamaran Kakang. Aku setuju,”  kata Raden Kamandaka sambil tertawa.

“Ah, Raden bisa saja,” kata Rekajaya sambil menundukan  wajahnya yang memerah  karena malu, ”maksud Raden setuju yang mana?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun