Mohon tunggu...
Anjrah Lelono Broto
Anjrah Lelono Broto Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Penulis freelance

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengharap Kobar dari "Cethik Geni"

5 Februari 2018   12:04 Diperbarui: 5 Februari 2018   12:12 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang Safandi Mardinata menghadirkan cinta ibu kepada anaknya (begitu pula sebaliknya) serta cinta kepada Tuhan dalam satu puisi dalam Cethik Geni.Rasa cinta ibu yang luar biasa kepada keluarganya hadir di baris-baris pertama puisi ini; / Kumedhule wedang kopi / Ora bakal dumadi / Yen simbok durung cethik geni.(terjemahan, uap hangat segelas kopi tidak akan hadir andai ibu belum menyalakan api melalui aktifitas cethik geni). Kemudian cinta kepada Tuhan ditunjukkan melalui bait terakhir puisi ini, betapa menikmati seduhan kopi hangat setiap pagi tersebut diakhiri dengan doa kepada Tuhan akan terwujudnya sekian laksa harapan. Perhatikan; ... / Kopi wis kumedhul / Disruput wae kanthi alon-alon / Kanthi pangajab lan sawiji donga / Enggala bisa kelakon / Aamiin //.

Paragraf di atas merupakan nukilan esai tulisan saya yang bertajuk "Cinta dan Kode Budaya", sebuah esai yang menjadi prolog dalam buku antologi geguritan (puisi berbahasa Jawa, pen) dengan judul "CETHIK GENI". Bagi saya pribadi, lahirnya buku antologi geguritan ini seakan menjadi salah satu obat penambah panjang umur di tengah narasi Sastra Jawa yang sejak beberapa dekade lalu serasa berada dalam masa sandyakala. Terlebih di provinsi Jawa Timur, salah satu provinsi dengan masyarakat pengguna Bahasa Jawa yang secara kuantitas memiliki rangking terendah dalam penerbitan buku sastra Jawa dibandingkan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Tentu saja, tanpa mengecilkan pencapaian Bapak Suharmono Kasiyun yang dengan bukunya "Kakang Kawah Adi Ari-Ari" yang menerima penghargaan Rancage 2018 kategori Sastra Jawa.

Diksi judul buku "CETHIK GENI" ini sendiri kalau di-Indonesia-kan bermakna 'menyalakan api'. Tentu saja, besar harapan seorang Safandi Mardinata melalui bukunya ini, percikan api yang dipantiknya dapat berkembang menjadi berkobar, tidak membakar, namun memberikan terang dalam kesandyakalaan sastra Jawa itu sendiri.

Kebermenarikan buku ini selain judulnya adalah kemasan layout-nya. Buku "CETHIK GENI"ini dikemas secara dwi bahasa. Satu geguritan dalam buku ini yang menggunakan bahasa Jawa disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Sehingga, pembaca yang memiliki tingkat kemampuan yang relatif rendah untuk mencerna makna geguritan-geguritandalam buku ini dapat terbantu dengan teks terjemahan yang ditulis sendiri oleh Safandi Mardinata. Maka, adagium bahwa penerjemah akan mengkhianati pesan pengarang sebagaimana yang diyakini Humberto Eco dapat dieliminasi dalam buku "CETHIK GENI"ini.

Kegigihan seorang Safandi Mardinata untuk berkarya menggunakan bahasa Jawa tentu saja merupakan satu hal yang selayaknya kita apresiasi positif. Terlebih, latar belakang pribadinya yang relatif masih muda, tidak memiliki latar belakang akademik pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, tidak menjadi karyawan/anggota komunitas-lembaga-perusahaan yang berkutat dengan Bahasa dan Sastra Jawa. Serta, satu hal lagi. Safandi Mardinata menerbitkan karya-karya bukunya secara indie, artinya dirinya menanggung sendiri biaya produksi penerbitan bukunya.

Safandi Mardinata lahir di Tuban, 29 Juni 1983. Safandi Mardinata merupakan tamatan SDN Sendangharjo 3  Tuban (1995), SMP Negeri 3 Tuban (1997), SMA Negeri 1 Tuban (2001), dan Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Fakultas Bahasa dan  Seni, Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia (2005). Safandi Mardinata juga aktif di SAINT (Sanggar Interlude). Setelah berumah tangga di tahun 2011, dirinya berdiomisili di Kabupaten Bojonegoro, tepatnya Jalan Sersan Mulyono Gang Anggrek No 25, Bojonegoro, 62113.

Sementara beberapa geguritan-nya pernah dimuat di majalah Jaya Baya dan Panjebar  Semangat dengan nama samaran Ragil Warastra.Dia juga bergabung dalam 149 Penyair Nusantara yang menerbitkan Antologi Puisi Merangkai Damai (Penerbit NITTRAMAYA, Magelang, Jawa Tengah, 2015). Karya tunggalnya adalah Titip Kangen (MNC Publisher, Malang, Jawa  Timur, 2016). Hingga tahun 2006 hingga kini Safandi Mardinata mengajar di SMK Negeri 3 Bojonegoro dan dapat disapa di HP  081359117609 dan e-mail: safandimardinata@gmail.com.

Sebagai penutup, selamat memiliki dan mengapresiasi buku antologi geguritan berjudul "CETHIK GENI"karya Safandi Mardinata. Sekedar menambahkan dan menuruti amanah dari rekan-rekan Penerbit Temalitera yang menerbitkan buku ini, untuk memiliki buku ini bisa saja anda menghubungi M. Asrori di email: temalitera@gmail.com dan HP/WA 085231587507 -- 081553005583.

------------

Oleh Anjrah Lelono Broto, Penggagas dan Kerani Lingkar Studi Sastra Setrawulan (LS3), email: anantaanandswami@gmail.com


Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun