Mohon tunggu...
anjar setyoko
anjar setyoko Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Menulis adalah caraku untuk mengeluarkan isi kepala yang susah untuk aku keluarkan kepada orang sekitar melalui lisan

Do the best

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengakrabkan Daging Sapi Kepada Semua Lapisan Masyarakat

30 Juni 2016   20:53 Diperbarui: 1 Juli 2016   13:13 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Perdagangan Bapak Thomas Lembong Di Acara Nangkring Kompasiana (Dokpri)

Selain bahan makanan pokok yang menjadi menu keseharian yaitu nasi dan sayur. Ketersediaan bahan pangan berupa daging sapi merupakan makanan favorit yang juga sebagai pelengkap gizi tubuh. Namun yang terjadi sekarang daging sapi menjadi sebuah makanan yang tergolong mewah. Hal ini lantaran harga daging sapi terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Di tahun 2016 sekarang harga daging sapi melonjak hingga Rp 100.000 sampai Rp 120.000/Kg.

Presiden Jokowi berkeinginan untuk mewujudkan daging sapi murah dengan harga Rp 80.000/Kg. Hal ini supaya semua kalangan masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah bisa turut merasakan daging sapi. Namun harapan ini sampai sekarang masih juga belum terealisasi. Kebutuhan masyarakat ternyata masih lebih besar dibanding ketersediaan daging sapi di Indonesia.

Untuk menghadapi fenomena ini. Rabu 22 Juni 2016 saya mengikuti acara nangkring bersama dengan kementerian perdagangan. Momen bulan ramadhan menjadi waktu yang sangat pas untuk berdiskusi tentang harga daging sapi. Pasalnya setiap memasuki bulan ramadhan daging sapi selalu mengalami kenaikan. Melambungnya harga daging sapi terjadi karena jumlah konsumsi daging bulan ramadhan selalu mengalami peningkatan. Sementara pasokan daging lokal stagnan. Hasilnya lonjakan harga dan impor daging sapi pun tidak bisa dielakkan. Kenaikan harga ini akan bertahan seterusnya sampai bulan ramadhan tahun berikutnya. Dengan demikian harga daging sapi akan terus mengalami trend naik dan masyarakat kecil semakin sulit untuk membeli dan menikmati daging sapi. 

Nangkring daging sapi seperti membawa saya bernostalgia di era tahun 2008. Kala itu harga daging sapi masih pada kisaran 60-70 ribu. Semua masyarakat ikut merasakan bagaimana nikmat dan gizi dalam kandungan daging sapi. Dalam tradisi kabupaten saya. Terdapat sebuah acara yang kami sebut kendurenan (tradisi bersih desa).Di tahun 2008 kala itu semua makanan kendurenan di dominasi dengan menu daging sapi. Tahun itu masyarakat sangat akrab dengan daging sapi. Terlebih di daerah saya Jombang Jawa Timur beberapa masyarakat juga bekerja sebagai petani yang mempunyai sambilan Beternak rojokoyo (sebutan untuk hewan peternakan termasuk sapi).

Kenyataan pada tahun 2008 itu sangat kontraproduktif dengan kenyataan sekarang. Harga daging sapi sangat tinggi. Hasilnya budaya kendurenan yang diadakan setiap tahun yang dulunya menyajikan daging sapi sebagai menu utama. Kini berubah menjadi daging ayam ataupun telur. Lantas Bagaimana Cara Untuk mengakrabkan Kembali daging sapi yangsudah dianggap sebagai makanan mewah oleh kebanyakan masyarakat itu?? Swasembada adalah jalan satu-satunya untuk menjadikan daging sapi kembali akrab dengan masyarakat. Pasokan daging harus lebih besar dari kebutuhan masyarakat. Pada Acara nangkring bapak Thomas Lembong memaparkan bahwa setidaknya ada tiga prasyarat untuk mencapai swasembada daging sapi:

    1. Investasi

Indonesia memiliki potensi besar untuk swasembada bahkan ekspor daging sapi. Hal ini karena wilayah Indonesia beriklim tropis dan sangat mendukung untuk pertumbuhan sapi dan rumput sebagai pakan utama. Namun dana untuk pembangunan dan pengelolaan fasilitas di bidang ternak sapi masih minim. Dana investasi ini digunakan untuk membangun rumah potong, tempat peternakan dan fasilitas pendukung lain yang digunakan untuk mengelola peternakan sapi. Selain itu investasi juga digunakan untuk pembaharuan teknologi peternakan sapi.Tahun 2015 Indonesia hanya menganggarkan Rp 2 Miliar untuk membangun sentra peternakan rakyat. Hal ini tentu kurang mencukupi jika dilihat kebutuhan daging sapi yang mencapai 653,980 ton di tahun 2015.

Selain untuk membangun fasilitas peternakan sapi dari hulu hingga ke hilir. Investasi juga diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak sapi. Bimbingan secara langsung terkait dengan peternakan sapi sangat diperlukan. Misal tentang larangan untuk memotong daging indukan yang berdampak pada turunnya perkembangbiakan sapi baru.Selain sebagai pelaku langsung. Peternak sapi sejahtera juga akan membuka lapangan pekerjaan yang tentu akan mengurangi jumlah pengangguran Indonesia. Jika dua elemen yakni fasilitas peternakan sapi dan kesejahteraan peternak yang berkecimpung dalam bidang persapian itu sejahtera dengan investasi yang cukup. Maka secara otomatis populasi sapi lokal akan terus bertambah. Dampak yang akan dirasakan secara langsung adalah kestabilan harga dan swasembada daging sapi.

   2. Efisiensi

Usai dana investasi. Prasyarat selanjutnya untuk mencapai swasembada adalah efisiensi sistem produksi dan distribusi. Pada dasarnya keberadaan daging sapi paling tinggi ada di jawa timur dan Bali. Sedangkan untuk wilayah jabodetabek dan jawa barat merupakan konsumsi terbesar atau bisa dikatakan sebagai industri daging sapi olahan. Namun peternakan sapi di beberapa daerah masih belum mampu untuk memenuhi ketahanan daging sapi nasional.

Hal ini terjadi dikarenakan inefisiensi proses peternakan sapi. Mulai dari sistem peternakan dan distribusi daging. Oleh karena itu efisiensi sistem perlu dilakukan dengan cara meletakkan satu rumpun tempat peternakan dan pemotongan daging. Hal ini dilakukan untuk memotong jalur distribusi yang akan mereduksi biaya transportasi. Jauhnya tempat peternakan dan pemotongan menyebabkan pembengkakan biaya tambahan atau handling daging sapi. Belum lagi macetnya lalu lintas yang digunakan untuk pemindahan sapi dari peternakan ke pemotongan. Tentu itu akan mempengaruhi kualitas daging.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun