Mohon tunggu...
Anjani Viani Lestari Putri
Anjani Viani Lestari Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Love yourself

Bismillahirrahmanirrahim

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kebangkitan dari keterpurukan

21 Februari 2021   23:32 Diperbarui: 21 Februari 2021   23:58 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Gedung bergaya Victoria itu berdiri dengan anggun diteduhi oleh pepohonan oak berusia tua. Suasana  asri beralaskan rumput hijau dan bermandikan warna-warna pastel yang menghiasi gedung itu pastilah memberikan kesegaran pikiran kepada orang-orang yang berada disekitarnya. Gedung itu adalah sebuah rumah seorang Pemuda bernama Joshua, terletak di Jakarta utara, Indonesia. Joshua tinggal di keluarga berada dan Kaya raya. Joshua memiliki seorang adik perempuan berusia 6 tahun bernama Kanya. Kanya merupakan anak kedua sekaligus terakhir di keluarganya. Tak heran jika perilaku Kanya sangat manja.  Sehari-hari Joshua disibukan dengan bermain game online. Bahkan hanya dengan bermain game, ia bisa menghasilkan uang dari game online yang dimainkannya itu dengan cara menjual item langka yang banyak dicari oleh para gamers lainnya . Ia juga merupakan murid yang baik di sekolahnya.  Diusianya yang masih 18 tahun, ia sudah bisa membeli sebuah mobil dari hasil penjualan item langka pada game online yang ditekuninya selama 3 tahun belakangan ini. Ia pun sudah terbiasa hidup dengan gaya glamor. Di pagi hari ketika Josh sedang menyantap menu sarapan pagi yang telah disiapkan oleh ibunya, Josh melihat ayahnya sedang membaca sebuah koran bursa di ruang tamu, tetapi Josh tidak terlalu menghiraukannya. Tak lama dari itu Josh mendengar Ayahnya mengatakan "Mati" Sambil mengusap jidadnya. Rasa penasaran Josh mulai timbul, selang beberapa waktu dari ayah Josh meninggalkan tempat duduknya, Josh langsung menghampiri koran tersebut dan membacanya. Sampai pada akhirnya Josh membaca tulisan yang tertera di koran tersebut yang menyebutkan bahwa harga kopi turun drastis. Mata Josh terbelalak kaget, karena ayahnya tak lain adalah seorang bandar kopi di kotanya. Maka bisa disimpulkan bahwa ayah Josh mengalami kebangkrutan. Josh pun berpikir keluarganya yang sudah terbiasa dengan gaya hidup mewah, namun tiba-tiba mereka harus mengubah haluan hidupnya menjadi lebih sederhana. Di bulan kedua mereka menjalani hidup yang seperti itu, ayah Josh terlibat hutang yang cukup besar.  Aset-aset keluarga mereka disita oleh bank dan kedua orang tua Josh memutuskan untuk pindah ke rumah kakek dan neneknya Joshua di China, dengan membawa Kanya adik Joshua yang masih berusia 6 tahun. Joshua pemuda yang masih berusia 18 tahun itu lebih memilih untuk tetap tinggal di Indonesia. Joshua memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang perguruan tinggi,  dan memutuskan  untuk menekuni dunia bisnis guna membayar hutang-hutang keluarganya senilai 3,26 Miliar. Ia meyakinkan kedua orang tuanya untuk mendukung niatnya tersebut serta percaya bahwa semua akan baik-baik saja. Untuk memodali bisnisnya, ia menghabiskan seluruh uang tabungannya yang sempat ia kumpulkan pada saat ia masih menduduki bangku SMA, uang tabungannya itu ia dapat dari hasil penjualan item langka pada game online yang pernah ia tekuni. Joshua mempunyai niat untuk menjual sebuah produk yang banyak diminati dikalangan masyarakat, terutama para remaja yang kebanyakan menyukai makanan kriuk dan pedas. Produk tersebut tak lain adalah keripik. Namun saat Joshua memulai bisnis barunya itu, usaha Joshua tidak berjalan sesuai dengan apa yang ia harapkan. Usaha yang ia rintih itu mengalami kegagalan, karena produk keripik yang ia olah sendiri itu alot dalam waktu seminggu. Setelah ia mencoba membuatnya kembali, namun hasilnya tetap sama. Sampai para pelanggannya yang baru beberapa orang saja itu pun tidak mempercayainya lagi. Lalu ia bertanya pada banyak orang soal bagaimana cara menjual Produk makanan yang baik, hingga pada akhirnya ia bertemu dengan seorang Dekan di sebuah universitas ternama (UI). Dari Dosen tersebut ia memperoleh ilmu bahwa kemasan penting dalam menjual sebuah produk makanan, agar makanan tersebut tidak mudah alot. Meski ia tahu bahwa mesin pengepak kemasan makanan harganya mahal, tetapi ia membelinya demi keberhasilan usaha yang sedang ia rintih kembali. Ia menjual beberapa unit komputer miliknya yang sebelumnya ia gunakan untuk bermain game dan mengumpulkan uang sejak ia masih duduk di bangku SMA.

Ia memulai usaha makanan ringan dari Aneka Keripik. Ia menginvestasikan seluruh uangnya untuk membeli bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat keripik, namun setelah semua bahan diuji coba ternyata gagal. Sang Paman, yang tak lain adalah pengasuhnya sejak ia masih kecil, menasehatinya agar ia berhenti membuang-buang uang untuk sebuah upaya yang belum tentu berhasil untuk ia lakukan apalagi pergi menyusul keluarganya ke China, tetapi Josh tidak mudah menyerah begitu saja. Sampai pada akhirnya, tanpa sengaja ia berhasil menemukan cara agar Keripiknya bisa digoreng sempurna, dimakan tanpa rasa Pahit dan tidak Alot ketika diruang terbuka. Ia mengajak pamannya untuk membantu proses penjualan keripik tersebut, dan mereka menjual produk olahannya itu di sebuah swalayan dan mendapat sambutan hangat yang memacu kembali semangat bisnisnya.

Suatu hari pihak Bank datang dan menyegel rumahnya, dan ia tak punya pilihan bahwa ia harus pergi. Tetapi ia kemudian menemui seseorang di Bank dan berusaha meminjam uang untuk modal usahanya, tetapi pihak bank menolaknya karena ia masih dibawah umur dan tak punya agunan sebab rumah keluarganya pun telah disita oleh bank. Keesokan harinya  Josh pergi ke sebuah mini market dan menemukan fakta bahwa perusahaan itu besar dan memiliki cabang dimana-mana. Maka ia bertekad untuk memasukkan produknya ke jaringan mini market tersebut. Dengan polosnya ia membawa contoh produknya ke dalam mini market dan ditolak oleh Pak Jimmy yang tak lain adalah pemilik mini market tersebut. Produk keripik yang telah Josh perlihatkan ditolak karena kemasannya jelek dan harganya yang mahal. Sedangkan rata-rata produk yang dijual di mini market miliknya itu bermutu baik, kemasan menarik dan harga yang terjangkau. Meski melalui tantangan yang sulit, setelah Josh memperbaiki kemasan produknya itu,  Josh berhasil memasukkan produknya ke mini market tersebut.

Masalah baru muncul ketika pak Jimmy meminta Josh mengirimkan produk yang ia jual sejumlah 2000 bungkus dalam waktu 3  hari untuk dikirimkan ke cabang-cabang mini market yang dimiliki oleh pak Jimmy di kota-kota lain. Tetapi Josh tidak menyanggupi permintaan pak Jimmy tersebut. Dari situlah pak Jimmy mulai meragukan kinerja pabrik yang dimiliki oleh Josh. Saat itu perasaan Josh menjadi kalang kabut serta memikirkan bagaimana caranya membuat sebuah pabrik dalam waktu singkat sedangkan ia tak punya uang? Demi menolong keluarganya, Josh pun menjual mobil kesayangannya untuk merenovasi sebuah ruko milik keluarganya menjadi pabrik dadakan dan sisa uangnya akan dia pakai untuk memodali usahanya. Meski ia telah melalui beberapa tantangan, tetapi Josh berhasil melawati semua itu. Ia pun akhirnya menjalani usahanya dengan sangat baik. Dan dalam waktu dua tahun, ia menjadi pengusaha muda yang sukses di kotanya. Karena bisnisnya berkembang dengan baik dan sangat cepat, ia bisa melunasi hutang kedua orang tuanya, serta Ia pun bisa meminjam uang ke bank untuk tambahan modal memperbesar bisnisnya.

Pada usianya yang masih 18 tahun, saat ayahnya mengalami kebangkrutan, banyak hal yang telah mengubah hidupnya. Hingga ia bisa dikenal sebagai pengusaha muda yang sukses di kotanya. Selama 3 tahun sejak ia memulai bisnis keripiknya, ia tinggal dan tidur di rumah barunya yang letaknya tidak jauh dari  pabrik keripik yang dimilikinya tujuannya agar lebih mudah untuk mengontrol bisnisnya itu. Sejak Josh terjun ke bidang bisnis, Josh tidak mengenal kata lelah sebab yang terpenting baginya hanyalah bekerja, bekerja dan bekerja. Ia bahkan mengontrol sendiri grafik penjualan produknya di cabang-cabang Mini market  dengan mencatatnya di sebuah buku catatan kecil setiap kali ia pulang ke rumah.

Kisah Josh memberi pembuktian yang mengejutkan tentang tekad, semangat dan keberanian seorang pemuda dalam mewujudkan impiannya. Josh yang bisa saja menyerah dan menjalani kehidupan biasa-biasa saja, memilih untuk berjuang dengan memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya demi menolong kehidupan keluarganya.  Ia bahkan harus rela kehilangan masa mudanya, karena ia tidak mempunyai waktu untuk bersenang-senang dan hal semacamnya. Bahkan sekedar berbelanja pakaiannya sendiri pun ia hanya bisa membelinya via online agar tidak memakan banyak waktu selama berbelanja. Selama dua tahun di masa kritis mengembangkan bisnisnya, ia hanya peduli pada 'cara' bagaimana agar impiannya berhasil sebelum ia bisa bersenang-senang kembali dan menikmati hasil kerja kerasnya.

Namun, pesan paling penting yang layak menjadi perhatian kaum muda untuk berjuang seperti Josh adalah mengetahui apa yang ia inginkan dan berusaha untuk mewujudkannya.  Serta dengan memiliki pola pikir "Apa yang membuat saya lebih beruntung dari orang lain seumuran saya adalah saya mengetahui apa yang saya inginkan ketika saya berumur 18 tahun dan saya lakukan saat itu juga."

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun